![]() |
| Cerita Seks Terbaru Terhangat Kamar Rahasia |
Seorang mahasiswi
yang cerdas dan rajin - typical seorang gadis nerd. Tidak ada yang istimewa
dari Nani - tubuhnya kurus, dada dan pantat yang relatif kecil, selain itu - orangnya juga alim dan sopan.
Nani yang
saat ini sedang menempuh kuliah di salah satu universitas swasta di kota S
tinggal bersama Ci Deby yang menyewakan salah satu dari 2 kamarnya yang
kosong kepada Nani. Penampilan Ci Deby berbeda sekali dengan Nani: di
usianya yang hampir 30, Ci Deby boleh dibilang sangat pandai merawat tubuhnya
- kulit putih halus dengan ukuran toket sedang: 34. Parasnya cantik, rambut
panjang bergelombang.
Rupanya, Ci Deby yang sudah lama tidak merasakan belaian pria - menyimpan; lebih
tepatnya menimbun gairah yang secara perlahan-lahan telah menggerogoti moralnya
(walaupun belum sampai mengenai akal sehatnya). Selama ditinggalkan kekasihnya
sejak 7 tahun yang lalu, ia sering merasa kesepian - tak jarang ia berusaha
memuaskan dirinya sendiri dengan berbagai peralatan dan VCD yang
disewanya/dibeli melalui pembantunya, karena ia sendiri sebenarnya malu kalau
harus terang-terangan membeli atau menyewa benda-benda seperti itu.
Demikian
pula untuk bermain dengan pria yang tidak dikenal, Ci Deby menganggap mereka
tidak bersih sehingga ia takut untuk berhubungan badan dengan mereka. Namun
demikian, ini tidak mengurangi fantasi Ci Deby dalam membayangkan bentuk seks
yang diinginkannya. Bahkan sejak 2 tahun yang lalu, ia juga mulai tertarik
untuk melakukan hubungan seks dengan sesamanya. Ini dapat dilihat dari
reaksinya terhadap Nani sehari-hari, tak jarang ia menelan air ludah dan
menjilati kedua bibirnya apabila melihat Nani mengenakan kaos ketat apabila ia
ke kampus. Padahal, bentuk tubuh Nani begitu biasa - apalagi apabila
dibandingkan dengan dirinya sendiri yg jauh lebih seksi.
Apa yang
dilihat pada diri Nani adalah dirinya sendiri 10 tahun silam; ketika ia masih
berada di awal-awal usia 20 tahun: alim dan rajin - namun begitu naif. Ci Deby sendiri bertekad untuk memberinya ‘pelajaran’ suatu saat. Namun - sesudah agak lama tinggal bersama Nani, barulah Ci Deby mengetahui bahwa ia
sudah tidak perawan lagi: ketika ia masih SMP dulu - pacarnya sendiri memperkosanya
dan sejak saat itu, Nani begitu minder dan seringkali menhindar dari pergaulan
sekitarnya, hingga saat ia kuliah. Ci Deby mengetahui hal ini dari Nani sendiri yang memandang Ci Deby sebagai wanita yang sabar, bijaksana dan
dewasa.
Pucuk
dicinta ulam tiba, seminggu yang lalu - adik Ci Deby yang laki-laki tiba dan
hendak menginap untuk satu bulan karena suatu urusan. ‘Sekali tepuk 2 lalat’ - inilah yang ada dalam pikiran Ci Deby melihat adiknya sendiri dan Nani.
Suatu sore
sejak 3 hari kedatangan adiknya - Ci Deby sudah mempersiapkan rencana yang
baik: pertama adiknya, kemudian Nani. Biasanya, Nani tiba di kos pukul 19:00
dan ia hendak memulai rencananya itu pukul 18:30 dengan melakukan ‘pemanasan’
terhadap adiknya. Pukul 18:30, Deby memanggil adiknya untuk masuk ke
kamarnya. Tanpa berprasangka apa-apa, adiknya masuk ke kamarnya. Dilihatnya Ci Deby yang mengenakan celana pendek jins ketat dan kaos tanpa lengan yang
ketat pula - ia sedang menghadap ke cermin dan mengikat rambutnya yang bergelombang
halus itu.
Melihat
bayangan adiknya di cermin, Ci Deby tersenyum dan berkata:
“Masuk
saja, cici cuman sebentar koq.” Diam-2, adiknya memperhatikan cicinya dan
berpikir:
“Cantik
juga, walaupun sudah kepala tiga. Badannya juga begitu padat dan seksi..” Ci Deby yang mengerti bahwa dirinya sedang diperhatikan adiknya sendiri hanya
tersenyum simpul - tiba-tiba ia berdiri, mendekati adiknya dan menggandeng
tangannya. Adiknya kaget sekali namun ia tidak berkata apa2. Ci Deby membimbing adiknya menuju sebuah pintu sambil sesekali melirik ke belakang dan
tersenyum simpul ke arah adiknya.
Ci Deby membuka pintu kamar tersebut dan menyalakan lampunya. Ternyata, apa yang
dilihat adiknya adalah sesuatu yang menakjubkan namun juga membuatnya sedikit
shock: sebuah kamar yang cukup luas - dengan seluruh dinding ditutupi bahan
kedap suara berwarna pink. Ranjang yang terletak di tengah ruangan, sebuah TV
lengkap dengan stereo-setnya yang mewah: juga 3 teve hitam-putih kecil yang
menampakkan situasi di ruang tamu, kamar Nani dan kamarnya sendiri.
Namun yang
membuatnya begitu kaget dan sedikit takut adalah koleksi VCD, video dan DVD
dewasa yang berserakan di lantai. Berbagai alat bantu seksual, dan sebuah
manekin lengkap dengan kemaluan palsunya segala. Tahulah ia apa yang diinginkan
dari cicinya - tanpa disadarinya, Ci Deby sudah mengunci pintu kamar dan
mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Namun ia berhenti sampai pakaian
dalam saja. Jadilah Ci Deby hanya mengenakan bra dan celana-dalam warna
hitam, ia berdiri begitu seksi dan menggoda dengan rambutnya terikat (untuk
memudahkannya saat permainan nanti, begitulah yang ada di pikiran Ci Deby).
“Sudahlah,
kamu menurut saja - toh kamu disini hanya sebulan. Masa kamu tidak kasihan sama
cici yg sudah lama tidak merasakan hangatnya tubuh pria?”
Adiknya
masih ragu. Ci Deby tahu ini - dan tanpa membuang banyak waktu, ia segera
maju ke depan membuka celana pendek adiknya dengan mudah (entah bagaimana,
adiknya tidak mampu melawan cicinya sendiri). Mulailah ia mengoral batang
kemaluan adiknya itu. Ci Deby mempercepat gerakan mengocoknya dengan tangan
kanan, dia menengadah dan menatap wajah adiknya dengan tatapan tajam penuh
birahi - ia mendesis sambil berkata:
“Sss.. Awas kalau kamu berani keluar sebelum
aku. Lebih baik kamu cari kos lain saja, meskipun kamu adikku!”
Sesudah
berkata demikian, Ci Deby memasukkan seluruh batang kemaluan adiknya ke dalam
mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur - membuat batang kemaluan
adiknya keluar-masuk dengan sangat cepat. Adik Ci Deby hanya dapat mengerang
nikmat mendapat perlakuan seperti itu dari cicinya yang ternyata sangat
berpengalaman dalam hal memuaskan pasangan mainnya, ia berusaha sekuat tenaga
untuk tidak mengecewakan cicinya. Di tengah-tengah permainan, Ci Deby melepaskan branya dengan tangan kirinya yang masih bebas. Diliriknya teve hitam
putih yg secara rahasia memonitor kamar Nani. Ternyata ia baru saja datang,
dan waktu menunjukan pukul 18:55. Tepatlah perhitungannya: adiknya yang
gairahnya sedang menanjak pasti akan mau diajaknya berkompromi.
Ci Deby menghentikan oralnya, dan tahulah ia bahwa adiknya agak kecewa.
“Tunggu
sebentar - aku ada tugas buat kamu: bawalah Nani ke kamar ini.” Adiknya
mengerti apa yang diinginkan ci Deby. Sementara adiknya pergi memanggil Nani - ia segera mematikan monitor2-nya, melepas celana dalamnya yang sedikit basah
dan bersembunyi di sebelah pintu. Begitu adiknya masuk bersama Nani - ia
segera mengunci kamarnya lagi dan mendorong Nani hingga jatuh ke ranjang. Nani yang bertubuh kurus dan lelah sehabis kuliah tidak dapat memberikan
perlawanan yang berarti terhadap perlakuan Ci Deby yang begitu tiba-tiba
tersebut. Ci Deby melucuti kaos ketat yang dikenakan Nani dengan buas.
“Kyaa..!!” Nani menjerit, namun percuma karena ruangan tersebut kedap suara. Adik Ci Deby hanya diam saja karena shock melihat keganasan cicinya - apalagi dengan
sesama jenis! Ci Deby telah sampai pada branya. Dengan kasar, ia merenggut
bra Nani dan melemparkannya ke lantai. Ci Deby melihat sepasang toket Nani yang kecil.
“Seharusnya
kamu tidak usah pakai bra sama sekali. Toh tidak memberi perbedaan yang
berarti..”
Ci Deby melanjutkan dengan melepas kancing celana jins Nani dan
membuka ritsluitngnya dan melepaskannya.
“Pahamu
putih dan mulus juga yah..” Terakhir, Ci Deby menurunkan celana dalam Nani. Nani tak dapat berbuat apa-apa terhadap Ci Deby yang terus menggerayangi
tubuhnya dan sesekali menciuminya. Tiba-tiba Ci Deby berdiri dan berjalan menuju
lemari. Diambilnya sebuah kemaluan palsu (dildo) dan semacam lotion. Ia
mengolesi dildonya dengan lotion tersebut dan memberikannya kepada adiknya,
“Kamu
pakai juga. Aku tidak mau dia berteriak-teriak kesakitan.” Adik Ci Deby menurut - ia melepas seluruh pakaiannya dan mulai mengolesi batang kemaluannya
dengan lotion yang diberikan cicinya.
“Jangan Ci.. saya takut.” Nani yang sudah lemas berkata dengan penuh kekuatiran,
melihat Ci Deby mengenakan kemaluan palsu (dildo) bergerigi dengan ukuran yang
cukup mengerikan seperti mengenakan celana dalam. Ci Deby dengan cepat
bergerak ke arah Nani.
“Diam.
Mana lotionnya.” Sesudah mendapatkan lotion, ia mulai mengolesi dinding
kemaluan Nani sambil berkata: “Kamu jangan takut, percaya sama cici saja.
Sesudah itu, ia membalikkan tubuh Nani dan melumasi lubang pantatnya pula.
“Ayo - kamu lubang yang satunya!!” Ci Deby memerintahkan adiknya untuk menyetubuhi Nani yang malang di lubang duburnya. Adiknya menurut, ia berpindah - duduk di
atas ranjang. Ci Deby memapah tubuh Nani dengan lembut dan menempatkannya di
atas adiknya. Nani yang tidak berdaya hanya dapat memandang sorot mata penuh
gairah Ci Deby yang sedari tadi sibuk mengatur posisi dan membantu adiknya
memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang dubur Nani. Bles! Batang
kemaluan adik Ci Deby akhirnya berhasil masuk ke dalam dubur Nani yang sudah
tidak keruan bentuknya karena sedari tadi diobok-obok oleh Ci Deby.
Rasa sakit
bercampur nikmat membuat Nani membelalakkan matanya, ia membuka mulutnya dan
merintih
“Aaa..” Ci Deby membaringkan Nani dari posisi terduduk menjadi terlentang dengan
adiknya di bawahnya (dan batang kemaluannya yang sudah menancap ke dalam lubang
dubur Nani).
“Nani,
aku yakin kamu akan menyukai ini dan pasti ketagihan sesudah ini.” Ci Deby memasukkan dildo-nya ke dalam lubang kemaluan Nani.
Nani yang
berada di tengah dengan keadaan tak berdaya, berusaha menahan nikmat bercampur
nyeri di lubang kemaluan yang sudah dihujami dildo dari Ci Deby - serta
batang kemaluan adik Ci Deby yang menancap di lubang duburnya. Mulailah
ranjang bergoyang.. mulanya perlahan, namun semakin lama semakin cepat..
demikian pula dengan rintihan-rintihan Nani..
“Aaa..
aa..” Nani masih mengenakan kaca mata minusnya ketika permainan ini dimulai.
Ci Deby tertawa melihat Nani berusaha bertahan:
“Jangan
ditahan dan jangan dilawan Nani - nikmati saja, sayang!!” Perlahan-lahan
rintihan Nani mulai berubah menjadi jeritan nikmat penuh birahi..
“Ah.. ah..
yess.. mmhh.. MM.. AAHH..” Kenikmatan disetubuhi di kedua lubangnya secara
bersamaan membuat Nani kehilangan kendali. Nani yang sopan dan alim perlahan
larut.. perlahan berubah menjadi Nani yang liar, sifat liar yang seakan
ditularkan dari Ci Deby - meracuni pikiran Nani yang semula begitu bersih
dan polos.
“Yah..
teruskan!! LEBIH CEPAT LAGI CI DEBYYY..!! AA.. AA.. MMHH.. MM..”
Nani menggenggam seprei ranjang dengan sangat kuat, keringat meluncur deras dari
sekujur tubuhnya - membuat kulitnya tampak mengkilat di bawah cahaya lampu. Hal
ini membuat Ci Deby semakin bergairah mempercepat gerakan pinggulnya. Nani semakin menikmatinya - ia memejamkan matanya sambil memegang rambut Ci Deby.
“AGH..
Enak sekali.. Ci.. aa.. aku.. belum pernah.. uuh.. senikmat ini..” Adik Ci Deby menganal lubang pantat Nani sambil meremas-remas kedua toket Nani dari
belakang, walaupun ukuran toket Nani relatif kecil - namun ini tidak
mengurangi rangsangan demi rangsangan yg diterimanya.
“Auuh..
ah..” mulut Nani menganga dan mengeluarkan teriakan-teriakan yg semakin tidak
jelas. Tubuhnya pun mulai menegang; tahulah Ci Deby bahwa “anak didiknya”
saat ini hampir mencapai puncak kenikmatan.
Ci Deby mengurangi kecepatan bermainnya dan mengubah gerakan maju-mundurnya menjadi
gerakan mengaduk dengan menggoyangkan pinggulnya. Nani secara alami mengikuti
gerakan Ci Deby dengan menyesuaikan gerakan pinggulnya. Hal ini justru
menambah kenikmatan bagi Nani. Sampai akhirnya - tubuh Nani benar-benar
menegang dan Nani melepaskan teriakan yang cukup panjang dan memenuhi seluruh
ruangan kedap suara tersebut. Sesudah itu, teriakan berhenti dan seluruh ruangan
menjadi sepi. Ci Deby mencabut dildo dari lubang kemaluan Nani, ternyata
dildo tersebut sudah ditutupi cairan kental dan bahkan saat Ci Deby menariknya keluar - ada sebagian dari cairan tersebut menetes dan adapula yang
masih merekat antara dinding kemaluan Nani dengan dildo Ci Deby.
Adik Ci Deby juga mencabut dildonya dari lubang dubur Nani dan merebahkan Nani yang
sudah lemas di ranjang. Nani masih memejamkan kedua matanya - Ci Deby melepas kacamata Nani yang masih dikenakannya dan meletakkannya di meja yg
terletak di tepi ranjang.
“Lain
kali, kalau mau main - jangan lupa lepas dulu kacamatanya..” Ci Deby tersenyum dan mencium Nani, kemudian ia melepaskan dildonya dan
menggelatakannya begitu saja di lantai. Ia memandang adiknya dan berkata:
“Kamu
jangan bengong saja, kamu masih punya tugas satu lagi.” Sesudah berkata
demikian, ia duduk di lantai - melebarkan kedua pahanya: mengarahkan lubang
kemaluannya yang sudah basah ke arah adiknya.
Kemudian
ia menunjuk ke arah kemaluannya:
“Ayo:
gunakan lidahmu.” Adiknya mengerti apa yg harus dilakukan. Ia menjilat-jilat
lubang kemaluan Ci Deby dengan hati-hati. Keenakan, c Ci Deby memejamkan
matanya - nafasnya tak beraturan: desahan- desahan nikmat meluncur keluar tak
terkontrol dari mulutnya. Ia menjambak rambut adiknya dan menekan-nekan wajah
adiknya itu ke lubang kemaluannya:
“Errghh..
aaghh.. niikkmmaatt sekkaallii.. ss..!!” Ci Deby benar-benar menikmati setiap
hisapan dan jilatan yang diberikan adiknya ke liang kewanitaannya, namun di
tengah ambang sadar dan tidak - Deby ingat bahwa ia tidak ingin mencapai
orgasme dengan cara seperti ini.
“Aah..
tunggu say - bee.. berhentii duluu.. mmh.. sekarang giliran.. cici ngerjain
punya kamuu..”
Adik Ci Deby menurut dan berhenti. Ci Deby bergerak kemudian berjongkok
membelakangi adiknya, sekarang ia dalam keadaan berjongkok menghadap pantat
adiknya. Adiknya agak kebingungan dengan tingkah laku cicinya. Namun Deby cuek saja: tangan kirinya ia lewatkan di antara kaki adiknya, dan dengan tangannya
itu ia mencengkeram buah pelir adiknya dengan halus dan mulai memijat-
mijatnya.
“Tenang
saja, sayang - kujamin kamu akan suka sekali..” Ci Deby tersenyum penuh
gairah, dan dengan tangan kiri masih memegang buah pelir adiknya - ia
mengangkat telapak tangannya, menghadapkannya ke arah wajahnya - dan meludahi
tangannya sendiri kemudian mengerut-ngerutkan tangannya.
Kemudian
ia melingkarkan tangan kanannya dari pinggang sebelah kanan adiknya - langsung
menuju ke arah kemaluan adiknya. Dan mulailah ia mengocok-ngocoknya batang
kemaluan adiknya itu dengan tangan kanannya yang sudah dilumasi air ludahnya
sendiri.
“Aaaghh..
duh, enak sekali Ci..” Ci Deby meneruskan gerakan tangannya sampai ia merasa
batang kemaluan adiknya sudah cukup keras. Sesudah itu, ia membalikan badannya
dan mengambil posisi nungging di lantai. Tahulah adik Ci Deby apa yang
diinginkan cicinya ini. Ia juga mengatur posisi di belakang cicinya:
“Awas ya - pokoknya aku nggak mau anal. Maenin lubangku yang biasa aja.” Adiknya menurut,
dan permainan dimulai.
Adik ci Deby memulai gerakannya dengan perlahan,
“Mmm..
masih kurang, lagi dong!” Gerakan dipercepat, Ci Deby memejamkan matanya
keenakan. Ia menambah kenikmatan dengan menggesek-gesek klit-nya sendiri,
dengan sebelumnya membasahi jari-jarinya dengan cara mengulumnya sendiri.
“Uuuaah..
enaakk sayaang.. Mmmh..” Permainan ini berlangsung agak lama sampai Ci Deby minta ganti posisi lagi. Kali ini ia ingin disetubuhi dengan posisi tubuh
menyamping. Ci Deby menyampingkan tubuhnya yang seksi dan sudah mandi
keringat tadi ke arah kanan, sementara adik Ci Deby mengangkat paha mulus
cicinya sebelah kanan dan menyandarkannya ke bahu sebelah kirinya.
Dengan
demikian, ia dengan leluasa dapat memasukkan batang kemaluannya ke lubang Ci Deby. Ia mulai bergerak maju mundur,
“Aaahh..
mm..” Untuk sekedar menambah kenikmatan, ia mengarahkan tangan kanannya ke arah
pantatnya sendiri dan menggerakan jari tengahnya keluar- masuk lubang
pantatnya.
“Kyyaahh..
uuhh..” Tubuh Ci Deby terus bergoyang-goyang - toketnya pun bergerak naik
turun tak beraturan mengkuti irama tubuhnya. Adik Ci Deby yg sedari tadi
bergitu terangsang dengan gerakan toket cicinya sendiri itu sudah tak tahan
lagi, ia memajukan tangan kanannya guna meremas toket kanan cicinya itu.
“Oh - susumu begitu empuk Ci..” Ci Deby hanya tersenyum, ia mencabut tangannya dari
lubang pantatnya - dan ikut meremas toketnya bersama-sama dengan tangan adiknya
itu. Permainan terus berlangsung, Ci Deby merasakan tubuhnya sendiri mulai
menegang - ia sendiri sudah tidak mampu berpikir jernih lagi.
Hanya
kenikmatan yang dirasakan sekujur tubuhnya sekarang.
“AAHH..
AAKKUU.. MMH..” Keluarlah Ci Deby, mencapai orgasme yang diidam-idamkannya
dalam posisi menyamping. Tercapailah segala keinginannya selama ini.
Demikian
pula adik Ci Deby, ia segera berdiri karena sudah tidak tahan lagi, dan Ci Deby mengetahui hal ini - karena ia sudah berhasil meraih orgasme, maka ia
berniat membantu adiknya untuk mengeluarkan seluruh peju yang sangat ia
inginkan itu. Ci Deby berjongkok, tersenyum menggoda ke arah adiknya dan
mulai mengocok batak kemaluan adiknya
“Nah,
sekarang cici ingin merasakan nikmatnya cairan kejantananmu. Ayo sayang..
keluarkan - jangan ragu.. ayo!” Ci Deby memainkan batang kemaluan adiknya
naik turun dengan gerakan memutar sambil sesekali menjilat pangkal kemaluan
adiknya.
“Aih..
masih belum keluar juga.. sebentar..” Sambil mengocok batang kemaluan adiknya
dengan menggunakan tangan kanannya, Ci Deby memijat buah pelir adiknya.
“Ah.. Ci..
aku mau keluar nih..!!” Ci Deby langsung mengarahkan ujung batang kemaluan
adiknya ke arah mulutnya, menyambut cairan peju yang segera muncrat masuk ke
dalam mulutnya.
Nani yang
sedari tadi tergeletak lemas berusaha bangkit dan merangkak menuju Ci Deby dan adiknya.
“Ci Deby.. saya juga mau..”, kata Nani sambil menunjuk ke arah mulutnya sendiri.
Tetes peju terakhir sudah habis meluncur turun ke dalam mulut Ci Deby yang seksi.
Ci Deby menelan sedikit peju adiknya dan menahan sisanya di dalam mulutnya.
Ia tersenyum dengan mulut belepotan peju adiknya, membelai Nani, kemudian
membaringkannya, dan meletakkan kepala Nani di pangkuannya. Nani yang sudah
lemas hanya menurut seperti anak kecil. Dengan gerakan yang lembut, Ci Deby menyentuh bibir Nani dan menggerakannya ke bawah dengan jari telunjuknya.
Nani mengerti apa yang dimaksud Ci Deby, ia membuka mulutnya. Bibirnya bergetar.
Ci Deby kembali tersenyum - ia mengarahkan mulutnya tepat di atas bibir Nani yang sudah merekah, kemudian membuka dan memuntahkan peju lengket yang sudah
bercampur dengan air liur Ci Deby, turun memasuki mulut Nani.
Peju dalam
mulut Ci Deby sudah habis dipindahkan ke dalam mulut Nani. Ci Deby tersenyum lebar dengan sedikit sisa peju bercampur liur pekat yang menetes dari
ujung bibirnya.
Kembali,
dengan gerakan lembut - Ci Deby memberi isyarat kepada Nani untuk menutup
mulutnya. Nani menuruti dan tersenyum bersamaan dengan Ci Deby.
“Nah, aku
tidak pernah pelit kepada gadis manis seperti kamu. Ambillah bagianmu dan
nikmatilah.” Nani menelan peju yang sudah diberikan Ci Deby kepadanya.
“Terima
kasih Ci..” Kemudian ia bangkit dan duduk - Nani menyentuh wajah Ci Deby dengan lembut. Nani kembali membuka mulutnya, bergerak maju ke arah bibir Ci Deby sambil menjulurkan lidahnya. Ci Deby yang mengerti maksud Nani segera
menyambut ciuman Nani dengan menjulurkan lidahnya pula. Mereka berciuman
sampai lama - dan saling menjilati sisa-sisa peju hingga bersih.
Sejak saat
itu, kehidupan Ci Deby dan Nani selalui dipenuhi dengan petualangan: hampir
setiap bulan Nani ‘menjebak’ teman kuliahnya - entah itu pria atau wanita.
Mungkin dalam kesempatan lain, Nani dapat membagi kisah petualangannya disini.
Cerita
Mesum, Cerita Mesum Terhangat, Cerita Mesum Terbaru, Cerita Mesum Terbaru
Terhangat, Cerita Bokep, Cerita ML, Cerita Seks Nyata
Terhangat, Cerita Seks Terbaru, Cerita Sex Hot, Kisah Seks



No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.