![]() |
| Cerita Seks Terbaru Gadis Jogging Di Taman |
Setiap
kali siswi-siswi itu lari, aku ajak menumpang di mobilku yang pickup itu (jadi
muat banyak penumpang) dan mereka tidak pernah menolak bahkan mereka senang.
Lalu
timbullah pikiran kotorku. Aku tahu bahwa ada cewek yang menurutku lumayan
sporty, cantik, manis dan juga montok dibandingkan teman-temannya yang lain.
Sebut saja Sheila (bukan nama sebenarnya).
Sheila lumayan
tinggi untuk gadis seumurnya, kulitnya bisa dikatakan sawo matang, tapi
benar-benar terang dan keputih-putihan. Yang aku tahu Sheila masih duduk
di kelas 1 di SMA itu.
Aku
benar-benar tidak tahan melihat penampilannya yang sporty dan seksi setiap kali
dia kelelahan lari dengan jarak yang lumayan jauh itu, dia tampak sangat seksi
dengan seragam kaus yang agak ketat, serta bagian bawahnya celana pendek sexy
yang agak ketat juga. Aku melihat dengan penuh nafsu keringat yang membasahi
menghiasi tubuhnya yang indah itu hingga terlihat agak tembus pandang.
Singkat
cerita Sheila aku bisiki, agar pada hari Jumat nanti yang merupakan jadwal
kelas Sheila untuk berolah raga, dia sengaja berlari sendiri jauh dari
teman-temannya yang lain dengan alasan nanti akan kubelikan es sirup dan juga
untuk mengerjai teman-temannya agar iri melihatnya naik mobil sambil meminum es
sirup. Sheila setuju saja karena dia pikir mungkin dengan begitu dia akan
dapat mengerjai teman-temannya yang lain (padahal diam-diam aku yang akan
mengerjainya habis-habisan).
Sehari
sebelum hari H, aku menyiapkan tempat dan peralatan untuk siswi lugu ini di
antaranya minuman energi, obat tidur, tali pramuka secukupnya, lakban, dan
spons beserta sprei untuk kasur. Mobil pickup-ku pun sebelumnya aku persiapkan
sedemikian rupa sehingga ruang tengah benar-benar pas untuk spons beserta
spreinya.
Hari Jumat
pun tiba. Pada pukul 05:30 WIB pun aku berangkat dari rumah dan menunggu mangsa
yang satu ini. Kebetulan aku sudah mengetahui nomor HP-nya, sehingga aku
tinggal missed call dia dari kejuhan dan dia langsung paham maksudku (agar dia
tidak lupa dengan janjinya). Acara lari sudah dimulai dan tepat seperti dugaanku
dia sudah berlari dengan mengurangi kecepatan untuk menjauh dari teman-temannya
yang lain (tetapi larinya menurutku sudah telanjur terlalu jauh sekitar 1 km,
mungkin ini dimaksudkannya untuk menghindari pengawasan gurunya dari belakang)
dan dia juga sudah melihat mobilku dari kejauhan.
Aku
langsung menghampiri dan mengajaknya masuk ke mobilku. Dia pun masuk ke mobilku
tanpa basa-basi. Lalu aku memberinya es sirup yang telah kujanjikan kepadanya
(yang tentunya sudah kuberi obat tidur secukupnya). Dia bahkan hanya melihat
teman-temannya di depan yang mendahuluinya dan sama sekali tidak melihat ke
belakang jika ada spon bersprei di sana, diapun saking hausnya langsung meneguk
es sirup yang aku sebelumnya sudah campur dengan obat tidur tadi.
Dia
benar-benar sudah keringatan karena kelelahan lari hingga semakin merangsangku
untuk segera melumatnya. Keringatnya pun sudah tercetak di bajunya. Dia ingin
agar aku segera mempercepat mobil dan menghampiri temantemannya untuk menggoda
mereka, tapi aku menolaknya dengan alasan bahwa aku akan mengisi bensin dulu.
Sheila menurutinya karena di dekat sekolahnya memang ada tukang bensin
pinggir jalan (sambil aku menunggu obat tidurnya bereaksi). Walau bensin
mobilku sebenarnya belum habis tapi aku terpaksa menuju ke tukang bensin itu
juga.
Aku turun
tetapi bukannya membeli bensin (karena memang masih penuh) tetapi malah membeli
koran yang aku baca-baca sebentar di luar mobil. Lalu aku membayar koran itu
dan kemudian masuk kembali ke mobil. Aku dapati Sheila sudah tertidur
pulas, tapi rupanya dia masih sempat membuang bungkus es itu keluar mobil agar
tidak mengotori lantai mobilku. Untung saja kepalanya tidak terantuk benda
keras di depannya atau barang yang lain karena dia menempatkan tubuhnya di
antara kursi depan dan pintu di sudut.
Aku pikir
anak ini sudah tidak bisa berbuat apa-apa hingga langsung saja aku telentangkan
dia di tempat yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Hal pertama yang harus aku
lakukan adalah menyumpal mulutnya dengan lakban agar dia tidak bisa berteriak
ketika tersadar nanti. Aku mulai menjalankan mobilku dengan kencang ke tempat
yang benar-benar sepi dari keramaian dan agak rindang. Beruntung dia belum
bangun. Aku pun melanjutkan dengan menelanjanginya, melepas pakaiannya satu
persatu. Aku melihat tubuhnya benar-benar seksi untuk gadis seusianya dan
kulitnya yang sawo matang namun agak keputih-putihan itu benar benar mulus juga
mengkilat mungkin karena terlalu lelah lari tadi.
Kuteruskan
membuka BH-nya dan aku melihat pemandangan dua gunung yang lumayan montok untuk
gadis seusianya, payudaranya benar-benar kencang. Lalu aku teruskan untuk
membuka CD-nya yang putih tipis itu dan aku mendapatkan pemandangan yang
sungguh indah, sebuah vagina mungil dengan dihiasi bulu-bulu lembut yang tidak
terlalu lebat. Batang kemaluanku sudah mulai tidak bisa diajak berkompromi,
maka aku cepat-cepat membuka seluruh pakaiannya kecuali sepatu sportnya yang
berkaus kaki putih itu karena aku pikir dengan begitu dia akan terlihat
benar-benar cantik dan sangat merangsang untuk dinikmati. Lalu aku cepat-cepat
mengikatnya dengan tali pramuka yang telah kupersiapkan sebelumnya.
Aku ikat
kedua tangannya di belakang punggung dengan ikatan yang sangat rapat hingga
kedua tangannya menyiku. HP miliknya kuletakkan di kursi depan karena takut
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Lalu terakhir aku memotretnya
habis-habisan dengan HP berkameraku. Kupotret seluruh tubuhnya dari depan, lalu
aku balikkan tubuhnya kemudian memotretnya dari belakang. Untuk sementara
tugasku kali ini sudah selesai dan aku tinggal menunggunya sadar, tetapi dia
belum sadar juga, padahal obat tidur yang kuberikan tidak terlalu banyak. Ah
peduli apa, pikirku. Walau dia belum sadar juga tidak ada salahnya jika dicicil
sedikit.
Aku mulai
dari kedua payudaranya yang sejak tadi seakan menghipnotisku untuk terus
menatapnya. Aku mulai menghisapnya dengan kasar, dan rasanya benar-benar lezat.
Aku terus menghisap dan menjilati keduanya sambil sesekali aku gigit saking
gemasnya. Dan sewaktu aku mengerjai kedua payudaranya dia sedikit demi sedikit
mulai tersadar. Kemudian aku melihat ke arah jam tanganku yang menunjukkan
pukul 08:15 WIB, berarti dia tadi tertidur sekitar 1 jam lebih.
Mata
Sheila langsung terbelalak keheranan karena begitu bangun dia langsung
mendapatkan dirinya terikat tanpa pakaian di dalam mobil. Dia mencoba berteriak
ketika dia mendapatkan dirinya dalam keadaan seperti itu, tapi itu semua sama
sekali hanya membuang-buang tenaganya saja karena aku sudah menutup mulutnya
dengan lakban.
“Eemmhh..!!
Emmhh.. Mm.. Mmhh..!”, Sheila mencoba bersuara.
“Kamu
tenang aja Wid.. Gak ada yang bakalan denger meski kamu berteriak sekencang apa
pun, mulutmu itu sudah kubungkam dengan lakban dan di sini benar-benar sepi,
paling paling yang mendengarmu cuma kambing sama ayam aja.. Ha.. Ha.., jadi
sebaiknya simpan tenagamu dan nikmati saja apa yang akan terjadi sama kamu.
Simpan tenagamu ya sayang.. Tugasmu masih banyak dan sama sekali belum
dimulai”, ujarku.
Sheila
menatapku dengan ketakutan, matanya memerah dan wajahnya jadi semakin pucat.
Tapi dia tidak menghiraukan ucapanku tadi, dan dia meronta semakin kuat.
“Eemmhh..!!
Em..!! Mmhh..!! Mm!! Hmmhh..!!” Karena ucapanku tidak diindahkannya, aku
langsung mengobok-obok vaginanya dengan kasar sambil mengancamnya..
“Ayo!!
Teriak lebih keras lagi!! Dengan begitu aku bisa lebih kasar lagi menghadapimu!
Tugasmu masih banyak tahu!!”
Dia dengan
sangat ketakutan mengangguk sambil mengucurkan air mata banyak sekali, lalu dia
menangis tersedusedu mungkin karena vaginanya terasa sangat kesakitan ketika
kuperlakukan dengan kasar tadi. Aku pun melanjutkan dengan menjilati vaginanya
yang telah aku obok-obok dengan tangan tadi sambil menghisap-hisap dengan
ganasnya serta kucolok-colokkan lidahku di liang senggamanya. Rasanya
benar-benar nikmat sekali, belum pernah aku merasakan hal yang seperti ini
sebelumnya. Sheila hanya bisa menangis dan mengucurkan air mata. Aku jadi
semakin terangsang untuk berbuat lebih ganas lagi. Tapi lama-kelamaan aku jadi
ingin tahu apa yang akan diucapkannya sedari tadi dan aku membisikinya..
“Aku mau
membuka lakban yang menutupi mulutmu asal kamu janji tidak akan berteriak, kalo
coba-coba teriak aku janji akan membuatmu lebih menderita lagi!! Tahu!!”
Nampaknya Sheila merasa tidak bisa berbuat banyak lagi hingga dia hanya
bisa mengangguk saja.
Breet..,
setelah aku membukanya, dia segera memaki-makiku..
“Om
bener-bener bajingan!! Anjing kamu!! Kenapa Om perlakukan aku seperti ini!!
Bajingaann!! Anjiing!!” Aku yang tidak terima mendapat makian yang seperti itu
hingga langsung menamparnya!! Plaak!! Kemudian Sheila membalasku dengan
teriakan minta tolong.
“Toloong!!
Toloong!! Toolong!!” Aku membiarkannya untuk membuktikan bahwa di sana memang
tidak ada seorang pun yang dapat mendengarnya.
“Nah,
teriak lebih keras lagi!! Ayo!! Kita lihat siapa yang dapat mendengarmu!!”
Setelah
lama sekali minta tolong sampai suaranya parau (mungkin karena kelelahan) dan
tidak menghasilkan apa pun, akhirnya Sheila hanya bisa menangis
tersedu-sedu dengan suara yang serak kemudian dia berkata..
“Oomm..
Tolong lepaskan aku.. Pleeassse.. Apa salahku?? Kenapa aku diperlakukan seperti
ini??”
“Kesalahanmu
adalah karena berani-beraninya kamu tampil merangsang di depanku selama ini
ha.. ha.. ha.. Kamu
tadi
ngatain aku anjing kan!? Kita lihat sekarang siapa anjing yang sebenarnya!!
Lihat dan rasakan saja!!”
Kemudian
aku lepas semua pakaianku, lalu dengan kedua tanganku aku membuka kaki Sheila lebar-lebar
ke kanan dan ke kiri sampai benar-benar mengangkang dan terlihat benar vagina
itu menjadi semakin siap saji. Kemudian aku menancapkan batangku yang sedari
tadi sudah tidak bisa lagi diajak kompromi sedikit pun itu ke vaginanya.
Mungkin karena kesakitan saking sempitnya, dia berteriak memelas..
“Ammpuun
Oom.. Aku jangan diperkosa!! Nanti kalo aku hamil gimanaa!! Pleeassee!!” “Itu
urusanmu!! Yang aku tahu, sekarang kita akan bersenang-senang sepuasnya OK!!”
Sepertinya
gerakan kakinya mencoba menutupi vaginanya yang sudah tertancap sepertiga
batangku dan tampaknya vaginanya juga tidak mau diajak kompromi malah juga
mencoba menutupinya sehingga batangku jadi terjepit. Aku yang menjadi agak
jengkel lalu membuat kakinya lebih mengangkang lagi lalu dengan ganas kucoba
menembus keperawanan Sheila hingga dia pun berteriak keras sekali..
“Ooaahh!!
Aahh!! Ampuunn Oom!! Sakiit.. Sakiit.. Aakkhh.. Mmaahh.. Iikkhh.. Ampuun oomm!!
Aku bisa matii oomm!! Sakiitt!! Uoohh!! Toloong!! Mamaa!! Maamaa!!”
Nampaknya
jika Sheila merasa kesakitan dia selalu berteriak memanggil ibunya. Aku
yang sudah telanjur basah begini terus melanjutkannya saja dengan mencoba
menerobos keperawanannya. Dan akhirnya, crrtt.., aku merasa baru saja seperti
ada yang sesuatu yang sobek hingga Sheila berteriak dan meronta sekuat
tenaga.
Kulihat
vaginanya dan ternyata benar, darah segar mengalir dengan derasnya. Aku
cepat-cepat mengambil CD-nya untuk melap darah vaginanya agar tidak mengotori
spreiku. Kulihat juga mulut Sheila yang terbuka sangat lebar meronta-ronta
dan tampak sangat menderita dengan kedua tangan yang masih terikat erat di
belakang dan pakaiannya yang mulai acak-acakan, apalagi ditambah dengan sepatu
sport dan kaus kaki putihnya hingga semakin merangsangku untuk berbuat lebih
ganas.
Kemudian
aku menggenjotnya lagi dan kali ini dengan tanpa ampun lagi karena aku sudah
benar-benar kesetanan. Kugenjot vagina Sheila yang mulai licin itu dengan
semakin ganas. Tetapi kupikir ini masih terlalu sulit dilakukan, tetapi peduli
setan, aku terus menggenjotnya semakin ganas dengan genjotan liarku,
sampai-sampai suaranya terdengar, clep, clepp, clepp.., sementara Sheila hanya
bisa mengerang kesakitan.
Begitu
seterusnya sampai suara teriakannya lebih serak dari yang sebelumnya, dan
ternyata air mata Sheila yang menangis tersedu-sedu semenjak tadi belum
habis juga malah semakin deras sehingga membasahi payudaranya. Sambil
menggenjotnya, aku menjilati air mata Sheila itu, lalu aku mengulum
mulutnya yang semenjak tadi menganga itu sampai dia sulit untuk bernapas sampai
akhirnya, crott.. Spermaku kukeluarkan di rahim gadis SMA kelas 1 yang malang
itu. Aku pun lalu berkelojotan kenikmatan.
Entah
mengapa, mungkin karena Sheila kelelahan lari sewaktu berolah raga tadi,
ditambah dengan rontaanrontaannya yang hebat dan payudara dan vaginanya yang
kuhisap habis-habisan hingga membuatnya pingsan seperti orang mati saja.
Mungkin karena tubuh Sheila menindih kedua tangannya sendiri yang terikat
ketat di belakang hingga membuat buah dadanya jadi membubung ke atas. Aku jadi
bernafsu lagi melihatnya hingga aku mengerjainya kembali selagi dia pingsan.
Kuhisap-hisap sambil sedikit kugigit dan menariknya ke atas saking gemasnya
hingga akibatnya kedua payudaranya kini jadi memerah, tetapi aku tidak
mempedulikannya sama sekali.
Kulihat
jam tanganku, waktu telah menunjukkan pukul 12:05 WIB, berarti aku tadi telah
mengerjainya selama 4 jam, wajar jika dia sekarang pingsan, mungkin juga pada
jam ini Sheila sudah seharusnya pulang sekolah karena ini adalah hari
Jumat, tapi peduli apa aku.
Aku
memutuskan untuk beristirahat dulu sambil minum minuman berenergi yang sudah
aku persiapkan dari rumah untuk memulihkan energiku yang sudah lumayan habis
dan untuk mempersiapkan diri pada action berikutnya. Karena tali pramuka yang
kubawa tidak cuma satu, aku pun mempersiapkan tali pramuka baru yang masih
berbentuk gulungan rapi, putih mengkilat, sangat ketat, lumayan besar dan
panjang karena yang aku beli adalah tali pramuka berkualitas istimewa, tapi
bukannya aku akan menggunakan tali pramuka yang baru itu untuk mengikatnya
lebih jauh lagi, melainkan aku menggunakannya sebagai tanda jika dia sudah
tersadar nantinya, pasti dia akan meronta. Caranya adalah kumasukkan tali
pramuka yang masih berbentuk gulungan itu ke dalam vaginanya dalamdalam. Memang
ini agak sulit kulakukan, mungkin karena ukuran vaginanya yang terlalu kecil
itu, jadi terpaksa aku memuntir-muntirnya dulu sampai akhirnya masuk walaupun
ujungnya masih terlihat sedikit, mungkin ini memang sudah mentok, pikirku.
Untuk
sementara aku beristirahat dan mencoba untuk tidur di samping Sheila. Aku tidak
perlu khawatir dengan halhal yang tidak diinginkan, karena tempat itu
benar-benar sepi dan berada di bawah pohon besar yang rindang, lagipula tangan
Sheila sudah terikat tidak berdaya, dan apabila Sheila terbangun atau
tersadar nanti dia pasti akan meronta kesakitan karena vaginanya yang telah aku
jejali dengan tali pramuka yang masih tergulung itu.
Lalu aku
tertidur pulas di samping Sheila. Aku tertidur sampai seperti orang mati saja
sehingga sewaktu Sheila tersadar duluan, aku hanya mendengar erangannya
sambil memanggil-manggil mamanya. Aku pikir aku masih dalam keadaan bermimpi
saat mendengar suara siapa itu. Dan setelah aku terbangun, aku baru sadar bahwa
itu adalah suara Sheila yang meronta kesakitan karena tali pramuka yang
menyumpal vaginanya. Aku cepat-cepat melihat jam tanganku, dan jam menunjukkan
telah pukul 15:10 WIB, berarti aku dan Sheila tadi telah tertidur sekitar
3 jam.
“Aakkhh!!
Eengghh!! Mmamaa!! Ahaakkhh!! Mamaa!!”
“Tenang
aja Wid, di sini nggak ada yang bakalan denger apalagi Mama kamu, jadi simpan
saja tenagamu karena tugasmu belum selesai”.
Karena
tenagaku sudah pulih, aku segera saja menuju target yang belum pernah kujamah
dari tadi yaitu anusnya. Sebelumnya aku harus membuat tubuh Sheila tertelungkup
di kursi paling belakang, tapi kakinya tetap berada di bawah yaitu di spons
bersprei itu. Tapi sayangnya sudut atau siku kursi mobilku yang paling belakang
kurang pas seperti yang kuharapkan untuk posisi doggy style, yaitu kepala Sheila yang
tertelungkup sudah mentok ke kursi padahal vaginanya belum menyentuh ujung atau
siku kursi sehingga kupikir ini pasti tidak akan seperti yang kuharapkan.
Maka
kuangkat kepala Sheila tengadah, sehingga muka Sheila sekarang menghimpit rapat
pada sandaran kursi, sampai-sampai erangannya terbungkam oleh sandaran kursi di
mobilku, untungnya semua jok kursi di mobilku telah kubelikan yang berkualitas
bagus sehingga benar-benar empuk. Dan akhirnya posisinya telah kurasa pas untuk
melakukan posisi doggy style. Setelah mendapatkan posisi yang tepat, pertama
aku menjilati dan menusuk-nusuk anus Sheila dengan lidahku dengan ganasnya
dan rasanya benar-benar nikmat sekali. “Aduuhh!! Aahh!! Nghaa!! Aduduuhh!!
Aakkhh!!”
Aku sama
sekali tidak tahu mengapa Sheila tampak menderita sekali, padahal aku
belum melakukan apa-apa, hanya sebatas menjilati sambil menusuk-nusuk anus
Sheila dengan lidahku. Dan aku baru teringat bahwa ternyata penyebabnya
adalah gulungan tali pramuka yang masih bersarang di vagina Sheila. Ah peduli
apa aku, justru dengan dia meronta-ronta seperti itu akan membuat nafsuku
semakin meledak, jadi aku biarkan saja tali pramuka yang masih tergulung rapi
dan ketat itu bersarang di vaginanya.
Tanpa
pikir panjang aku langsung mengambil posisi untuk mengerjainya lagi.
Pertama-tama aku menancapkan sepertiga batangku dulu di anusnya. Karena anus
Sheila benar-benar kecil maka ini akan cukup sulit, pikirku. Tibatiba
terdengar rontaan Sheila meskipun kurang jelas karena terbekap jok mobil.
“Ampuun
oomm!! Mau diapakan aku!! Jangan di situ Oom!! Aku bisa mati!! Ampuun!!
Ampuun!! Jangan Omm!!”
Tanpa
peduli sedikit pun dengan apa yang diucapkan Sheila, aku mulai kembali mencoba
menerobos anus Sheila. Kumasukkan (meskipun hanya bisa sepertiga yang masuk), kemudian
aku keluarkan lagi, dan terus kulakukan itu sampai anus Sheila menjadi
sedikit licin dan longgar. Karena akhirnya aku agak jengkel dan bosan untuk
menunggu lebih lama lagi, maka kuterobos saja liang anus Sheila dengan
sekuat tenaga. Slackk!! Scrrct!!
“Uuookkhh!!
Khaakkhh!! Ahhgghh!!”, jerit Sheila.
Sheila
tampak benar-benar menderita, dan aku juga sudah merasakan ada sesuatu yang
sobek, maka aku teliti anusnya untuk memastikannya dan ternyata benar, darah
segar sudah mengucur deras dari liang anusnya. Aku kembali mengambil CD-nya
untuk membersihkan darah dari anusnya. Darahnya benar-benar banyak, mungkin
karena liang anusnya terlalu kecil. Dan setelah aku memastikan liang anus
Sheila telah terasa licin dan mulai nikmat untuk digarap, langsung saja kugenjot
dia dengan sodokan-sodokanku yang ganas. Sheila hanya bisa menangis
tersedu-sedu dan memohon untuk segera dipulangkan ke rumahnya karena mungkin
orang tuanya sekarang sudah mulai mencemaskan anak gadisnya yang belum pulang
dari sekolah.
“Enngghh..
Enngghh.. Mngghh.. Enhgh.. Oom.. Sudah oomm.. Aku mohoon.. Aku pengen pulaang..
Aku pengen pulang Oom.. Heenngghh.. Engghh..”
Mendengar
rintihannya yang terdengar serak dan sangat menderita itu menyebabkan birahiku
justru semakin meledak, dan aku menggenjot anusnya dengan lebih ganas lagi
hingga akhirnya aku menyemburkan spermaku di dalam anus Sheila. Aku tahu Sheila pasti
sangat menderita sekali karena selain dia baru saja kusodomi habishabisan, juga
tali pramuka yang masih bersarang di vaginanya, dan juga tali pramuka yang
mengikat kedua tangannya di belakang (sampai kedua tangannya berbentuk siku)
akan menambah siksaan yang harus dijalaninya demi memuaskan nafsu bejatku.
Sambil
beristirahat sebentar aku kembali membaringkan tubuh Sheila yang sudah
bermandi peluh itu hingga tampak mengkilap ke spons bersprei itu. Sheila tidak
henti-hentinya menangis, air matanya juga tidak henti-hentinya keluar.
Tiba-tiba terdengar HP Sheila berbunyi. Setelah aku lihat identitas
pemanggilnya ternyata bertuliskan “Mama”. Wah, aku pikir Mama-nya Sheila sudah
mecemaskan anaknya yang belum pulang juga dari sekolahnya. Aku kemudian
memperlihatkan kepada Sheila siapa orang yang mencoba menghubunginya. Segera
saja mata Sheila terbelalak saat mengetahui bahwa itu adalah Mama-nya
hingga Sheila berteriak sekuat tenaga.
“Maamaa!!
Maammaa!! Tooloong aku Maa!! Maamaa!!”
Sheila
berteriak keras sekali berharap aku mau menyambungkan telepon untuknya, tetapi
yang aku lakukan adalah justru memutuskan sambungan telepon itu di hadapannya.
“Bangsaatt!!
Anjiing!! Bajingaann kamuu!! Bangsaat kamu!! Anjiing!!”, maki Sheila, lalu
Sheila kembali menangis. “Ennghh.. Heennggh.. Kenapa kamu tega melakukan
ini? Itu Mamakuu.. Heenggh.. Aku pengen pulaanng!! Mamaa!!”
Bukannya
aku kasihan terhadap Sheila, aku malah mereply SMS ke Mama-nya yang berisikan,
“Ma aku lagi bersenang-senang jadi jangan ganggu aku ya!!” Sebelum aku
mengirimkan SMS itu ka Mama-nya aku perlihatkan dulu isi SMS itu kepada Sheila hingga
kembali ia memakiku.
“Kamu
bener-bener menjijikkan!! Terkutuk kamu!! Bangsaat!!”
Aku
kemudian menjilati air matanya yang terus bercucuran sampai bersih. Aku juga
membenahi kedua kaus kakinya yang mulai merosot, juga tali sepatu sport-nya
yang mulai acak-acakan hingga akhirnya Sheila kembali rapi dan merangsang
untuk dinikmati.
Karena aku
tidak mau dia keburu pingsan lagi padahal tugasnya memuaskanku belum selesai,
aku memutuskan untuk mengocok batangku di dalam mulut Sheila agar sperma
yang nanti ditelannya bisa sedikit memberinya energi, lalu aku mengangkat
kepalanya, memasukkan batangku ke mulutnya, dan membuat gerakan maju mundur
berirama.
“Nymlhh!!
Nymngmh!! Ghhkkh!! Nnymhkh!! Ghkmnh!!”, gumam Sheila saat mulutnya kupaksa
dimasuki batangku.
Melihat
Sheila yang menangis tersedu-sedu dan tampak sangat menderita, nafsu
birahiku semakin memuncak, lalu kupercepat saja tempo genjotanku sampai
akhirnya.., crott.. croott.. croot.. Akhirnya aku menyemburkan spermaku di
dalam mulut Sheila. Lalu aku cepat-cepat menutup mulut Sheila dengan
hati-hati agar jangan sampai ada sperma yang dimuntahkannya lagi.
Sheila
malah mencoba memaksa memuntahkannya, hingga akhirnya sebagian kecil spermaku
berhasil dimuntahkannya lewat sela-sela tanganku. Aku tidak ingin hal ini
terjadi lagi hingga tangan kiriku berusaha menutupi mulutnya dan tangan kananku
menjepit hidungnya sekuat tenaga agar tidak ada jalan baginya lagi untuk
bernapas selain menelan spermaku. Dan kulihat tenggorokannya seperti menelan
sesuatu.
Aku pikir
dia akhirnyua sudah menelan spermaku semuanya. Kali ini Sheila benar-benar
seperti mabuk. Spermaku yang sedikit berceceran di mulutnya aku sapukan merata
ke mukanya dengan harapan agar dia merasa lebih fresh. Aku merasa kehausan
juga, mungkin karena sudah dari tadi berulang-ulang mengeluarkan sperma untuk
pelacur kecilku ini. Aku jadi punya ide konyol. Sebelumnya aku keluarkan dulu
gulungan tali pramuka yang menyiksanya.
Sheila
kemudian malah meronta dan badannya juga bergetar, mungkin karena menahan
pedih. Tali pramuka yang tadinya putih bersih itu sekarang sudah jadi berwarna
agak gelap dan dipenuhi banyak darah dan cairan vagina. Aku menjilatinya
sebentar dan, hmm.. rasanya benar benar lezat.
“Wid, aku
sekarang pengen kamu kencing!! Cepet!! Aku udah haus banget dari tadi ngerjain
kamu!!”, perintahku. “Aa.. Aapa maksudmu!? Aku nggak bisa pipis sekaraang..
Aa.. Aaku.. Lagi nggak kebelet..”
“Ya udah
kalo gitu aku bantu sini!!”
“Aa..
Apaa..!?” Aku kemudian mengulum vaginanya dan menghisap-hisapnya serta tanganku
menggelitikinya dengan harapan dia akan mengompol.
“Ahahaakhh!!
Ahaahaahh!! Khaahaa!! Gelii!! Apa-apaan kamu!?”
Pemandangan
yang tampak aneh karena dia bisa setengah tertawa geli setengah menangis
tersedu-sedu, sambil badannya bergetar hebat. Sheila aku perlakukan seperti
itu lama sekali sampai akhirnya dia mengompol juga meskipun hanya keluar
sedikit-sedikit.
“Aakkhhaakhh!!
Aakkhh!! Sakiit!!”
Aku tidak
tahu pasti mengapa dia kesakitan padahal dia hanya mengompol saja. Aku baru
ingat jika aku tadi sudah mengobok-obok dan memerawani vagina Sheila dengan
cara yang kasar hingga jika dia sekarang merintih kesakitan tentunya wajar.
Tapi peduli apa aku. Kulanjutkan saja dengan menghisap dan menelan air seni
gadis SMA kelas 1 itu. Mungkin karena Sheila merasakan perih yang teramat
sangat, maka dia hanya mengeluarkan air kencing itu sedikitsedikit sambil
mengerang kesakitan.
Suara
rintihannya jadi semakin lemah mungkin karena dia kelelahan. Air seninya hanya
keluar sedikit sehingga lamakelamaan aku agak jengkel juga, lalu aku
menghisapnya saja dengan paksa. Hmm.. Ini benar-benar lezat sekali, lebih lezat
daripada teh celup manapun, pikirku, hahaha..
Rontaan
Sheila menjadi lebih panjang dan dia tampak lebih menderita daripada
sebelumnya. Setelah aku pikir air seni Sheila benar-benar sudah habis, aku
sudahi saja permainan itu. Tiba-tiba HP Sheila berbunyi lagi, dan setelah
kulihat ternyata Mama-nya Sheila yang mereply SMS-ku, “Bersenang-senang!?
Apa maksudmu sayang!? Kenapa kamu bicara kasar gitu sama Mama!? Kamu sekarang
ada dimana sayang!?”
Aku
memperlihatkan SMS yang dikirimkan Mamanya kepada Sheila. Mungkin karena
dipikir dirinya sudah tidak bisa berbuat banyak, Sheila menanggapinya
hanya dengan menangis tersedu-sedu sambil memanggil-manggil Mamanya. Kemudian
aku kembali mereply SMS tersebut, “Apa urusan Mama dg perkataanku yg ksr!!
Makanya jgn ganggu aku lg!! Aku ada les privat dadakan, dan lokasinya ada di
sorga dunia, mata pelajarannya adl ttg Kenikmatan Duniawi!! Jd Mama gak usah
khawatir dan skrg mending Mama tidur aja!! Aku msh hrs bljr lbh byk lg ttg mata
pljrn ini!!”
Seperti
tadi, sebelum aku mengirimkan SMS itu ke Mama-nya Sheila, aku perlihatkan dulu
SMS itu kepada Sheila. Mata Sheila kembali terbelalak, kemudian memakiku
habis-habisan.
“Bangsaat
kamu Zen!! Kamu bener-bener terkutuk!! Kamu bukan manusiaa!! Anjing kamuu!!”
Mungkin
karena saking marahnya, Sheila langsung memanggil namaku “Zen” dan bukan
“Om” lagi. Tetapi aku sama sekali tidak menghiraukan ucapannya, dan dia
kemudian menangis lagi.
Singkat
cerita, setelah itu aku kembali terus mengerjai Sheila yang sudah tampak
seperti orang mabuk itu sampai suara rintihannya menjadi serak sekali. Ketika
sedang asyik-asyiknya mengerjai siswi SMA yang lugu dan malang itu, ternyata
HP-nya berbunyi lagi, kulihat ternyata Mama-nya yang mencoba menghubungi Sheila
lagi yang kali ini kuabaikan. Ternyata Mama-nya Sheila tidak mudah
menyerah, dia malah mengirim SMS lagi, “Sayang, pulang donk, ini kan sudah jam
5 sore & sudah mo maghrib sayang. Pulang ya sayang ya!? Mama kuatir banget
sama kamu sayang! Pulang ya sayang ya!?”
Aku
terkejut juga, lalu aku melihat jam tanganku dan ternyata benar yang dikatakan
Mama-nya Sheila, sekarang sudah pukul 17:15 WIB. Mungkin karena keasyikan
sekali sewaktu mengerjai tubuh Sheila yang indah itu, aku sampai lupa
waktu. Aku kembali membalas SMS Mama-nya Sheila, “Iya Ma! Aku sgr plg! Cuma
tinggal satu permainan, tunggu sebentar ya Ma!!”
Seperti
sebelumnya, sebelum aku mengirimkan SMS ke Mama-nya, SMS itu kutunjukkan dulu
kepada Sheila, dan seperti sebelumnya juga, Sheila hanya bisa meresponsnya
dengan meronta dan menangis. Kemudian aku memutuskan untuk mengakhiri permainan
sampai di sini. Sebagai permainan terakhir, aku mengencingi Sheila merata
sampai hampir ke seluruh tubuhnya, tapi sebagian besar air seniku kutembakkan
ke mukanya.
“Bangsatt!!
Apa-apaan ini!! Anjing kamu Zen!! Akh! Udah Zen!! Ampuun!!”
Sheila
hanya bisa merespons permainan terakhirku dengan memaki-makiku. Aku tidak
menanggapi makiannya, karena justru Sheila lah yang sekarang tampak
seperti seonggok daging hidup yang hina, pikirku. Mobilku jadi bau pesing juga
jika begini caranya, pikirku, tapi sudahlah, toh ini juga air seniku sendiri.
Kemudian tali yang mengikat ketat tangan Sheila sejak dari pagi tadi
kulepas, lalu Sheila membuka kedua tangannya secara berlahan-lahan dan
dengan sedikit gemetaran, mungkin karena terlalu lama dalam keadaan terikat dan
ikatannya sangat kencang.
Kemudian
setelah itu langsung saja Sheila kutarik keluar dari mobil dalam keadaan
telanjang bulat, yang menutupi tubuhnya tinggal kaus kaki beserta sepatu
sportnya, karena rencanaku semua pakaian Sheila termasuk BH dan CDnya yang
telah berlumuran darah keperawanan Sheila itu akan aku gunakan untuk
masturbasi nantinya termasuk juga foto-foto bugil Sheila yang telah
kuambil sebelum ia kuperkosa tadi.
Sheila
benar-benar nampak panik. Aku memberikan HP-nya kembali, karena memang hanya HP
yang ada di sakunya dan dia tidak membawa benda lain lagi seperti dompet atau
yang lain-lain, dengan harapan dia dapat segera menghubungi Mama-nya untuk
meminta bantuan. Kemudian aku bergegas menutup pintu mobilku dan segera tancap
gas tanpa menghiraukan Sheila lagi. Daerah itu memang sangat sepi apalagi
jika menjelang larut.
Sempat
kulihat dari kaca spion, Sheila langsung berlindung di bawah pohon yang
rindang dan langsung menggunakan HP-nya untuk mencari bantuan. Tentunya untuk
saat ini hanya HP-nyalah satu-satunya alat penentu keselamatan Sheila, karena
dengan keadaan Sheila yang bertelanjang bulat seperti sekarang ini dia
menjadi serba salah, jika dia mencari bantuan di tempat yang sepi seperti
kepada orang lain yang belum dikenalnya, bisa-bisa malah dia akan dimangsa
lelaki hidung belang selain aku. Aku bergegas meninggalkan tempat itu dengan kecepatan
yang sangat tinggi untuk segera pulang ke rumah.
Pada
keesokan harinya, aku tidak pernah lagi melintasi jalan di sekitar sekolah
Sheila dan juga segera mengganti nomor dan penampilan mobilku untuk
menghindari pelacakan dari pihak berwajib.
Cerita Seks Terbaru, Cerita Sex Dewasa, Cerita Mesum Bergambar, Cerita Sex, Kisah Mesum, Kisah Seks, Cerita Dewasa, Cerita Sex Hot, Cerita ML, Cerita Mesum



No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.