![]() |
| Cerita Seks Terbaru Terlena Dengan Kenikmatan |
Clara berdiri di belakang suaminya yang sedang bicara dengan seorang petugas di
resepsionis, tangan di belakang menggenggam mesra tangan Clara. Semua orang
tak hentinya mengucapkan selamat, setiap kali berpapasan dengan pasangan yang baru saja menikah ini. Keduanya begitu jelas terlihat baru menikah karena Clara masih tetap memakai busana pengantinnya. Suaminya melepaskan genggaman
tangan mereka untuk menandatangani pemesanan kamar.
Clara melangkah mundur dari meja resepsionis dan menyapukan
pandangan ke seputar lobi. Seorang pria negro sedang memandanginya. Pandangan
mata mereka bertemu dan Clara membalasnya dengan senyuman, menganggap mungkin
sang pria merasakan kebahagiaan yang terpancar dari pasangan pengantin baru di
depannya.
Tapi tatapan matanya tak juga bergeming. Apa ini? Sesuatu tentang
raut wajahnya memaksa batin Clara berbisik. Dia tahu arti dari ekspresinya
tersebut, tapi tak mampu untuk menjelaskannya. Intensitasnya menyebarkan
atmosfir. Matanya yang tak berkedip mengisyaratkan kalau dia tengah memikirkan
sesuatu… Clara palingkan pandangnya. Sang pria ingin menyetubuhinya! Telah dia
lupakan gairah akan pria lain semenjak berkencan dengan Tom.
Dia tahu dengan cepat bahwa Tom adalah pria spesial untuknya
dan segera dia tutup hatinya bagi pria lain. Dia telah lupa, atau tak
menyadari, bahwa semua pria suka memandang kecantikannya. Pria itu ingin
menyetubuhinya. Tapi apa yang Clara cemaskan? Dia sudah menikah sekarang!
Terlihat jelas telah menikah! Kembali dia menoleh ke arah sang pria, yang tak
pernah henti memandangnya.
Dia amati
wajahnya sekarang, memang tidak tampan dan berkulit gelap, segelap rambut
hitamnya dan matanya yang juga senada, tapi seperti ada daya tarik tersendiri.
Kenapa dia cuma terus menatapnya saja? Kenapa dia tidak tersenyum atau bahkan
memberi isyarat yang cabul? Clara baru sadar kalau dia telah balas menatap sang
pria untuk sekian lama setelah Tom menyentuh pundaknya.
Dia
tersenyum pada suaminya, kemudian ikut melangkah menuju ke kamar yang mereka
pesan. Dia mulai merasa terangsang. Dia menyetubuhi suaminya dengan segenap
hasrat. Pengantin baru ini bercinta dengan penuh gairah, berisik dan liar. Tom
menyutubuhinya di atas ranjang, lalu di lantai dan terakhir di dalam bathub.
Mereka terlelap ke alam mimpi dengan tubuh telanjang saling dekap.
Clara merinding setelah air yang membasahi tubuhnya perlahan berubah jadi dingin. Dia
berdiri di dalam bathtub, membiarkan payudaranya yang basah menggantung bebas
dihadapan suaminya. Kemudian dia melangkah keluar dari dalam bathub dan menuju
ke depan cermin. Dia tertawa saat melihat kulitnya yang mulai berkerut kedinginan
di depan cermin. Tawanya terhenti saat dia mainkan kalung rantai yang telah
diberikan Tom sebelum mereka menikah.
Dia tak
tahu asal usulnya, tapi suaminya mengatakan kalau rantai itu merupakan sebuah
simbol ikatan cinta yang kuno. Selama dia memakainya, mereka berdua tak akan
dapat terpisahkan. Dia memegangnya, memantulkannya di atas kekenyalan
payudaranya dan kemudian mencoba mengepaskan bulat payudaranya dengan lingkaran
rantai tersebut.
Entah
bagaimana, dia dapat merasakan Tom tengah menyentuhnya setiap kali rantai
tersebut bersentuhan dengan kulitnya. Dia melangkah masuk ke dalam kamar dan
mengeluarkan jubah sutera berwarna emas yang pendek dari dalam tasnya.
Dibungkuskan lembutnya kain tersebut ke tubuh telanjangnya.
Dia duduk
di atas ranjang, membuat ujung jubahnya tersingkap hingga atas pahanya dan
menampakkan sedikit memeknya yang mengintip. Dia tersenyum ketika menyadari
betapa terbukanya jubah pendek tersebut. Tom akan sangat suka dia memakainya,
atau lebih tepatnya lagi, menyetubuhinya dalam balutan jubah sutera tersebut.
Suara
gemericik shower menyadarkan Clara dari suasana erotisnya. Dia mempertimbangkan
untuk masuk saja ke dalam kamar mandi, menyusul suaminya dalam guyuran air
hangat, tapi dia merasa begitu haus. Dia raih dompetnya dan mengeluarkan
beberapa recehan. Dia putuskan untuk membeli sebotol teh dingin, lalu melihat
apa suaminya butuh bantuannya apa tidak.
Dia keluar
dan melangkah menyusuri lorong, lupa akan jubahnya yang pendek dan tipis.
Bergegas dia menuju mesin penjual minum otomatis di lantai terdekat, memasukkan
koin recehannya dan membungkuk untuk mengambil minumannya. Terdengar suara
pintu yang dibuka datang dari lorong saat dia ambil kaleng minumannya. Dia
tolehkan wajahnya ke arah sumber suara tadi.
Itu sang
pria tadi. Dia berjalan mendekatinya, langkahnya menunjukkan keyakinan diri
atau ketidakpedulian, Clara tak tahu yang mana. Tapi sorot matanya membimbing Clara untuk mempercayai bahwa itu adalah sebuah keyakinan diri yang kuat.
Clara merasa tak kuat berdiri menahan tubuhnya, dia mulai rubuh. Sang pria semakin
dekat, dia raih tangan Clara untuk membantunya berdiri, memegang kepalanya dan
mengarahkan agar tatapan mata Clara tetap memandangnya.
Ada
sesuatu dalam sorot matanya… Begitu misterius… Begitu memikat… Begitu penuh
nafsu… Tapi sama sekali tak mengancam. Sang pria tersenyum. Clara terlalu mati
rasa untuk merespon. Sang pria kembali berjalan menyusuri lorong
meninggalkannya. Sebuah hembusan hawa dingin menyapu pahanya dan naik
menggelitik rambut di selangkangannya.
Sang pria
telah melihat pantatnya. Dia sadar kalau jubahnya yang begitu pendek pasti
tersingkap naik saat dia membungkuk untuk mengambil minumannya tadi. Pantat
telanjangnya akan terlihat membulat nikmat dalam posisi tersebut – dia
mengetahuinya dari beberapa pose yang pernah dia lakukan didepan cermin.
Lalu dia
menyadari sesuatu yang jauh lebih penting. Sang pria pasti juga telah melihat
memeknya. Telah dia saksikan sendiri lipatan bibir memeknya yang mengintip begitu
menggoda dari bawah pantatnya. Sang pria pasti sudah melihatnya.
Clara bergegas kembali ke kamarnya, kembali pada suaminya. Tom akan dengan senang
hati menyetubuhi isterinya yang berpakaian minim lagi. Clara muncul di kamar
mandi dan memberi suaminya sebuah pertunjukan kecil. Dia membungkuk seperti yang dilakukannya di mesin minuman tadi, bertanya pada suaminya,
“Apa kamu
pikir ini terlalu pendek?”
Jelas dia
akan berkata
“Tidak”
Lalu Clara kembali bertanya, “Bukankah kalung rantai ini pas di sini?” Dan mulai
membuka bagian depan jubahnya, mengekspos kalung rantai dan payudaranya. Dia
biarkan pemberian suaminya tersebut menggantung di putingnya.
Clara menjatuhkan jubahnya ke atas lantai, lalu melangkah masuk ke
dalam siraman air hangat bersama suaminya. Clara telah lupa perjumpaan dengan
sang pria pada malam sebelumnya. Dia terbangun dari tidurnya, tubuh
telanjangnya menempel rapat ke tubuh telanjang suaminya dan pikirannya hanya
dipenuhi oleh kebahagiaan dan masa depan yang menanti mereka.
Dia
melangkah ke kamar mandi dan melihat jubah berwarna emas yang tergeletak di atas
lantai. Pikiran tentang sang pria asing datang kembali. Dia pasti sudah
memberinya sebuah pertunjukan yang cukup menggairahkan! Dia pakai jubah tersebut,
mengingat bagaimana cara sang pria memandangnya.
“Apakah…”
Dia
membungkuk, posisi yang sama seperti saat dia mengambil minuman kemarin. Dia
menoleh ke cermin di belakangnya. Sudah pastilah sekarang, bongkahan pantatnya
tersingkap dengan cepat. Memeknya menyusul muncul tepat sesudahnya.
Dia
rasakan sebuah hembusan hawa hangat menyapu tubuhnya karena pemandangan
tersebut. Dia bangkit dan mengamati tubuhnya di dalam pantulan cermin. Dia
amati putingnya mengeras dari balik jubah suteranya dan dia mulai memainkan
jubah tersebut.
Dia
singkapkan lebih untuk memperlihatkan daging payudaranya lebih banyak lagi,
lalu menutupnya kembali. Dia uji seberapa longgar dia bisa mengikat bagian
depan tanpa terlalu banyak memperlihatkan tubuhnya. Dia nikmati belahan dadanya yang terlihat menggiurkan. Tanpa berpikir, tangan kirinya menyelinap ke balik
jubah suteranya dan meremas payudaranya yang sebelah kiri dengan lembut.
Tak mampu
dia cegah untuk memikirkan sang pria asing dan betapa senangnya dia jika sang
pria melihatnya seperti sekarang ini! Kain sutera tersebut menggantung dengan
lembut di pinggir payudara telanjangnya, terlipat seiring gerakan naik
turunnya. Dia bayangkan mata sang pria menatap tak berkedip padanya… pada
dadanya.
“Dia
mungkin sudah melihat memekku, tapi dia belum lihat yang ini!”
Tangan
kananya merayap menaiki pahanya, menyusup ke dalam jubah. Dia usap memeknya dan
memandangi tubuh indahnya yang menggelinjang. Jubah tersebut tetap dalam keadaan
terikat longgar pada bagian depan. Dapat dia lihat pandangan penuh gelora
birahi dalam tatapan matanya. Seperti itukah dia membalas tatapan mata penuh
nafsu dari sang pria? Dia pejamkan matanya setelah pikiran itu terlintas.
Clara merasa mata sang pria tengah mengawasinya sekarang. Keberadaannya di dalam
benaknya. Dia hayalkan sang pria asing berada di seberang cermin, memandang
payudaranya yang terguncang… Melihat dia tengah memuaskan dirinya sendiri. Dia
selipkan satu jarinya masuk ke dalam celah memeknya. Apakah ini jari sang pria?
“Oooh…” Clara mendorong jarinya masuk ke dalam lubang memeknya sendiri dengan keras,
mengangkat pinggulnya berlawanan arah dengan sodokan jarinya.
Bagaimana
jika ini adalah batang penisnya? Clara berhenti. Dengan cepat dia tutup
jubahnya dan melangkah menuju ke dalam kamar. Tanpa melihat ke arah suaminya,
dia kenakan sepotong celana pendek dan menutupi payudara telanjangnya dengan
sweater yang ringan.
Dia akan
turun untuk mendapatkan secangkir kopi… Dia akan turun dan melupakan bayangan yang baru saja dia hayalkan. Clara menerima secangkir kopi dari si gadis di
belakang meja konter. Dia teguk cairan panas itu, berharap dapat meredakan
gemetar tubuhnya. Tapi malah semakin menambah merah kulitnya yang telah merona.
Dia berbalik dan melangkah menuju ke lift.
“Ya
ampun…”
Sang pria
asing berdiri di pintu. Lift itu mengarah turun, tapi dia tidak keluar. Clara melangkah masuk, merasa aman karena ada sepasang orang berumur lebih tua masuk
bersamanya. Dia menolak memandang ke arah sang pria, tapi dia tahu kalau mata
sang pria memandanginya. Dia MERASAKAN mata sang pria di tubuhnya.
Jantungnya
berdegup kencang dibalik sweaternya. Dia teguk kopinya dengan tangan yang gemetar. Dia gigit bibir bawahnya saat merasakan denyutan diantara pahanya.
Perasaan itu tumbuh makin besar, seakan ada jari yang menggosok bibir memeknya,
mengirimkan getaran menggelora ke sekujur tubuhnya.
Memeknya
bereaksi sendiri, seakan tahu kalau pernah dilihat dan ingin untuk kembali
dipandang. Kembali dia teguk kopinya, tak menyadari kalau lift telah berhenti.
Pasangan tua tersebut melangkah keluar. Tak ada seorangpun yang masuk lagi.
Lift
kembali naik. Clara sadar kalau setidaknya dia melirik ke arah sang pria. Jika tidak, sang pria akan mendekatinya. Dia bersiap untuk memberikan sedikit
senyuman. Dia paksakan kepalanya bergerak sedikit ke arah sang pria, menunggu
sang pria menatapnya dengan seringai serta mengucapkan sesuatu yang kasar.
Sang pria
menatapnya. Seakan matanya tak pernah berpaling, terus menatap Clara. Seakan
mata itu tak memiliki arah tujuan lainnya, dia terus menatapnya. Clara merasakan hantaman sensasi dari kepala hingga ujung kakinya. Dia akan tersenyum
lalu segera berpaling.
Tapi dia tidak tersenyum. Dia sama sekali tak berpaling. Clara memandang tepat di matanya
dan dia sadar dirinya telanjang baginya. Tanpa memakai pakaian dan sang pria
telah melihat ketelanjangannya untuk memperkuat imajinasi terlemahnya. Belum
pernah Clara menyaksikan pernyataan nafsu yang begitu berani dari seorang pria
kepadanya, bahkan sang pria belum mengucapkan sepatah katapun. Dan Clara belum
juga memalingkan muka. Lift berhenti di lantainya Clara.
Pintunya
terbuka. Seharusnya dia bergerak. Sang pria yang bergerak. Dia mendekati Clara hingga hanya berjarak 1 inchi darinya. Pintu lift menutup kembali. Clara merasakan memeknya berdenyut. Dia rasakan putingnya terbakar. Sang pria
menciumnya. Sang pria tidak beraksi dengan serangan nafsu buta. Dia hanya
menekankan lidahnya ke bibir Clara dan menciumnya.
Clara balas mencium. Dia rasakan bibir basahnya bertemu dengan bibir basah sang pria
dan meluncur lembut di atasnya. Pintu lift terbuka. Lantai berikutnya. Seorang
pria dengan anaknya masuk. Sang pria asing hentikan ciumannya seiring
terbukanya pintu lift dan bersama Clara menoleh ke arah para pengganggu.
Keabadian seakan berjalan lambat.
Clara menatap pintu lift yang terbuka. Setiap denyut kesadarannya mengatakan agar
melangkah keluar melewati pintu tersebut. Dia melangkah ke depan, tapi
terhalangi oleh tubuh sang pria. Tangan sang pria berada di dada Clara. Clara melihat penguasaannya pada tekanannya yang lembut.
Dia mulai
menyadari kalau tangan tersebut telah berada di dadanya selama ini. Dia memaksa
melewati sang pria asing, keluar menuju ke lorong. Dia begegas ke arah tangga,
berharap sang pria tidak mengikutinya. Dia sampai ke ujung lorong, nafasnya
memburu cepat.
“Dasar
wanita bodoh, kamu wanita – yang bodoh!”
Dia terus
merutuk dirinya sendiri saat menuruni tangga. Begitu menyesal karena tak
membiarkan sang pria menganggap bahwa dia telah berhasil menaklukannya. Begitu
menyesal karena bersikap tenang dan seakan isteri yang penurut dan setia.
Tom
terbangunkan oleh isterinya, yang sedang menggesekkan memeknya ke batang penisnya
agar ereksi. Dia lepaskan sweater dari tubuh isterinya dan kalung rantai yang menggantung dipayudara Clara menghantam wajahnya. Clara luncurkan memeknya
pada batang penis Tom yang sudah keras sekarang dan dia tarik kalung
rantainya terlepas dari leher saat dia mulai bergerak menyetubuhi suaminya.
Sekali
lagi dia berusaha keluarkan pertemuan dengan sang pria asing dari dalam
benaknya saat dia dan suaminya tengah bersiap untuk perjalanan bulan madu.
Mereka sedikit terlambat untuk berkemas, terima kasih pada gelora birahi Clara. Dia butuh Penis suaminya dalam tubuhnya, itu akan mengingatkan dia akan
cinta yang dia rasa pada suaminya dan komitmennya pada pernikahan mereka yang suci.
Selama Tom bercinta dengannya, dunia akan jadi sempurna.
Namun
hasrat Clara yang terus berkobar sepanjang hari sungguh membuat Tom kelelahan
dan akhirnya Clara menyerah untuk membiarkan suaminya rehat. Mereka nikmati
keindahan panorama, pergi makan malam yang romantis dan kembali ke kamar pengantin
mereka setelah merasa segar dan siap untuk malam panjang penuh gairah.
Mereka
berdiri di depan pintu utama, menunggu kendaraan datang. Mata terus fokus
mengamati jalanan dari bukit yang berliku panjang. Berharap taksi yang mereka pesan
segera datang dan Clara tak perlu lagi merasa cemas melihat sang pria asing di
sekitarnya. Tapi memfokuskan diri pada taksi ternyata tak banyak membantu.
Seakan
sang pria muncul ke manapun mereka pergi, selalu muncul dalam penglihatan Clara saat mata Tom tak melihatnya. Sang pria terus memandangnya saat di
restoran, saat di pantai, saat di musium. Dalam setiap tatapan, gairahnya
berkobar semakin besar terhadap Clara.
Intensitasnya
seakan sebuah kontak fisik bagi Clara, merangsang payudaranya, membuat
memeknya basah dan membara oleh tangan-tangan yang kasat mata. Clara tak pernah
beranjak dari sisi suaminya. Tak akan dia biarkan sang pria menyentuhnya
kembali. Tak akan dia ijinkan sang pria membangkitan sesuatu yang terlarang dari
dalam dirinya. Dia sekarang seorang isteri, yang baru…
Dinner
datang setelah matahari terbenam. Akhirnya mereka dapat duduk di sebuah private
restoran. Sebuah bilik terpencil sangat tersembunyi dari mata yang mengawasi.
Hanya mata suaminya serta mata pelayan remaja yang bisa memandangi kecantikan Clara. Clara menarik nafas dan menekankan kalung rantainya ke belahan
dadanya.
Dia memakai
gaun yang bisa membuat mata setiap pria terloncat keluar dan dia menerka seberapa
lama suaminya mampu menahan diri saat memandangnya memakai pakaian seperti ini.
Tap tak lama berselang, kaki Tom telah menemukan jalannya kebalik rok dan
menuju ke celana dalam Clara. Ujung jempolnya menggesek selangkangannya, dia
menggeser posisi tubuhnya sedikit membungkuk ke depan untuk menyambut sang
penyusup.
Tom
menjatuhkan buah zaitun ke belahan dada Clara, lalu pura-pura kesulitan saat
mencoba mengambilnya dara dalamnya. Tangannya merayap pelan membelai payudara Clara. Dia membuat permainan kecil dengannya, kadang mengambil sesuatu barang
lainnya untuk dijatuhkan ke dalam belahan dada isterinya.
Clara merasa bersyukur akan bilik terpencil yang mereka tempati ini karena beberapa
kali tangan nakal suaminya menyebabkan payudaranya menyembul keluar dari balik
gaun. Setiap kali Tom dengan cepat memandang sekelililingnya, lalu mencelupkan
puting Clara ke dalam wine atau kecap, hanya untuk kemudian dia hapus dengan
sebuah hisapan serta kecupan bibirnya sendiri. Celana dalam Clara kuyup sudah
dan dia sudah tak sabar untuk kembali ke dalam kamar pengantin mereka.
Tom
menarik tangan Clara ke arah selangkangannya dan menyusup ke dalam. Dia
meremas penis suaminya dari bawah meja. Tom menggigit tulang steak dengan
keras, mencoba untuk tidak mengerang keras saat isterinya memijit dan mengocok
penisnya. Clara merasakan sebuah cairan hangat menyembur pada tangannya.
Sial! Dia
ingin memuaskan suaminya, tapi tidak ingin menyudahinya secepat ini! Dia lap
sperma Tom di tangannya dengan serbet, tapi dia sadar kalau dia butuh lebih
dari sekedar kain serbet untuk membersihkannya. Dia tutupi tangannya dengan
serbet dan bergegas menuju ke toilet wanita. Keluar dari area restoran dan
menuju ke lobi. Dia temukan tanda toilet wanita dan melangkah menuju lorongnya.
Ada seseorang sedang duduk di kursi, di samping jalan masuk toilet wanita
tersebut.
Itu sang
pria. Dia merasakan campuran rasa takut dan marah. Bajingan ini masih
membuntuti mereka dan menunggu dia keluar dari dalam restoran. Clara harap
bisa melewati pria ini sebelum dia melihatnya. Tapi dia gagal. Sang pria
berdiri, menghalangi jalannya. Hampir saja Clara berlari menubruknya. Dia baru
saja akan berkata“Permisi,” atau “Kamu *******.”
Tapi sang
pria akan sangat menikmati pilihan yang kedua. Namun sebelum Clara mengucapkan
sepatah kata, sang pria mulai bergerak mundur, memberikan jalan bagi Clara untuk menuju ke pintu masuk, meskipun Clara masih tetap berdiri di tempatnya
berada.
Clara tak
menatap matanya hingga sang pria berhenti lagi. Mereka berada di ujung lorong.
Toilet wanita terletak di tempat paling ujung hingga keberadaan keduanya sama
sekali tak terlihat dari restoran. Clara ingin teriak, tapi kembali dia
mendapati mata sang pria.
Masih
tersisa gelenyar sensasi dalam tubuhnya dari permainan kecil dengan suaminya
tadi. Dan gelenyar tersebut terus bergolak saat mata sang pria memandanginya
dalam balutan gaun ketat. Dia merasakan matanya berhenti di payudaranya –
terasa seakan sebuah cairan hangat tertuang dari kedua matanya. Bergerak turun
ke pinggangnya dan dia merasakan tatapannya seakan sepasang tangan memegangi
pinggangnya.
Bergerak
turun lagi ke pahanya dan dia merasa tatapanannya bagaikan angin lembut yang berhembus pelan naik turun menyusuri kedua pahanya. Ternyata itu memang
tangannya. Ujung jari tengah sang pria bergerak menyusuri naik turun daging
paha Clara yang terbuka. Tangan yang satunya memegang tangan Clara yang memegangi
kain serbet.
Clara merasakan sperma suaminya teremas diantara tangan mereka saat sang pria
mengarahkannya menuju ke pinggang Clara. Clara merasakan tangannya sendiri
menekan gaunnya naik, dibimbing oleh tekanan tangan sang pria. Clara rasakan
tangannya sendiri kini menekan celana dalamnya, menekankan serbet yang berlumuran
sperma Tom ke tubuhnya.
Kain
celana dalamnya terasa begitu tipis. Tangan Clara terkulai lepas kala sang
pria menekankan serbet tersebut ke dalam memeknya. Clara merasa serbet basah
tersebut membasahinya, mengalir menyentuh tubuhnya. Sang pria menekannya masuk,
celana dalamnya tertekan ke dalam celah memeknya dan dia rasakan jari sang pria
mendorong serbet beserta spermanya menyentuh klitoris Clara.
Clara mematung, terdiam beku. Tubuhnya membeku seutuhnya kala serbet tersebut perlahan
menerobos masuk ke dalam memeknya. Itu adalah sperma suaminya. Tapi dengan
tangan sang pria. Clara merasa dirinya berteriak, jauh di dalam hatinya.
Sebuah suara dari hati yang waras, meneriakkan akan kesalahan dari seluruh
peristiwa ini.
Tapi ini
adalah sperma suaminya sendiri!!! Namun kemudian ada sesuatu yang terjadi,
seseorang muncul dari ujung lorong. Seorang pria, berjalan mendekati mereka dan Clara dapat merasakan kalau mata pria yang muncul tersebut seakan terkunci pada
obyek yang tengah digosokkan pada selangkangannya. Clara dapat memastikan hal
itu karena tak juga dia dengarkan suara derit pintu dibuka dari toilet pria.
Pria itu
menyaksikan seseorang sedang menggosokkan sperma suaminya ke dalam memek Clara. Clara seakan tersadar dari alam bawah sadarnya dan dia bergegas lari
keluar dari lorong tersebut. Sang pria hanya memandangnya dalam diam kala Clara berlari melewatinya.
Tom sedang
terlelap. Mereka usai berhubungan seks. Satu kali. Clara membiarkan suaminya
menelanjanginya, mencium payudaranya dan menyetubuhinya dengan segenap hasrat. Clara mendapatkan orgasme, namun gairah yang mereka bagi saat di meja restoran
tadi tak pernah kembali. Dia tarik wajah suaminya mendekat, membenamkannya
diantara payudara, mencoba untuk menarik kembali gairah dan birahinya.
Clara ingin terbang tinggi dan menghilang bersama Tom. Ingin merasakan Tom di dalam
tubuhnya. Ingin menggoyang liar batang penis Tom yang menyodoknya dan meyakini
bahwa suaminyalah pecinta terbaik di dunia ini untuknya. Namun kini Tom tidur. Clara tak bisa menyalahkannya. Mereka hanya tidur sebentar-sebentar saja
semenjak sampai di sini dan gelora seks Clara telah membuat suaminya
kewalahan.
Dia
biarkan kepala suaminya terkulai di samping tubuhnya. Dengan hati-hati dia
pindahkan tubuh Tom yang menindihnya, lalu berdiri. Dia mainkan kalung rantainya
sembari berjalan mondar-madir dalam kamar dengan telanjang. Kembali dia rasakan
tenggorokannya teramat kering, lalu mengambil recehan untuk mesin penjual
minuman otomatis.
Dapat dia
rasakan sperma Tom masih di dalam tubuhnya lalu dia kenakan celana dalam warna
emasnya. Dia tak mau madu cinta suaminya sampai menetes saat dia berjalan di
lorong nantinya. Jubah sutera warna emas kembali dia bungkuskan pada tubuhnya
dan dia kemudian keluar dari kamarnya. Dia tahu betul betapa jubahnya tersebut
begitu minim. Tentu saja, meskipun kini dia memakai celana dalam, itu tak
banyak membantu juga.
Masih tak
mampu dia tepis perasaan ketelanjangannya. Jubah tersebut terlihat menggantung
pada payudaranya, memberikan pemandangan yang begitu jelas akan ukuran serta
kekencangan buah dada tersebut. Belahan samping dari tangan hingga pinggang
juga patut dipertanyakan, karena selalu memperlihatkan celana dalamnya setiap
kali kakinya melangkah dengan tergesa menyusuri lorong, meskipun hanya sekilas
lalu. Dia tak memikirkan tentang apapun lainnya. Matanya terfokus pada mesin
minuman serta rasa haus yang menyerang tenggorokannya dengan hebat.
Udara
terasa sedikit lebih dingin di lorong dan dapat dia rasakan gelenyar rasa yang dia kenali merayap naik di paha dan di balik jubahnya. Dia berpapasan dengan
beberapa pria di lorong, dapat dia lihat mereka melirik ke arahnya saat
bersimpangan. Akhirnya dia sampai ke mesin minuman dan segera dia masukkan
recehannya. Kaleng teh dinginnya jatuh keluar dan dengan berhati-hati dia
mengambilnya. Sesuatu menekan pantatnya.
Dengan
sigap Clara berdiri, siap untuk teriak pada seseorang yang telah menyentuhnya.
Ternyata sang pria. Clara melihat bayangan sang pria dari pantulan pada mesin di
depannya. Clara membeku, begitu terkejut dan tetap terdiam saja seperti
perjumpaan-perjumpaan mereka yang sebelumnya. Dapat Clara lihat sang pria hanya
memakai celana pendek saja dan dia sadar kalau yang tengah menekannya sekarang
tak lain dan tak bukan adalah penis ereksi sang pria.
Sang pria
menyingkapkan jubah Clara. Clara masih tetap membeku saat sang pria
mengekspos pantat indahnya. Masih tetap dia membeku saat tangan sang pria
menekan celana dalamnya. Sebuah jari menyelip ke dalam karet celana dalamnya
dan meluncur melintasi pinggangnya. Clara harus menghentikan sang pria… dia
harus menghentikannya… pikiran itu terus berulang dalam benaknya.
Sang pria
mendorongkan pinggangnya pada Clara, menekan penis kerasnya tepat di celah
bongkahan pantatnya. Clara masih terus menghadap ke arah mesin. Tangan sang
pria bergerak naik meninggalkan pinggang Clara dan menekan payudara
terlarangnya dari luar jubah sutera. Jemari sang pria mulai bermain dengan tali
jubah tersebut.
Tiba-tiba
saja Clara ingat suatu hal; dia tak pakai bra. Jika sang pria membuka
jubahnya, payudaranya akan tersuguh bebas di hadapannya. Itu tak boleh terjadi,
meskipun dapat dia nikmati sentuhannya itu. Meskipun sejujurnya dia menyukai
ide gila itu. Clara tangkap tangan sang pria dan menyingkirkannya dari
payudaranya. Sang pria membiarkan Clara menepiskan tangannya menjauh.
Clara merasakan tangan itu jatuh di samping tubuhnya. Clara tercekat oleh rasa
dingin dari kaleng minuman. Ternyata tadi sang pria asing menaruh kaleng itu di
belahan payudaranya. Dapat Clara rasakan berat kaleng minuman itu menekan
kalung rantainya menekan tajam pada dagingnya.
“Uhh…”
rasa dingin itu membuatnya melenguh.
Dia
rasakan kedua putingnya segera mengeras oleh sensasi rasa dinginnya. Sang pria
memindahkan kaleng itu melewati payudara kirinya, melembabkan jubah suteranya
dengan dingin
Setetes
air jatuh mengaliri belahan payudaranya, membuat dadanya merinding kedinginan
lagi dan menyebabkan dia tersengal. Tubuhnya masih tetap membeku, tapi hanya
separuhnya disebabkan oleh dinginnya kaleng. Sang pria menaik turunkan kaleng
itu menggesek puting sebelah kanannya. Clara merasakan ketaksadaran sama
seperti sebelumnya.
Kenapa dia
biarkan sang pria menyentuhnya seperti ini? Kenapa dia jadi begitu terangsang?
Dia putuskan untuk menghentikannya, namun tubuhnya menolak untuk mematuhinya…
tak ada yang salah dengan sentuhannya…Sang pria berusaha menyelipkan kaleng minuman
itu diantara lipatan jubah, dan mulai meluncurkannya turun.
Perbuatannya
itu menyebabkan jubahnya terbuka, membuat area dada Clara terekspos semakin
luas. Clara mengamati rantai kalungnya yang mulai terlihat, lalu bayangan lingkar
payudaranya yang kenyal. Tubuh sang pria kini sepenuhnya menekan Clara,
menghangatkan bagian belakangnya, sedangkan bagian depan tubuh Clara terbuka
kedinginan.
Dapat dia
rasakan nafas hangat sang pria menerpa lehernya kala jubahnya mulai terbuka. Clara memandang turun pada belahan dadanya, mencemaskan keterbukaan
payudaranya yang sangat bisa dinikmati mata sang pria jika dia mengintip dari
balik pundaknya. Sang pria mencium leher Clara. Dan Clarapun tetap terdiam
membeku. Jika sang pria mencoba untuk membuka jubah Clara sepenuhnya, Clara akan membiarkan saja… TIDAK! Dia tangkap tangan sang pria.
Tangan itu
terasa dingin karena kaleng minumannya dan daging tubuh Clara serasa terbakar
kala tangan sang pria menekan tubuhnya. Tak akan dia perlihatkan payudaranya.
Tak akan dia biarkan sang pria membuka jubahnya dan melihat bagian tubuh
terlarangnya yang hanya boleh untuk mata suaminya saja! Tangan sang pria kembali
ke pinggang Clara.
Clara perhatikan kalau jubahnya telah terbuka hingga perutnya. Dia perhatikan kalung
rantainya tetap berada diantara payudaranya – terjepit diantara kehangatan
belahan dadanya. Putingnya masih tertutupi. Clara merasa menang dengan
kenyataan tersebut. Sang pria telah melihat banyak, namun belum ada bagian yang terlarang.
Sang pria
mulai menggoyang. Dia gerakkan penisnya ke tubuh Clara, menggodanya dengan
panjang batang penis serta gairahnya. Ya ampun… Clara merasakan sebuah
gelombang hangat mulai menyebar di pahanya. Dia ingin menjauh. Dia ingin lari.
Tapi dia tidaklah sedang bersetubuh, dia tidak sedang bersetubuh… Dia masih
terlindungi oleh celana pendek sang pria dan juga celana dalamnya.
Dia tidak sedang bersetubuh…Namun siraman erotis masih cukup bagi tubuhnya untuk
mendorong ke belakang secara insting ke batang penis sang pria.
“Ohh!” Clara tersentak kala sang pria menekannya ke arah mesin, membuat kaleng teh
dingin terjatuh.
Tangan
sang pria mulai mengelus pinggulnya, menyingkap jubahnya hingga sebatas
pinggang seiring tekanannya yang semakin keras.
“Wow!” Clara mendengar dua orang pria melewati mereka. Mereka melihatnya tengah
dihentak oleh sang pria.
“Ya ampun!” seorang wanita lewat. Dia melihatnya tengah digoyang oleh sang pria.
“Ya ampun!” seorang wanita lewat. Dia melihatnya tengah digoyang oleh sang pria.
Orang
ketiga bersiul. Dia melihatnya tengah disodok oleh sang pria. Tangan sang pria
bergerak naik di dalam jubah Clara. Kulit telanjang pinggangnya telah
disentuh. Tak apa-apa… tak masalah… pikir Clara. Masih tidak terlarang… Kenapa?
Mengapa? Kenapa aku membiarkan pria ini melakukannya? Clara mencoba berasio
akan sikap membiarkannya saat tubuhnya tergesek pada mesin minuman dengan pelan.
“Mami,
mereka sedang apa?”
Clara perhatikan seorang pria kecil dari sudut matanya.
“Ayo
pergi, Donnie! Pergi dari sana!” Sang mami mencoba menarik anaknya menjauh dari
pemandangan seorang pria asing dengan metodis menggesekkan penisnya ke celana
dalam Clara.
Menjauh
dari gambaran akan tangan sang pria membelai tubuh wanita yang hampir telanjang
dengan pinggang terekspos dan tubuhnya terhentak ke mesin minuman. Tapi si pria
kecil menepiskan tangan maminya saat dia menyaksikan tangan sang pria meraih
payudara telanjang Clara dari dalam jubahnya… Clara terhenyak oleh karenanya.
Sentuhan
tangan sang pria pada keindahan bulatan kenyal dadanya adalah titik batasnya.
Itu sudah terlarang. Ataukah itu disebabkan oleh keberadaan si pria kecil dan
maminya? Clara bergegas pergi melewati mereka semua, tanpa melihat lagi pada
sang pria atau si pria kecil yang melongo. Di sepanjang jalannya berharap bahwa
sentuhan terlarang sang prialah yang membuatnya menghentikan semua. Bukannya
kenyataan kalau mereka telah terganggu…
“Hey, ada
apa denganmu?” Clara menatap pantulan dirinya di cermin saat dia bicara
dibawah nafasnya.
Dia baru
saja bangun tidur dan sekarang harus menghadapi kenyataan dari kejadian malam
sebelumnya. Dia menolak untuk memikirkan tentang kelengahannya saat sang pria
beraksi terhadapnya.
Tom tengah
mandi dan kini dia sendirian di kamar mereka, memikirkan…Dia duduk di ranjang,
merasa bersalah dengan apa yang sudah terjadi kala dia kembali ke kamarnya. Dia
bangunkan Tom. Sekali lagi dia berusaha untuk membangunkan penis suaminya yang lelah. Dia begitu menghendaki untuk segera disetubuhi oleh suaminya. Jika perlu Clara akan menyetubuh tangan suaminya saja andaikan suaminya tidak juga bangun.
Tapi Clara tahu kalau dia tak melepasnya begitu saja. Awalnya, dia palsukan orgasme
bersama Tom. Dia palsukan kenikmatannya, dia palsukan erangannya, dia palsukan
kepuasannya. Tubuhnya bergetar oleh gairah seksual, tapi seolah-olah tangan Tom
sudah tak berperasaan. Tak lagi bisa menstimulasi kulit lembutnya. Bibir Tom
tak mampu memadamkan dahaganya yang membara.
Penis
kerasnya tak bisa mengisi kekosongan birahinya. Dia meminta suaminya untuk
mengambilkan sekaleng teh dingin untuknya. Tak mungkin dia kembali ke lorong
itu lagi. Tom telah kembali, ekspresi kelelahan mendominasi wajahnya. Bahkan
dia tak menutup pintu dengan benar dibelakangnya. Dia rebah ke atas ranjang di
samping isterinya dan dengan segera jatuh terlelap kala isterinya meneguk
redakan dahagan Clara bangkit, bersiap untuk mengenakan pakaiannya. Dia ambil celana dalam berwarna
emasnya dan secara rutin memakainya. Dia amati tasnya dan keinginan untuk
mencari di dalamnya sirna dengan cepat. Yang dia tahu hanyalah dia merasakan
ketakpastian. Dia pungut jubah dengan warna senada dari lantai dan memakainya
lalu mengikatnya kencang. Dia bertanya-tanya apakah setelah Tom keluar dari
kamar mandi nanti, gairah seksnya juga akan segar kembali.
Kelihatannya
itu sudah tak masalah lagi. Dia dudukkan tubuhnya di depan cermin dan mulai
menyisir rambutnya. Segera saja kilau indahnya kembali lagi. Clara merasa
matanya mencari sesuatu yang lebih lagi dibalik jubahnya… pada kalung rantai yang tergantung nyaman diantara payudaranya. Pintu kamarnya dibuka… Clara memandang dalam
cermin dan melihat sang pria. Dia tak merasa terkejut, sama sekali tak
merasakan takut.
Sang pria
terlihat bimbang, seakan kemarahan Clara terhadapnya kemarin malam adalah
akhir dari affair kecil mereka. Clara balas menatap sang pria dari dalam cermin.
Dia masih tetap memakai celana pendek yang sama dengan kemarin malam. Clara berdiri, mengenakan jubah dan celana dalam yang sama seperti yang dia pakai dalam
pertemuan terakhir mereka. Jubah sama yang dia basahi dengan kaleng minuman.
Jubah sutera lembut sama yang hampir dia lucuti dari tubuh indah Clara.
Clara sadar sang pria telah menyentuhnya dimana seharusnya tak dia biarkan disentuh
seorang pria. Tapi dia telah membuat batas. Dia berlalu kala sentuhan sang pria
berkembang ke arah yang tak sepantasnya. Dia berlalu sebelum sentuhan sang pria
menjadi benar-benar terlarang. Sekali di dalam lift. Satu kali di restoran.
Sekali di lorong. Clara membuka jubahnya. Kain sutera yang lembut perlahan
meluncur menuruni kulit putihnya. Kalung rantainya jadi terlihat.
Bulatan
payudaranya terbuka di depan mata, bersama dengan puting merah mudanya yang lembut. Dia tawarkan payudaranya pada sang pria. Dia tawarkan padanya sentuhan
terlarang. Sang pria menciumnya, penuh hasrat dan basah. Dia raba dan remas
payudaranya.
Clara menangkap tangannya, tapi kali ini bukan untuk menepiskannya. Dia bawa telapak
tangan sang pria pada putingnya, menyusupkannya dalam belahan dadanya dan
memijat dirinya sendiri dengan sentuhan terlarang sang pria.
Payudara Clara bergerak mengikuti cengkeramannya yang sepenuh gairah. Putingnya melentur
dibawah jari sang pria. Lalu Clara bawa tangan sang pria ke mulutnya dan
menghisap rasanya. Dia hempaskan tubuh Clara ke ranjang, Tubuh Clara terpantul di atasnya, payudaranya bergoyang seirama pantulannya. Clara juga
lepaskan celana dalamnya kala sang pria melepas celana pendeknya.
Ingin Clara teriak saat sang pria melakukan penetrasi terhadapnya. Ingin dia
suarakan kenikmatan seutuhnya yang dia rasa saat batang penis sang pria meluncur
ke dalam tubuhnya. Sang pria menyutubuhinya dengan kasar, liar, sodokannya
menghujam dalam, membawa penisnya menembus ke bagian tubuh Clara terdalam.
Kedua tubuh mereka terlontar liar naik turun di atas ranjang. Clara tautkan
pahanya yang terentang lebar melingkari sang pecintanya.
Payudaranya
terayun liar, seliar persetubuhan yang mereka lakukan. Segenap nalar sehat Clara menguap. Birahinya memegang kendali. Sekujur tubuhnya tergetar dan terhempaskan
oleh persetubuhan paling murni yang pernah dia tahu. Clara menginginkan penis
sang pria, Clara membutuhkan ejakulasi sperma sang pria. Dia ingin menyetubuhi
sang pria lagi dan lagi kala penis menawan milik sang pria meluncur keluar
masuk di dalam lorong memeknya.
Sepasang
mata itu… Tatapannya… Clara merasakan birahi sang pria meraih pemenuhannya
dalam tiap gerak persetubuhan yang dia lakukan. Ranjang itu berderit seirama
ayunan birahi keduanya, terasa begitu nyaring, senyaring yang memungkinkan. Penis
sang pria mengirimkan rasa sakit padanya, namun Clara malah semakin keras
menghentakkannya.
“Setubuhi
aku… Setubuhilah…” Clara menjerit pada dirinya sendiri berulang kali. Jadilah
pejantanku, jadilah pecintaku…
Gerakan
sang pria semakin intens dan liar. Dia sadar keberadaan suami Clara di dalam
kamar mandi, dan teramat sadar jika dia harus menyetubuhinya dengan cepat dan
tepat. Dia fokuskan perhatiannya pada payudara Clara yang terguncang dan kalung
rantainya yang terlempar di sekitar daging kenyal tersebut.
“Oh… Oh…
Oh…” Clara menngerang tertahan dalam setiap sodokan sang pria.
Jubahnya
terjuntai membuka penuh di samping tubuhnya.
Sang pria
melihat kecantikan Clara seutuhnya. Clara tersenyum oleh karenanya. Sang pria
telah melihat wajahnya, payudaranya, memeknya… dia telanjang bersama sang pria,
pria yang bukanlah suaminya.. Sang pria menggeram. Spermanya menyembur dalam
tubuh Clara, menjilati dinding lorong memek Clara yang basah.
Clara merasakannya mengalir keluar dari dalam tubuhnya, menggelitik kelentit serta
pahanya. Oohh, spermanya… Memeknya terasa begitu hidup oleh rasa basah dan
lengketnya. Mengalir keluar dari dalam memeknya, menuruni pahanya dan jatuh di
atas seprei.
“Usaplah!
Oh kumohon, gosoklah!” dia hanya memikirkan kata tersebut, tapi itu
terjawabkan.
Sang pria
mengambil selimut dan menyelipkannya diantara paha Clara.
“Ohh…
Oohhh…”
Kaki Clara menendang tak terkontrol saat jari sang pria mendorongkan spermanya
masuk ke dalam memeknya. Tak ada celana dalam di hadapannya. Tak ada yang mencegah spermanya. Sang pria menggesek Clara dengan cepat dan keras. Kalung
rantai terlontar di payudara Clara, pengaitnya sudah beralih ke depan. Clara menangkap rantainya dan menyingkirkan dari payudaranya. Sang pria bergerak naik
ke atas Clara, batang penisnya sudah mengeras lagi.
Kalung
rantai itu sudah hilang… Sekarang tergantikan oleh batang penis mengkilat milik
sang pria. Batan penis basah tersebut meluncur di belahan payudaranya. Clara menekan payudaranya merapat, menjepitkannya pada batang sang pria yang licin.
Tangan sang pria bergabung dengan tangan Clara dan memijat payudara Clara saat batang penisnya bergerak menyetubuhinya.Suara shower berhenti. Sang pria
tetap mengayun.
Clara terus menyetubuhinya. Dia dengar suara suaminya menyingkapkan tirai. Dia dengar
suara suaminya menggosok gigi. Tapi dia fokus pada suara basah dari penis sang
pria yang tengah menyetubuhi payudaranya.
“Keluarkanlah…
Oh, keluarkanlah untukku.. Keluarkanlah di atas tubuhku…”
Sperma
sang pria menyembur ke lehernya, meninggalkan jejak berkilau putih di sepanjang
dada Clara. Clara angkat kepalanya dan mengecap rasa sperma sang pria yang beberapa menyembur ke mulutnya. Sang pria bangkit dan memindahkan penisnya ke
bibir Clara. Clara menyambutnya, menghisap lahap campuran sperma sang pria
dengan madu birahi memeknya sendiri dari ujung hingga di sepanjang batang penis
sang pria.
Suara
pisau cukur listrik suaminya berhenti. Clara melompat dari ranjang. Sang pria yang sudah memakai celana pendeknya dengan cepat menuju ke pintu keluar. Clara membungkus payudaranya yang berlumuran sperma dengan jubahnya. Tom muncul, masih
ada sisa air menetes dari tubuhnya. Clara berdiri di hadapan suaminya“Mmmm.”
Tom bergumam saat dia cium pengantinnya. Tangannya bergerak ke tali jubah Clara…
Clara memegang tangan suaminya dan menepiskannya ke samping. Dia melenggang ke dalam
kamar mandi untuk membersihkan sperma sang pria dari memek dan payudaranya.
Sebentar lagi, dia akan pergi mengambil sekaleng teh dingin.
Cerita
Sex, Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot, Cerita Seks Dewasa, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita ML, Cerita Hot, Cerita Sex Panas, Kisah Seks, Kisah Bugil



Halo.. Numpang Promosi Sebentar Ya..
ReplyDeleteDi WWW.DINASTIPOKER.COM Agen Domino & Poker Terpercaya di Indonesia.. Dengan hanya modal depositnya Rp 10.000 saja anda sudah bisa mendapatkan JACKPOT PULUHAN JUTA RUPIAH... Kami juga menyediakan 7 permainan dalam 1 website seperti POKER - CAPSA - DOMINO - BANDARQ - ADU Q - BANDAR POKER - BANDAR SAKONG...
Link Daftar : https://goo.gl/L8Hmk4
Ayo Kunjungi Cerita Crot : http://adf.ly/1nG9LC
Film Dewasa : http://adf.ly/1nG9zh
Tips Bermain : http://adf.ly/1nG8VG