![]() |
| Cerita Dewasa Bercinta Dengan Tante Sinta |
Cerita Dewasa Bercinta Dengan Tante Sinta merupakan sebuah keberuntungan bagiku, karena bisa menikmati badan tante muda yang satu ini. Sebut saja namanya Sinta, perempuan yang aku kenal disebuah mall waktu itu. Sinta bisa dipanggil tante tetapi masih muda karena usianya juga belum terlalu tua sekitar 31 tahunan. Hingga sekarang aku dan Sinta masih berhubungan dengan memanfaatkan waktu jika suami Sinta sedang keluar negeri, Karena suami Sinta adalah seorang pengusaha kaya raya.
Berawal ketika aku sedang nongkrong disebuah mall besar yang berada di kota Surabaya. Sebelumnya aku merasa sangat suntuk sekali hingga aku putuskan untuk jalan-jalan ke mall untuk menghilangkan suntukku. Tetapi tak sesuai perkiraanku, siang itu mall terlihat sangat sepi sekali hingga aku duduk disebuah outlet minuman sambil bengong melihat segelintir orang riwa-riwi. Tetapi tak lama aku bengong, aku melihat dari kejauhan seorang perempuan setengah baya sedang jalan menuju ketempatku.
Terlihat badannya sangat ramping, dengan pakaian yang terlihat sangat mahal ditambah juga sangat seksi sekali, karena perempuan setengah baya itu mengunakan rok diatas lutut tinggi banget. Semakin mendekat badan perempuan itu semakin terlihat aduhai sekali, sampai-sampai aku menelan ludah melihatnya. Tetapi dengan sekejap pandanganku aku alihkan karena perempuan itu benar-benar datang menghampiriku, dan.
“Maaf mas, kalau ‘pasar ikan’ adanya dimana ya..?”
Aku berusaha menutupi kekagetanku dan berusaha menjawab sesantai mungkin,
”Ahh.., Mbak ini becanda ya.. disini mana ada yang jual ikan mbak. Adanya ya di pasar besar..”
“Oh, begitu ya Mas..” katanya sambil mikir.
Itulah awal pembicaraan kami rupanya dia tadi hanya memancingku aja, sampai akhirnya kenalan dan ngobrol ngalor ngidul. Namanya Sinta, umur 31 tahun, rumah di Jl. Taman Wilis 1C Malang, mantan gadis sampul yang bersuami seorang pengusaha. Kebetulan suaminya lagi tugas 1 bulan ke New York, Amerika Serikat, jadi dia jalan-jalan sendirian. Belum punya anak, karena suaminya menderita impoten.
Setelah ngobrol selama 1 jam sambil makan di cafe. Lalu, aku diajaknya ke rumahnya. Dia mengendarai mobil mewahnya BMW Sport 1 pintu. Setelah sampai di rumahnya yang sangat besar. Padahal aku baru melihatnya dari depan saja. Setelah di-klakBoy sama dia, seorang satpam membuka pintu pagar. Sebelumnya, Mbak Sinta sudah bilang.
“Kalau ada pembantu saya, kamu bilang aja saudara dari suamiku, ya..?”
Sambil berakting layaknya bintang sinetron, Mbak Sinta memperkenalkan aku sebagai saudara suaminya pada pembantunya. Dan lalu menyuruhnya untuk masak-masak buat makan malam.
“Ayo masuk Boy..? Duduk-duduk saja dulu sebentar di dalem.. ya.. Aku mau ganti baju dulu..” katanya setelah pembantunya pergi ke dapur.
“Eee.. mbak.. kamar kecilnya dimana ya..?”tanyaku.
“Ayo deh, Mbak tunjukin..”katanya sambil menggandeng tanganku.
Sampai akhirnya tiba di kamar mandi.
“Tuh kamar mandinya di sana..” katanya sambil menunjuk ke pintu di ujung kamar.
Aku langsung ke sana, dan ketika mau menutup pintu, Mbak Sinta tiba-tiba menahan pintu dari luar kamar mandi sambil berkata dengan genit.
“Jangan lama-lama ya Boy..!” Terus ditutup deh pintunya sama dia.
Pas lagi pipis, mataku tiba-tiba tertuju pada sebuah benda panjang yang berada di balik botol-botol sabun. Ketika kuambil.., ternyata kemaluan plastik yang berwarna hitam..! Lalu.. Karena pintunya tidak kukunci, secara diam-diam Mbak Sinta masuk ke kamar mandi. Karena saat itu aku sedang kaget, tiba-tiba aku dipeluk dari belakang secara lembut. Tangan kiri Mbak Sinta meraih tanganku yang lagi memegang kemaluan tiruan itu, sedangkan tangan kanannya meremas Kemaluanku.
“Ini mainan aku Boy, kalau lagi kesepian..” bisiknya tepat di telingaku.
Aku terdiam seperti patung, keringat mengucur dengan deras sekali..
“Tapi jauh lebih enak kalau pake yang asli Boy..” desahnya.
Aku benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa ketika dia mulai menjilat leher sekitar telinga. Rasanya geli-geli enak dan aku benar-benar tersihir. Sambil terus menjilat dia berusaha membuka celanaku dari belakang.
“Hhh.., jangan Mbak..!” aku berusaha mengingatinya.
"Tapi.. kenapa Boy..? Hhhmm slurp.. slurp.., nggak suka ya..?” desisnya sambil tetap mencium dan menjilat leherku.
“Hhh.., Boy masih perjaka mbak..!” kataku.
“Ahh.. masak sih.. ayo dong.. ntar Mbak ajarin deh.. nikmat kok Boy.. mau ya Boy..?”katanya
“Tapi mmbakk.. hh..”teriakku.
“Ayo ikut ke kamar Mbak aja ya.. biar lebih enak..” katanya sambil menarik lenganku.
Dia menuntunku keluar kamar mandi sampai di pinggir ranjang, langsung memagut mulutku dengan
ganas. Lidahnya meliuk-liuk mencari-cari lidahku, sementara tangannya kembali berusaha membuka celanaku. Aku yang sudah pasrah dan bengong, mendekap badannya yang sexy dan montok. Setelah celanaku melorot, ciumannya beralih ke leher, ke dada, perut, dan akhirnya ke kemaluanku. Dia mengurut kemaluanku pelan-pelan, “Woowww.. enak banget rasanya.. ohh..?” desahku.
“Kamu tetap berdiri, ya Boy.. jangan rebah..!” pintanya sambil tersenyum manis.
Aku mengangguk saja.
“Kemaluan kamu.. Boy.. enak banget.. hhmm..!”
Tiba-tiba dia langsung menghisap kemaluanku, bahkan mengocok-ngocok di mulutnya.
“Ohh..?” desahku keenakan.
“Hhmm.. slurp.. slurp..! Aahh.. slurp.. slurp..!”
Kadang-kadang dia sengaja mengguncang-guncang kemaluanku ke kiri ke kanan dengan mulutnya, sementara kedua tangannya mengelus-elus pantat dan bijiku.
“Aahh.. jangan kenceng-kenceng dong, Mbak..!” kataku saat dia menghisap dengan bernafsu.
Dia hanya tersenyum, lalu meneruskan kegiatannya. Hisap.. lepas.. hisap.. lepas.., terus sampai akhirnya dia seperti kelelahan.
“Hmm.., Kemaluan kamu enak banget Boy..” katanya sambil menjilat bibirnya yang penuh lendir.
Kelihatan sekali dari sorot matanya yang liar kalau dia sudah sangat horny.
“Udah lama saya nggak ngisap Kemaluan seenak ini, Boy..”
“Mbak..”panggilku.
“Jangan panggil aku Mbak dong..” desisnya sambil mencium kepala kemaluanku,”Panggil Sintal.. aahh.. aja ya.. sstt..” desahnya.
[baca juga : Cerita Dewasa Ngentot Kakak Ipar Yang Sedang Hamil]
Kembali dia menjilat kemaluanku dengan lidah meliuk-liuk seperti lidah ular. Kali ini jilatannya naik ke atas, sambil tangannya membuka T-shirt-ku. Aku juga tidak mau kalah, ikutan membuka baju-nya. Dan ohh.. terlihatlah susunya yang besar itu.. kayaknya 36C. Ternyata dia tidak memakai BH. Jadi sekarang hanya sisa celana dalamnya aja.
“Ayo, hisap dong buah dadaku Boy..” desahnya.
Aku tidak menunggu lama-lama lagi, langsung kulumat payudara yang bulat itu. Awalnya yang kiri, dan yang kanan kuremas-remas. Sinta mengerang dan menjatuhkan diri ke ranjang.
“Aahh.. sstt, ayyoohh.. sedot yang kuat.. Boy.. hh.., hiissaapp.. putingnya oohh.. oohh..!” desahnya.
Aku dengan semangat menghisap sesuai perintahnya. Sesaat kugigit lembut putingnya.
“Aaahh.. ennakk..! Hhh.. sedot terus.. sstt.. yang.. kuathh.. aahh..!” jeritnya sambil menggelinjang.
Rupanya arus kenikmatan mulai menerpa Sinta. Tangan kananku mulai menjelajah kemaluannya yang masih tertutup celana dalam. Wah, sudah basah rupanya..! Apalagi saat jari tengahku menyelinap di antara Labia majora, kerasa sekali beceknya. Pinggulnya mulai naik turun, rupanya Sinta sadar ada benda asing yang menggesek kemaluannya. Apalagi saat jariku menyentuh klitorisnya, makin kencang goyangannya. Seakan berusaha agar jariku tetap di klitorisnya, tidak pindah kemana-mana. Terbukti saat tangannya memegang tanganku yang ada di kemaluannya,
”Ya.. Say.. teruss.. oohh.. sstt.. gesek itilku.. oohh..!” erangnya.Cerpen Sex
Sekarang ciumanku sudah pindah ke lehernya yang jenjang dan harum mulus. Kemaluannya tetap dihibur dengan jariku, sementara tanganku yang lain membelai rambut indahnya.
“Udahh.. Boy.. aku nggak tahan say.. sst..!” kata Sinta.
Lalu dia menelentangkan aku dan dia ada di atasku. Dia langsung menempatkan lubang kemaluannya tepat di depan wajahku dan secara perlahan dia buka celana dalamnya dengan membuka ikatan tali di sampingnya. Tercium semerbak wangi kemaluannya yang benar-benar membuatku terangsang. Tampak tetesan lendir di lubang kemaluannya.
“Hm.., wangi sekali Sinta. Boy suka baunya..” kataku.
“Kamu suka bau kemaluanku, Boy..?” katanya manja.
“Ya Sinta, dua-duanya say..”
“Kalo gitu, jilatin dong say kemaluanku..!” katanya sambil menurunkan kemaluannya ke wajahku.
“Ayo jilat, Say..!” desahnya.
Kuhisap-hisap klitorisnya yang menyembul, kujilat kemaluan dan anusnya. Dan semua yang ada di sekitar kemaluannya kujilat dan kuhisap.
“Jilaatt.. ohh.. terruusshh.. Boy.. jillaatt.. itilnyaa.. itilnyaahh.. teerruusshh.. ohh..” desahnya.
Wajahku benar-benar dijadikan gosokan sama dia. Digosoknya terus kemaluannya di wajahku, kadang berputar-putar. Lalu, Sinta mengubah posisinya jadi di bawah, tapi tetap sambil kujilat kemaluannya. Dia menggeliat-geliat, kadang menyentak ke belakang saat klit-nya kuhisap atau kujilat. Kadang mengerang, menjerit, melolong, bahkan kadang kepalaku dijepit dengan kedua pahanya yang putih mulus itu.
“Ahh.. ohh.. oohh.. Sinta mau keluaarr.. Sayyhh.. ohh.. ohh..”desahnya.
Saat dia menjerit-jerit cepat-cepat kuhentikan jilatanku dan cepat-cepat berdiri di samping ranjang.
“Sinta.. kamu nggak pa-pa kan..”kataku bingung.
Tidak lama kemudian Sinta tersadar.
“Ahh..? Lho..? Koq.. Kenapa berhenti sih Boy..?” setengah menjerit, lalu celingukan mencariku.
Setelah melihatku ada di sampingnya sambil bengong, Sinta benar-benar geram.
“Kamu.. bener-bener jahat Boy..!”
Sinta memasukkan 2 jari kirinya ke kemaluannya.
“Boy.., kamu bener-bener jahat..!” jeritnya.
“Tapi, Sinta kan tadi menjerit.. Boy jadi ketakutan..” kataku.
“Aduh.. kamu kok culun amat sih Boy.. dasar perjaka.. tapi nggak pa-pa deh..”katanya.
Untung diluar masih hujan besar. Jadi jeritannya tertutup dengan suara hujan.
“Sini dong Boy..!” pintanya manja.
Karena aku bengong terus lalu dia dengan meraung seperti macan dia melompat dari ranjang, berusaha menerkamku. Tapi gagal, karena aku berkelit karena ketakutan. Aku berusaha menghindar dari sergapannya yang dipenuhi hawa nafsu.
“Jahat..! Jahat..! Jahat..!” jeritnya sambil berusaha mengejarku.
Kami berdua seperti penjahat dengan korbannya yang lagi main kejar-kejaran.
Karena kelelahan aku berhasil ditangkapnya. Aku langsung duduk di kursi sofanya. Lalu, tanpa basa-basi lagi, Sinta langsung duduk berhadapan di pahaku. Bulu kemaluannya terasa lembut menyentuh pahaku, sedangkan batang kemaluanku merapat di perutnya.
“Mau lari kemana, Boy..? Jahat..!” katanya sambil menggesek-gesekkan puting susunya ke putingku, rasanya nikmat sekali.
“Orang Sinta lagi mau ‘keluar’ koq dikerjain.. hh..? Itu nggak boleh, Say..!” omelnya sambil menatap tajam.
“Ya Sinta.. Boy salah..” kataku.
Lalu kupagut bibirnya yang basah itu. Langsung dibalas dengan ganas. Sinta memelukku dengan erat sambil menggesek naik turun kemaluannya ke Kemaluanku. Kemudian dia menghentikan pagutannya, lalu tersenyum mengejekku.
“Kamu udah bikin Sinta pusing, kamu harus Sinta hukum..” katanya.
“Dihukum apa Sinta..?” kataku penasaran.
“Hukumannya ini Boy..” lalu Sinta meraih Kemaluanku dan langsung dimasukkan ke kemaluannya,
“Ngentotin sampai aku puaass.. oohh..!”
Lalu, Sinta langsung menggenjot Kemaluanku naik turun.
Aduh, benar-benar nikmat nggak tahunya. Begitu ketat mencengkeram Kemaluanku. Sementara itu, di depan wajahku terpampang payudara besar yang terguncang-guncang.
“Ahh.. oohh.., Kemaluan kamu.. enak Boy.. sstt.. ahh.. sst.. ahh..” desahnya sambil naik turun.
Aku tidak dapat menjawab, soalnya lagi asyik melumat buah dadanya. Tanganku mengelus-elus sekitar pantat semoknya sampai belakang kemaluannya, biar dia benar-benar puas.
“Ah.. ah.. terus Boy..! Jangan berhenti Say..! Sinta, suka ngentot sama kamu.. hh enak.. ohh.. ahh..!” jeritnya.
Kadang kusentak juga dari bawah, dan Sinta senang sekali kalau sudah begitu.
“Sentak lagi.. oohh.. Aaa..! Iya.. iya.. gitu.. lagi.. lagii.. oohh..!”
Lagi asyik-asyiknya dia menggenjot Kemaluanku, tiba-tiba kuberdiri sambil membopongnya. Lalu aku jalan-jalan keliling kamar sambil tetap dia mengocok Kemaluanku dengan kemaluannya yang luar biasa. Sebagai ganti sentakan yang dia suka, aku jalannya kadang seperti orang melompat. Kan jadi sama nyentaknya. Tapi itu tidak dapat lama-lama, karena badannya lumayan berat. Jadi aku balik ke ranjang.
“Kamu di bawah ya, Say..! Sinta suka di atas.. ss..” desisnya manja.
“Ya.., buat Sinta.. apa aja deh..!” kataku.
Tanpa banyak buang waktu, Sinta kembali melanjutkan goyangannya. Kadang goyangnya benar-benar maut, sampai menyentak kepalanya ke belakang. Atau kadang sambil meremas payudaranya, seperti di film-film Vivid. Atau dengan merebahkan kepalanya di dadaku. Sambil mengocok, seperti biasa dia suka sekali berkata kotor.
“Hhmm.., ohh.. yess.. ***** me.. ahh.. hhmm.. enak kan, Say..?”
“Enakk.. banget, Sinta..” lenguhku.
“Seneng khaann.. Boy..!”
“Ya, .. sseneng.. ohh..”
“Sinta.. sukka.. Kemaluan kamu.. Boy.. oohh..” desahnya manja.
“Boy juga suka kemaluan Sinta.. ohh..” desahku.
10 menit kemudian, aku merasa seperti akan pipis, karena Kemaluanku sudah berdenyut. Rupanya Sinta juga begitu. Dinding kemaluannya mulai bergetar dan sudah basah sekali. Genjotannya pun sudah mulai mengganas, seperti saat dia menjerit tadi.
“Oohh.. Boy.. Boy mau.. pipis..”
“Sintaaa.. juga Boy.. mau keluar.. tahan yah.. Boy, kita barengan ya.. Boy..!” desahnya.
Lalu, Sinta sudah semakin tegang, makin erat memelukku.
“Auh.. I’m comin’ Say.. ohh.. ahh.. ahh..!” jeritnya, makin lama makin keras.
“Teruss.., Boy.. teruss.. aku.. ohh.. ahh.. Sinta keluarr..”
Dia menjerit dan menghentak-hentak dengan ganasnya. Saat itu, otot kemaluannya betul-betul tegang dan memerah batang Kemaluanku. Dia menyemprotkan banyak sekali cairan, Lalu.
“Sinta.. Boy mau keluar juga.. ohh..!”
“Keluarin aja di dalam Boy.. jangan dilepass.. Say.. aa..!”
“Croooot.. croooot.. crooooot..!” cairankuku muncrat di dalam kemaluannya.
Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi, hanya bisa menerawang ke langit-langit. Menikmati orgasme. Masih ada beberapa hentakan lagi, sebelum akhirnya Sinta terkulai lemas di dadaku. Rambutnya yang indah itu menghampar bebas, langsung kubelai.
“Boy.., makasih ya.., kamu telah memberi saluran yang selama ini belum pernah Sinta rasakan” katanya sambil mencium bibirku dengan lembut.
“Terus gimana Sinta.. tentang rencana selanjutnya..?”tanyaku.
“Entar aja deh, biar Sinta pikir-pikir dulu, Boy”katanya.
“Bila Sinta benar-benar mau cerai ama Fadli. Boy mau jadi gantinya..”kataku.
“Ahh.. yang bener Boy.. emang kamu masih mau ama aku.. cewek yang udah tua ini..?”katanya.
“Boy cinta ama Sinta sejak pertama kita ketemu. Boy nggak memperdulikan usia Sinta berapa yang penting Boy cinta ama Sinta..”kataku sambil mengecup bibirnya.
“Ohh.. Boy kau sungguh lelaki jantan dan bertanggung-jawab. Sebetulnya Sinta juga suka ama kamu tapi khan aku sadar kalau usiaku udah diatas kamu. Tapi, kenyataannya kamu suka ama Sinta. Jadi, Sinta setuju aja.. tapi Boy sabar dulu ya.. Biar Sinta selesaikan urusan dengan suami Sinta.. ya manis..”katanya sambil mengecup bibirku lagi.
“Ya Sinta, Boy akan tunggu..?”tanyaku.
“Nah gitu dong.. oh ya say.. Boy harus datang kesini dan harus memuaskan Sinta setiap waktu.. ya sayang..”katanya.
“Ya say..”jawabku. Lalu, kita berciuman dan akhirnya tertidur pulas.



No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.