![]() |
| Cerita Seks Terbaru Bercinta Dengan Suster |
Anisa adalah seorang dokter muda yang baru saja menamatkan pendidikan dokternya pada sebuah universitas ternama di Jakarta. Sebagaimana dokter baru ia harus menjalani masa ptt pada sebuah desa di daerah itu. Orang tua dan tunangannya keberatan jika Anisa melaksanakan ptt di daerah itu, selain jauh dari kotanya dan daerah itu masih terbelakang dan terisolir. Orang tua Anisa sangat keberatan dan ia mengupayakan agar Anisa ditempatkan pada daerah yang dekat dan tidak terisolir itu. Upaya orang tuanya ini gagal karena telah menjadi keputusan instansi pusat dan tidak dapat di batalkan.
Kekuatiran
orang tua dan tunangannya amat beralasan, karena Anisa masih muda dan
belum mengetahui seluk beluk masyarakat desa itu, ditambah kerasnya kehidupan
di desa yang terkenal dengan kebiasaan masyarakatnya yang primitif itu. Selain
itu Anisa akan menikah dengan Anto tunangannya beberapa bulan lagi. Memang Anisa dan Anto telah lama pacaran dan kedua orang tua mereka merestui
hubungan mereka.
Anisa adalah seorang gadis yang masih berumur 22 tahun merupakan mahasiswa kedokteran
yang memiliki kemampuan yang dapat dibanggakan, sehingga tidak heran ia dalam
waktu yang singkat telah menamatkan kuliahnya. Selain itu ia berparas cantik,
memiliki sosok yang membuat lawan jenisnya ingin mendapatkannya, namun hatinya
telah jatuh kepada Anto yang merupakan pria yang gigih mendapatkannya,
hingga ia mau di pertunangkan dengan nya. Anto adalah seorang pria yang telah
memiliki kehidupan yang mapan pada sebuah tempat kuliah, selain itu ia anak
dari sahabat ayah Anisa. Selama mereka pacaran hanya diisi dengan makan malam
dan kadang nonton. Mereka berdua tidak pernah melakukan hal yang bertentanggan
dengan adat dan agama, sebab masing-masing menyadari suatu saat akan
mendapatkannya juga nantinya.
Setelah
melalui perjalanan yang melelahkan Anisa dengan diantar ayahnya dan Anto didesa itu. Perjalanan dari kotanya memakan waktu selama 1 hari perjalanan
ditambah jalan yang amat rusak dan setapak. Didesa itu Anisa di sambut oleh
perangkat desa itu dan kepala dusun. Dengan sedikit acara, barulah Anisa resmi
bertugas. Lalu ayahnya dan Anto pulang ke kota besoknya setelah
mewanti-wanti Anisa untuk berhati-hati.
Hari
pertama ia bertugas Anisa dibantu oleh kader kesehatan yang bertugas penunjuk
jalan. Anisa menempati salah satu rumah milik kepala dusun yang bernama pak Gino. Pak Gino amat disegani dan ia termasuk orang kaya didesa itu.
Umurnya sekitar 69 tahun dan memiliki 3 orang istri. Pak Gino sering
meminjamkan sepeda motornya kepada Anisa untuk tugas-tugasnya, kadang-kadang ia
sendiri yang memboncengkan Anisa saat Anisa ingin ke desa sebelah. Bagi Anisa keberadaan Pak Gino ini amat membantunya di saat ia hampir putus asa melihat
lingkungan desa yang hanya terdiri dari hutan dan jalan yang hanya bisa
ditempuh dengan sepeda motor.
Karena
sering diantar kedesa desa lainnya, seringkali tanpa disadari oleh Anisa telah
membuat pak Gino menaruh rasa ingin memilikinya, apalagi
jika dalam berboncengan seringkali dada Anisa yang montok itu bersentuhan dengan
punggung pak Gino. Sebagai laki-laki normal iapun merasakan ingin yang
lebih jauh lagi. Anisa merasa ia tak bisa bertugas jika tanpa dibantu pak Gino.
Suatu hari
saat pulang dari desa tetangga, mereka kehujanan dan hari saat itu hujan turun
dengan derasnya. Lalu dengan buru-buru pak Gino mempercepat kendaraannya,
secara otomatis Anisa memegang pinggang pak Gino dengan erat dan dalam suasana
itu pak Gino dapat merasakan kehangatan dan sentuhan dada Anisa dengan nyata.
Lalu mereka sampai di kediaman Anisa yang merupakan juga rumah milik pak Gino. Sesampai didalam rumah, Anisa masuk kekamar dan mengganti pakaiannya
dengan kimono handuk, sedang pak Gino ia pinjami handuk untuk ganti pakaian
yang basah itu.
Saat Anisa berganti pakaian tadi pak Gino mengintipnya dari celah pintu kamar itu.
Jakunnya naik turun karena melihat kehalusan dan kemulusan kulit tubuh Anisa seluruhnya. Dengan langkah pasti ia duduk di ruang tengah rumah itu karena
diluar hari hujan.
“Wah, hujannya deras sekali pak” kata Anisa.
“Bagaimana jika nginap disini saja pak”
“Ooooo.. Terima kasih bu. Kalau hujan reda saya akan pulang…” terang pak Gino.
“Baiklah pak…” jawab Anisa.
Lalu Anisa kedapur dan membuatkan kopi untuk pak Gino.
“Pak, ini kopinya ..”.
“Wah kopi… Bisa begadang saya malam ini bu”
“O.. Ya.. Pak .. Apa perlu saya ganti dengan teh hangat?” jawab Anisa.
“Ohh… Nggak usah buk.. Ini juga nggak apa” timpal pak Gino, sambil memandang kearah Anisa.
Hingga
saat itu hujan belum reda dan pak Gino terpaksa nginap di rumah itu. Anisa terus menemani pak Gino ngobrol tentang pekerjaan hingga rencana ia akan
menikah. Pak Gino mendengarnya dengan penuh perhatian dan sesekali mencuri
pandang dada Anisa. Anisa tak enak hati jika ia meninggalkan pak Gino sendirian malam itu karena pak Gino telah banyak membantunya. Sedang matanya
mulai ngantuk. Sedang hiburan di rumah itu tidak ada karena tidak adanya
jaringan televisi. Melihat Anisa yang mulai ngantuk itu lalu pak Gino menyuruh Anisa tidur duluan.
“Bu, tidur aja dulu biar saya diluar sini”
“Wah saya nggak enak ni pak masa pak Gino saya tinggal” Anisa memaksakkan dirinya untuk terus ngobrol hingga jam menunjukan pukul 9:00 wib yang kalau didesa itu telah larut ditambah hujan deras.
Dari tadi
pak Gino terus memperhatikan Anisa karena suasana malam itu membuatnya ingin
mengambil kesempatan terhadap Anisa dengan tidak menampakkan keinginannya.
Padahal saat itu tanpa di sadari Anisa pak Gino telah duduk disamping Anisa.
Padahal saat itu tanpa di sadari Anisa pak Gino telah duduk disamping Anisa.
“Bu… Anisa, dingin ya bu..” kata pak Gino.
“Ya pak…” sahut Anisa.. Dengan pasti pak Gino, meraih tangan Anisa…
“Ini bu, saya pegang tangan ibu ya.. Biar dinginnya hilang….” bisik Pak Gino.
Anisa pun
membiarkan pak Gino meraih tangannya, memang ada hawa hangat yang ia rasakan.
Lalu pak Gino melingkarkan tangannya di bahu Anisa dan mengelus balik telinga Anisa, padahal itulah daerah sensitif Anisa. Kepala Anisa lalu rebah di bahu pak Gino dan seperti sepasang kekasih pak Gino terus merangsang daerah peka di
tengkuk dan bahu Anisa.
Anisa pun
meresapi usapan dan elusan lembut laki-laki yang seusia dengan ayahnya itu,
matanya hanya merem melek. Mungkin karena suasana dan cuaca yang dingin membuat Anisa membiarkan tindakan Gino itu. Pak Gino lalu berdiri, dan menarik
tangan Anisa hingga berdiri. Anisa menurut, lalu ia tuntun kekamar yang dan
menyilahkan Anisa berbaring.
“Bu,
tampaknya ibu capek.” kata pak Gino.
“Ya pak..” kata Anisa.
“Ya pak..” kata Anisa.
Pak Gino keluar kamar dan mengunci pintu rumah itu dan memeriksa jendela, lalu ia masuk kekamar Anisa kembali sambil menguncinya dari dalam. Ia sudah tidak sabar ingin menggauli Anisa yang telah menjadi obsesinya selama ini malam itu.
Pak Gino berjalan kearah Anisa, yang saat itu duduk ditepian ranjang.
“Pak.. Kok di kunci?” tanya Anisa.
“Biasalah bu, jika malam hujan begini kan biar hawa dingin nggak masuk…” timpal pak Gino.
“Bagaimana bu apa masih Dingin?” tanyanya.
“Iya pak…” angguk Anisa.
“Baiklah
bu bagaimana jika saya pijitin kepala ibu biar segar.” kata pak Anto
“Silahkan pak…” jawab Anisa.
“Silahkan pak…” jawab Anisa.
Lalu Anisa duduk membelakangi pak Gino dan pak Gino pun naik ke ranjang itu dengan memijit kepala dan tengkuk Anisa. Padahal yang dilakukannya adalah merangsang Anisa kembali untuk bisa mengusainya. Sebagai laki-laki berpengalaman tidaklah susah bagi Pak Gino untuk menaklukkan Anisa, yang ia tahu belum begitu tau tentang dunia sex dan laki-laki.
Dengan
gerakan lembut dan pasti usapan tangannya mulai dari tengkuk hingga balik
telinga Anisa.
Anisa… Menutup matanya menikmati setiap gerakan tangan pak Gino. Dari dekat pak Gino dapat merasakan dan menikmati kehalusan kulit Anisa. Beberapa saat lamanya pijitan Gino itu telah turun ke punggung dan diluar kesadaran Anisa kimononya telah turun dari bahunya dan yang tinggal hanya Bh yang menutup payudaranya. Bh itupun dengan kelincahan tangan pak Gino jatuh dan sempat dilihat pak Gino bernomor 34b. Masih dari belakang gerakan tangan pak Gino lalu meremas payudara Anisa. Anisa sadar dan menahan gerakan tangan Pak Gino..
Anisa… Menutup matanya menikmati setiap gerakan tangan pak Gino. Dari dekat pak Gino dapat merasakan dan menikmati kehalusan kulit Anisa. Beberapa saat lamanya pijitan Gino itu telah turun ke punggung dan diluar kesadaran Anisa kimononya telah turun dari bahunya dan yang tinggal hanya Bh yang menutup payudaranya. Bh itupun dengan kelincahan tangan pak Gino jatuh dan sempat dilihat pak Gino bernomor 34b. Masih dari belakang gerakan tangan pak Gino lalu meremas payudara Anisa. Anisa sadar dan menahan gerakan tangan Pak Gino..
“Sudah
pak… Jangan lagi pak…” sambil memakai kimononya kembali sedang bhnya telah
terjatuh.
Pak Gino kaget dan ia memandang mata Anisa, ada nafsu tertahan, namun ia harus
mulai memasang strategi agar Anisa kembali bisa ia kuasai.
“Maaf
bu.. Kalau tadi saya lancang” kata pak Gino.
Anisa diam saja. Sedang saat itu pak Gino hanya selangkah lagi bisa mengusai Anisa. Lalu pak Gino berjalan keluar dan ia tinggalkan Anisa. Kemudian ia balik lagi kekamar itu, dan duduk disamping Anisa, pakaian Anisa saat itu acak-acakan.
“Bu… Apa
ibu marah?” tanyanya.
“Tidak pak tapi sayalah yang salah. Padahal selama saya pacaran dan tunangan belum pernah seperti ini” terang Anisa.
“Tidak pak tapi sayalah yang salah. Padahal selama saya pacaran dan tunangan belum pernah seperti ini” terang Anisa.
Pak Gino manggut-manggut mendengar perkataan Anisa.
Cuaca
malam itu tetap hujan deras dan dingin udara terus menusuk tulang, pak Gino mengerti jika Anisa khawatir sebab ia masih perawan, namun tekadnya sudah bulat
bahwa malam itu Anisa harus bisa ia gauli.
Dalam
kebiusan sikap Anisa saat itu, pak Gino kembali meraih tangan Anisa dan
menciumnya, Anisa diam membisu, lalu pak Gino memeluk Anisa dan tidak ada
penolakan dari Anisa, Rupanya Anisa saat tadi telah bangkit birahinya namun
karena ingat akan statusnya maka ia menolak pak Gino. Dijari Anisa memang
melingkar cincin tunangan dan pak Gino tidak memperdulikannya.
Dengan
kelihaiannya, kembali Anisa larut dalam pelukan dan alunan nafsu yang di
pancarkan laki-laki desa itu. Sekali sentak maka terbukalah kimono Anisa, hingga
terbuka seluruh kulit tubuhnya yang mulus itu, tanpa bisa ditolak Anisa. Dengan
penuh nafsu pak Gino memilin dan membelai dada putih itu hingga memerah dan
dengan mulutnya ia gigit putingnya. Keringat telah membasahi tubuh Anisa dan
membuatnya pasrah kepada pak Gino.
Sebelah
tangan Gino turun dan merongoh cd Anisa dan memasuki lobang itu yang telah
basah. Lalu ia buka dan tubuh Anisa ia baringkan. Ia amat bernafsu sekali
melihat belahan vagina Anisa yang tertutup oleh sedikit bulu halus.
Pak Gino pun lalu membuka baju dan cdnya, hingga mereka sama-sama bugil diatas
ranjang itu. Penis Gino amat panjang dan besar. Anisa saat itu tidak tahu
apa-apa lagi.
Pak Gino pun lalu membuka kedua kaki Anisa dan mengarahkan penisnya kebelahan
vagina Anisa.
Beberapa
kali meleset, hingga dengan hati-hati ia angkat kedua kaki Anisa yang panjang
itu kebahunya, dan barulah ia bisa memasukan kepala penisnya.
“Aduhhhhhh
pak.. Aughhhhghhhhh… Ghhh… Sakit pak…” jerit Anisa. Pak Gino lalu menarik
penisnya kembali. Lalu dengan mulutnya ia beri air ludah ke pinggiran lobang
vagina itu biar lancar.
Kemudian ia ulangi memasukan penisnya. Dengan hati-hati ia dorong masuk dan kepala penis pak Gino pun masuk…
Kemudian ia ulangi memasukan penisnya. Dengan hati-hati ia dorong masuk dan kepala penis pak Gino pun masuk…
“Auuuuuggggkkkk…”
jerit Anisa.
“Sebentar bu…” kata Pak Gino.
“Nanti juga hilang sakitnya bu…” terangnya lagi.
“Sebentar bu…” kata Pak Gino.
“Nanti juga hilang sakitnya bu…” terangnya lagi.
Sekali
hentak maka seluruh penisnya masuk dan ia maju mundurkan. Padahal saat itu Anisa merasa dilolosi tulangnya. Ia gigit bibir bawahnya menahan rasa ngilu dan sakit
saat penetrasi tadi. Pak Gino telah berhasil merobek selaput dara Anisa,
hingga kelihatan tetesan darah di paha mulus Anisa saat itu dan membasahi sprey
yang kusut.
Tangan pak Gino pun terus memilin payudara Anisa dan kembali menahan pinggul Anisa. Lebih
kurang 20 menit ia maju mundurkan penisnya kedalam vagina Anisa sedang Anisa telah 2 kali orgasme, barulah ia muntahkan spermanya didalam rahim Anisa. lalu
ia tetap diam diatas tubuh Anisa. Terlihat ketika itu, tubuh putih mulus Anisa berada dibawah tubuh pak Gino yang masih membelai dada dan menjilat bibir
dan lidah Anisa. Kedua tubuh manusia itu penuh keringat. Di sudut mata Anisa ada
air mata karena keperawanannya telah hilang bukan karena tunangannya tapi oleh
laki-laki tua itu.
Ia tidak
punya pilihan lain karena telah terlanjur di setubuhi Pak Gino. Hingga
menjelang pagi pak Gino kembali mengulang permainan sex itu dengan Anisa,
hingga Anisa merasakan kenikmatan dan mengetahui rahasia dalam permaianan
dewasa. Gino tidak ingat lagi dan saat itu Anisa terbelenggu oleh gairah dan
nafsu yang di berikan pak Gino.
Sejak saat
itu, hubungan kedua insan yang berbeda umur sangat jauh itu terus berlangsung di
rumah itu, kadang-kadang di gubuk milik pak Gino di tengah hutan daerah
itu. Anisa merasa heran karena laki-laki seumur pak Gino masih memiliki
stamina yang prima dalam berhubungan. Tidak heran jika pak Gino memiliki 3
orang istri dan memiliki 3 orang anak yang telah dewasa.
Cerita Bokep, Cerita Seks, Cerita ML, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Cerita Mesum, Cerita Sex, Cerita ABG, Cerita Sange Cerita 17Tahun, Situs Cerita Mesum, Situs Cerita Seks, Kisah Seks, Kisah Bugil



No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.