![]() |
| Cerita Seks Bermain Dengan Si Tante Janda Liar |
Begini
kisahku, ketika aku berangkat kerja dari Tomang ke Kelapa Gading, aku tampak
terburu-buru karena waktu sudah menunjukkan pukul 07.45. Sedangkan aku harus
sampai di kantor pukul 08.30 tepat. Aku terpaksa pergi ke Tanah Abang dengan
harapan lebih banyak kendaraan di sana.
Sia-sia aku
menunggu lebih dari 15 menit akhirnya aku putuskan aku harus berangkat dengan
taksi.
Ketika taksi
yang ku stop mau berangkat tiba-tiba seorang wanita menghampiriku sambil
berkata, “Mas, mau ke Pulo Gadung ya?” tanyanya, “Saya boleh ikut nggak? soalnya
udah telat nich”.
Akhirnya ku
perbolehkan setelah aku beritahu bahwa aku turun di Kelapa Gading. Sepanjang
perjalanan kami bercerita satu sama lain dan akhirnya aku mengetahui nama dia
adalah Wina, seorang janda dengan 4 orang anak dimana suaminya meninggal dunia
akibat kecelakaan.
Ternyata Wina
bekerja sebagai Kasir pada sebuah katering yang harus menyiapkan makanan untuk
5000 buruh di Kawasan Industri Pulo Gadung. Aku menatap wanita di sebelahku ini
ternyata masih cukup menggoda juga.
Wina, 1
tahun lebih tua dari aku dan kulit yang cukup halus, bodi yang sintal serta
mata yang menggoda.
Setelah
meminta nomor teleponnya aku turun di perempatan Kelapa Gading. Sampai di
kantor aku segera menelepon Wina, untuk mengadakan janji sore hari untuk pergi
ke bioskop.
Tidak
seperti biasanya, tepat jam 17.00 aku bergegas meninggalkan kantorku karena ada
janji untuk betemu Wina. Ketika sampai di Bioskop Jakarta Theater, tentunya
yang sudah aku pilih, kami langsung antri untuk membeli tiket.
Masih ada
waktu sekitar 1 jam yang kami habiskan untuk berbincang-bincang satu sama lain.
Selama perbincangan itu kami sudah mulai membicarakan masalah-masalah yang
nyerempet ke arah seks.
Tepat jam
19.20, pertunjukkan dimulai, aku masuk ke dalam dan menuju ke belakang kiri,
tempat duduk favorit bagi pasangan yang sedang dimabuk cinta.
Pertunjukan
belum dimulai aku sudah membelai kepala Wina sambil membisikkan kata-kata yang
menggoda.
“Wina, kalau
dekat kamu, saudaraku bisa nggak tahan,” kataku sambil menyentuh buah dadanya
yang montok.
“Ah Mas,
saudaranya yang di mana?” katanya, sambil mengerlingkan matanya. Melihat hal
itu aku langsung melumat habis bibirnya sehingga napasnya nampak
tersengal-sengal.
“Mas, jangan
di sini dong kan malu, dilihat orang”
Aku yang
sudah terangsang segera mengajaknya keluar bioskop untuk memesan taksi.
Padahal
pertunjukan belum dimulai hanya iklan-iklan film saja yang muncul.
Setelah
menyebutkan Hotel Xterio, taksi itu pun melaju ke arah yang dituju.
Sepanjang
perjalanan tanganku dengan terampil meremas buah dada Wina yang sesekali
disertai desahan yang hebat.
Ketika
tanganku hendak menuju ke vagina dengan segera Wina menghalangi sambil berkata,
“Jangan di sini Mas, supir taksinya melihat terus ke belakang”.
Akhirnya
kulihat ke depan memang benar supir itu melirik terus ke arah kami. Sampai di
tempat tujuan setelah membayar taksi, kami segera berpelukan yang disertai
rengekan manja dari Wina “Mas Eno, kamu kok pintar sekali sih merangsang aku,
padahal aku belum pernah begini dengan orang yang belum aku kenal”.
Seraya sudah
tidak sabar aku tuntun segera Wina ke kamar yang kupesan. Aku segera menjilati
lehernya mulai dari belakang ke depan.
Kemudian
dengan tidak sabarnya dilucutinya satu persatu yang menempel di badanku hingga
aku bugil ria. Penisku yang sudah menegang dari tadi langsung dalam posisi
menantang Wina.
Kemudian aku
membalas melucuti semua baju Wina, sehingga dia pun dalam keadaan bugil.
Kemudian dengan rakus dijilatinya penisku yang merah itu sambil berkata, “Mas
kontolnya merah banget aku suka”. Dalam posisi 69 kujilati juga vagina Wina yang
merekah dan dipenuhi bulu-bulu yang indah.
10 Menit berlalu
tiba-tiba terdengar suara, “Mas, aku mau keluaarr..”
“Cret..
cret.. cret..”
Vagina Wina basah
lendir yang menandakan telah mencapai orgasmenya. 5 Menit kemudian aku segera
menyusul, “Wina, Wi, Mas mau keluar..”
“Crot..
crot.. crot..”
Spermaku
yang banyak akhirnya diminum habis oleh Wina.
Setelah itu
kami pun beristirahat. Tidak lama kemudian Wina mengocok kembali penisku yang
lunglai itu. Tidak lama kemudian penisku berdiri dan siap melaksanakan
tugasnya. Dituntun segera penisku itu ke vaginanya.
Pemanasan
dilakukan dengan cara menggosokkan penisku ke vaginanya. Wina mendesah panjang,
“Mas,
kontolnya kok bengkok sih, nakal ya dulunya?” Tidak kuhiraukan pembicaraan Wina,
aku segera menyuruhnya untuk memasukkan penisku ke vaginanya.
“Wina,
masukkan cepat! Eno tidak tahan lagi nih”
Sleep.. Bless..
Masuk sudah penisku ke vaginanya yang merekah itu. Tidak lupa tanganku meremas
buah dadanya sesekali menghisap payudaranya yang besar walaupun agak turun tapi
masih nikmat untuk dihisap.
Goyangan
demi goyangan kami lalui seakan tidak mempedulikan lagi apakah yang kami
lakukan ini salah atau tidak.
Puncaknya
ketika Wina memanggil namaku, “Eno.. Terus.. Terus.. Wina, mau keluar..”
Akhirnya Wina keluar disertai memanggil namaku setengah berteriak, “Eno.. Aku..
Keluaarr..” sambil memegang pantatku dan mendorongnya kuat-kuat.
Tidak
berselang lama aku pun merasakan hal sama dengan Wina, “Wi.. Ah.. Ah.. Tumpah
dalam atau minum Wi..” kataku. Terlambat akhirnya pejuku tumpah di dalam.
“Wi.. Kamu
hebat.. Walaupun sudah punya 4 anak” kataku sambil memujinya. Akhirnya malam
itu kami menginap di hotel Xterio. Kami berpacaran selama 1 tahun, walaupun
sudah putus, tetapi kami masih berteman baik.
Cerita Seks, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Bokep, Cerita ML, Cerita Sex Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Ngentot, Cerita Seks Tante



No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.