![]() |
| Ngeseks Dengan Siswi Magang Di Kantor Tempat Ku Bekerja |
Aku dulu sempat bekerja di sebuah perusahaan swasta nasional
yang bergerak di bidang automotive di daerah Bekasi. Ditempat itu, sebut saja
PT. BT, jumlah karyawannya cukup banyak. Tapi bukan itu yang menyebabkan aku
menurunkan tulisan ini.
Selain
karyawan, disana terdapat beberapa siswi yang sedang melakukan PKL. Diantara
siswi tersebut, salah satu, telah membuat aku seperti kembali merasakan cinta
(yang dulu pernah hilang bersama Frisca).
Siswi tersebut, kita sebut saj
Awalnya sih, aku hanya sekedar mengagumi kecantikannya,
karena dengan hidung yang bangir, bentuk bibir yang sensual, di hiasi lesung
pipit di kedua pipinya, membuat semua yang ada di dirinya terlihat sempurna.
Hari demi hari kami terlihat semakin akrab, bahkan banyak teman-temanku yang
menyangka kalau aku sedang PDKT dengannya.
Semua anggapan temanku, tidak terlalu aku pikirkan, karena
aku merasa, Laura disini sedang belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan
oleh sekolahnya, dan sebagai seorang karyawan di PT. BT, aku hanya sekedar
membimbing dan membantu, jika seandainya ada sesuatu hal yang dia belum
mengerti. Hampir dua minggu aku mengenalnya, ternyata sikap dan kelakuannya
semakin membuat aku terpesona.
Ketika aku mendengar gurauan salah seorang temanku, yang
mengatakan kalau dia berani memberi Rp. 500.000,- kepada Laura, jika Laura mau
menemaninya selama 2 jam, perasaanku malah semakin care sama si Laura. Timbul
perasaaan cemburu ketika mendengar gurauan itu. Namun aku tidak berani untuk
mengungkapkannya, karena saat itu diantara aku dan Laura, tidak mempunyai
hubungan yang terlalu istimewa.
Akupun merasa wajar, jika temanku berkata demikian, karena
dengan wajah secantik itu, jika memang Laura memanfaatkan tubuhnya, mungkin
harganya bisa diatas Rp. 350.000, per jam (harga tersebut diatas, adalah harga
rata-rata seorang massage girl yang sudah dianggap cantik).
Suatu ketika, bersama seorang temannya yang bernama Emi, Laura
menuju meja kerjaku, awalnya sih bertanya tentang sesuatu yang ada hubungannya
dengan keperluannya, mungkin karena merasa sudah akrab, Laura juga bertanya
tentang no. HP ku, alasannya sih biar gampang saja, kalau nanti dia mau nanya
sesuatu. Sambil tetap memperhatikan monitor, aku menyebutkan satu persatu
nomernya.
Ketika mereka ikut memperhatikan cara kerjaku, tiba-tiba, “Buukkk..”
tanpa sengaja, tangan Emi menyenggol buku yang aku simpan disisi meja. Aku
langsung mengambil bukunya dengan cara berjongkok. Alamak.. ketika berjongkok,
tanpa sengaja sudut mataku melihat sesuatu yang sangat indah, dua pasang paha
mulus terpampang didepan wajahku.
Bukan hanya itu, karena posisi kaki Laura ketika duduk, agak mengangkang, maka ketika ku perhatikan, dipangkal pahanya terlihat pemandangan yang cukup menggelitik kelelakianku. Ku lihat dia memakai CD berwarna Pink, dengan hiasan renda di sisinya. Mungkin karena mereka terlalu fokus memperhatikan hasil pekerjaanku, mereka tidak menyadari (atau memang sengaja?) kalau di bawah meja, aku sedang menikmati apa yang seharusnya mereka tutupi.
Karena takut mengundang kecurigaan dari teman sekerjaku,
terpaksa aku kembali duduk dan menerangkan tentang cara kerja di PT. BT kepada Laura
dan Emi. Namun kejadian yang baru saja aku alami, tetap mengganggu pikiranku.
Mungkin karena aku tidak konsentrasi dengan apa yang sedang kami bicarakan.
Laura bertanya “Pak, kok kadang-kadang ngejelasinnya tidak
nyambung sih??”. Sebenarnya aku malu mendapat pernyataan seperti itu, namun
karena merasa sudah akrab, aku berbisik kepada Laura dan menceritakan kejadian
yang sebenarnya. Bukannya malu, Laura malah tersenyum mendengarnya.
“Kenapa tidak disentuh saja Pak, biar tidak penasaran”, goda
Laura. Emi yang tidak tahu apa-apa, hanya bengong mendengar pembicaraan kami.
Sebagai seorang lelaki, mendengar penawaran Laura, aku malah berpikir yang
tidak-tidak, dan membayangkan apa yang ada dibalik CD nya itu.
Namun
semuanya berusaha aku redam, karena walau bagaimanapun, di PT. BT ini, aku
harus JAIM (Jaga Imej), agar aku tidak mendapatkan masalah. Bel istirahatpun
berbunyi, dan kami langsung menuju kantin untuk makan siang.
Baru saja aku selesai makan, Laura mendekatiku dan berbisik “Besok Bapak saya tunggu di Hero sekitar jam 10.00 pagi, ada yang ingin saya bicarakan, saya tunggu didepan ATM”. Walau singkat, tapi tetap membuatku bertanya-tanya, sebenarnya apa yang akan dibicarakan? Mengapa waktunya hari sabtu, padahal kan setiap hari sabtu PT. BT libur.
Mengapa dia berbisik sangat pelan kepadaku, apa takut
terdengar yang lainnya?. Besoknya, dengan tetap berpakaian rapi (seperti jika
mau berangkat kerja), aku mengeluarkan motorku dan beralasan lembur kepada
kedua orang tuaku.
Menunggu adalah hal yang sangat membosankan, karena sampai
di Hero, jam baru menunjukkan angka 08.30, Setelah mencari sarapan, sambil
ngerokok, aku iseng-iseng ikut ngantri ATM, padahal cuma mau liat saldo doang,
karena uang yang ada di dompetku, masih ada sekitar Rp. 400.000,-. Dari jauh,
aku sudah tahu kalau gadis yang menuju kearahku adalah si Laura, dan pagi ini,
dia terlihat sangat sexy, karena Laura hanya mengenakan kaos dan celana jeans
ketat.
“Udah lama ya Pak? Kan Laura janjinya jam 10.00, sekarang
baru jam 09.45, Laura tidak salah khan?”, “Jangan panggil aku Bapak dech Laura,
aku kan belum nikah, dan ini bukan di kantor, panggil namaku saja deh, biar
bisa lebih akrab”.
“Ok deh Pak,
eh Fais”, sambil tersenyum Laura langsung menggandeng tanganku.
“Fais, enaknya kita ke mana yach”, tanya Laura.
“Terserah, emang mau ngomongin apaan, kayaknya pribadi banget”.
“Fais, enaknya kita ke mana yach”, tanya Laura.
“Terserah, emang mau ngomongin apaan, kayaknya pribadi banget”.
“Ngga juga, Laura
seneng saja kalau deket ama Fais, kenapa ya?” “Mau tahu jawabannya”, candaku.
“Ngga usah
Fais, Laura juga udah tahu, Laura rasa Laura menyukai Fais”, jawab Laura polos.
Tanpa disadari, mungkin karena saking senengnya, aku yang sejak awal memang mengagumi Laura, langsung memeluknya. Mendapat perlakuan begitu, Laura mencoba melepaskannya, dan mengingatkan, kalau kita masih ada dilokasi umum, tidak enak terlihat banyak orang.
Akhirnya kami memutuskan mencari tempat yang cocok untuk
berduaan. Tapi karena yang aku tahu cuma hotel tempat satu-satunya yang cocok
untuk berduaan tanpa takut terlihat orang lain, walau terlihat agak ragu, Laura
akhirnya menyanggupinya.
Sekitar jam 10.30,
kami sudah sampai di front office hotel BI, dan mengambil sebuah kamar dengan
fasilitas TV dan AC. Dengan agak ragu Laura memasuki pintu kamar (mungkin
karena baru pertama kalinya), dan dia agak terkejut melihat fasilitas yang
terdapat di dalamnya. Apalagi ketika dia melihat kamar mandinya.
“Enak juga ya Fais, kita bisa ngobrol berduaan disini, tanpa takut akan terdengar atau terlihat oleh orang lain”. Laura langsung merebahkan badannya ke ranjang, dan mencari siaran TV yang khusus menyiarkan acara musik.
Kebetulan banget lagunya adalah lagu-lagu romantis, yang
secara tidak langsung, ikut mempengaruhi suasana hati kami.
Lewat aiphone, aku memesan makanan dan soft drink. Ketika
aku menyalakan rokok, terdengar suara room boy mengetuk pintu dan mengantarkan
pesananku. Aku mendekati Laura yang sedang rebahan, maksudnya sih mau nawarin
makanan, tapi Laura langsung bangun dan bertanya.
“Fais, apakah Laura salah bila Laura mencintai Fais, Muti
sebenernya malu mengakuinya, tapi bila tidak diungkapkan, Laura takut kalau Fais
tidak mengetahui apa sebenernya yang Laura harapkan. Maafin Laura yah, Laura udah
ngerepotin Fais, padahal kan sekarang waktunya libur dan istirahat, tapi Laura malah
meminta Fais menemui Laura”.
Aku terharu juga mendengar kejujuran dan kepolosannya,
akhirnya setelah mendengarkan semua tentang apa yang ada dihatinya, sambil
membelai rambutnya (agar perasaannya menjadi lebih tenang), aku pun berusaha
meyakinkannya, bahwa semua yang dialami, adalah wajar, jika seseorang mencintai
lawan jenisnya, dan tidak ada yang namanya salah, jika sudah menyangkut
perasaan hati.
Ketika dia menatapku dengan tatapan yang tajam, secara
perlahan aku mencium keningnya. Tapi ternyata, yang kulakukan itu malah membuat
Laura berani untuk membalas ciumanku. Dia langsung melumat bibirku, dan seperti
seseorang yang tidak mau kehilangan sesuatu, dia memelukku dengan erat sekali.
Sambil terus menikmati bibirku, tangannya terus mengelus dan mengusap seluruh
bagian tubuhku.
Mungkin beginilah cara dia mengungkapkan rasa sayangnya
terhadap diriku. Tapi sekarang aku yang bingung, karena dengan melihat bentuk
tubuhnya saja (waktu di kantor), bisa membuat aku “konak”, sekarang seluruh
tubuhnya sudah melekat erat ditubuhku (walau masih memakai pakaian lengkap).
Kedua payudaranya terasa makin mengeras, akhirnya kuputuskan
untuk menikmati keadaan ini, karena jujur saja, kadang-kadang, dulu akupun
sering menghayalkan betapa nikmatnya jika bercumbu dengan si Laura, apalagi
jika berjalan di belakangnya, goyangan pantatnya ngajakin kita jual tanah
(maksudnya ntar duitnya buat ngebayarin pantatnya, he.. he.. he..).
Tanganku mulai berusaha membuka kaosnya, karena aku tidak
mau pandanganku yang tertuju kepada kedua payudaranya, terhalang oleh kaos yang
ia kenakan. Pelan namun pasti, akhirnya bukan hanya kaosnya yang berhasil aku
buka, BH nya pun sudah aku lepaskan.
Sejenak aku terpana melihat keindahan bentuk payudaranya
itu, namun hanya sebentar, karena aku ingin segera menikmati dan merasakan
keindahan itu, kuremas kedua susunya, dengan mesra aku mulai menghisap
putingnya yang sudah agak mengeras dan berwarna kecoklatan. Kucium dan kujilati
bagian tubuhnya, mulai dari leher, terus bergerak turun dan menuju putingnya
kembali.
“Yaa.. Hisap terus sayaangg.. Aacchh.. Ennaakk banget Fais..
Geli.. Tapi nick.. Maaattt.. Teeeruuus.. Aacchhh..” Laura terus meracau
menikmatinya. Aku terus merangsangnya, dan mencoba membuka celana jeans yang
dipakainya, lantaran jeans yang dikenakannya sangat ketat, aku kesulitan untuk
membukanya, untungnya Laura mengerti, dengan agak mengangkat pantatnya, dia
mulai mencoba menurunkan jeansnya sendiri. Dengan sabar, aku menunggu dan terus
mempermainkan susunya.
Setelah jeansnya terlepas, tangan Laura berusaha untuk
membuka semua yang aku kenakan. Satu persatu jari tangannya membuka kancing
kemejaku, dan setelah berhasil membuka baju dan celana yang aku pakai, Laura hanya
menyisakan CD saja yang masih melekat ditubuhku.
Mungkin dia masih ragu untuk membukanya, karena diapun masih
mengenakan CD. Walau diwajahnya terlihat, kalau dia sedang diamuk birahi, namun
dia masih bisa menguasai pikirannya, aku yakin dia merasa takut di cap sebagai
cewe yang agresif dan takut jika aku tidak menyukai tindakannya. Namun aku
tetap menikmati suasana yang terjadi di dalam kamar hotel ini.
Aku terus merangsang birahinya, ciumanku aku arahkan
kedaerah perutnya, terus kebawah menyusuri lubang pusarnya, dan kedua tanganku,
bergerak untuk membuka CD yang masih melekat ditubuhnya.
Secara perlahan aku mencoba membuka CD nya, sambil terus
mencumbunya, aku menciumi setiap daerah yang baru telihat ketika CD nya mulai
bergerak turun.
Laura sangat menikmati semua sentuhan yang aku berikan,
bahkan ketika CD nya telah terlepas, dan aku mulai menjilati memeknya, dia
terus mendesah dan malah membuka pahanya lebar-lebar agar lidahku bisa
menjilati bagian dalam memeknya. Dengan keharuman yang khas, memek itu telah
membuat aku betah berlama-lama mencumbuinya.
Aku terus menjilati, dan dengan jari telunjukku, aku coba
merangsang dia dengan memainkan kelentitnya. Semakin aku percepat memainkan
jari telunjukku, semakin cepat pula dia menggoyangkan pantatnya. Laura terus
mendesah dan meracau tak karuan.
“Aacchhhh.. Terus sayang.. Nikmatnya.. Teruzzsss.. Lebih ke
dalam lagi Fais.. Teruuzzss.. Yacchhh.. Benar.. Jilati terus yang.. Itu.. Sayang..
Accchhh”. Karena rangsangan yang dia terima makin hebat, pantatnya bukan hanya
digoyang-goyangkan, tapi malah diangkat-angkat ke atas, mungkin tujuannya agar
lubang memeknya yang lebih dalam ikut tersentuh oleh lidahku.
Dengan bantuan jari-jariku, aku terus mengaduk-aduk isi
memek Laura, aku sentuh G-Spotnya secara perlahan, dia langsung menggelinjang,
lalu kuelus G-Spotnya nya dengan jari tengahku, Laura makin liar, seperti orang
yang sedang ngigau, dia meracau tak karuan, tak jelas suara apa yang keluar
dari mulutnya, karena yang aku tahu, lubang memeknya sudah sangat basah oleh
cairan kemaluannya, seluruh tubuhnya seperti menegang, tapi itu tak berlangsung
lama, karena, dirinya langsung terdiam dan tergolek dengan lemas.
Melihat Laura sudah mencapai orgasme, aku berusaha untuk
tenang, tetapi kontolku sudah sangat tegang (walau masih tertutup oleh CD) dan
ingin segera merasakan nikmatnya memek Laura. Aku segera mencium dan menjilati
“lubang surga” itu, agar Laura bisa merasakan apa yang namanya multi orgasme.
Usahaku ternyata berhasil, karena hanya dalam beberapa
menit, tubuhnya kembali bergetar dan menegang. Diiringi desahannya yang sangat
menggairahkan, Laura kembali merasakan kenikmatan itu. Karena beberapa kali
mengalami orgasme, Laura terlihat sangat lelah, meski tak dikemukakan, terlihat
jelas bahwa dia sangat puas dengan oral yang aku lakukan.
Dengan
tersenyum, dia mencoba untuk melepaskan CD yang masih melekat ditubuhku. Tanpa
ragu, dia mulai menjilat dan mengulum kontolku. Mendapat perlakuan seperti itu,
aku yang semula mendominasi permainan, hanya diam saja menikmati permainan Laura.
Dengan bibir indahnya, dia mengulum dan mengeluar masukan kontolku ke dalam mulutnya, dan sesekali dengan menggunakan kelembutan lidahnya, dia mengusap dan menjilat kepala kontolku. Gila.. ternyata Laura bukan hanya indah buat dilihat, ternyata Laura mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam merangsang dan memanjakan kita dalam permainan seksnya.
Aku berusaha
agar tidak sampai kebobolan ketika dia melakukan oral terhadapku, namun
kenyataannya, semua spermaku telah memenuhi mulutnya, ketika secara reflek, aku
menjambak rambut dan menarik kepalanya sambil mendesah menahan kenikmatan saat
spermaku akan keluar. Tanpa perasaan jijik, Laura menelan semua sperma yang ada
di dalam mulutnya, seperti tidak puas, dia menjilati kontolku yang masih ada
sisa-sisa spermanya.
“Fais, enak juga ya rasa sperma lo, gurih-gurih gimana gitu..”, kata Laura memuji. Aku hanya tertawa sebentar mendengarnya, karena bola mataku tetap memandang lekuk-lekuk tubuh Laura yang telanjang tanpa sehelai benangpun menutupinya. Kuperhatikan lagi “lembah” yang dihiasi oleh bulu-bulu halus itu, ternyata, warnanya agak memerah, mungkin karena tergesek oleh lidah dan jari-jariku.
“Makasih ya Laura..”, kataku sambil menciumi memeknya.
“Fais, boleh tidak kalau Laura minta memek Laura di jilatin
lagi, abis enak banget sih..”, tanya Laura sambil memohon.
“Boleh saja sih, tapi boleh tidak kalau Fais ngentot Laura,
soalnya kontol Fais udah tidak kuat nich, pengen buru-buru berada di dalam
memek Laura. Boleh yach?” “Laura takut Fais, kata temen-temen Laura, kalau
masih perawan rasanya sakit banget, tidak mau ah.. Ntar kalau sakit gimana?”,
tolak Laura.
“Pokoknya Laura rasain saja nanti, Fais apa temen Laura yang
salah”, kataku sambil mulai menjilati memek Laura. Dengan melebarkan pahanya,
dan mempergunakan kedua tangannya, Laura membantu melebarkan memeknya agar
mempermudah aku di dalam mencumbui memeknya.
Ku jilati klitnya hingga dia menggelinjang tak karuan
menahan rasa nikmat yang dia terima. Sengaja aku terus menjilati klitnya, agar
dia diamuk oleh gairahnya sendiri, ketika kulihat tubuhnya mulai menegang, dan
mengalami orgasme, entah untuk yang keberapa kali, aku langsung memindahkan
cumbuanku kedaerah putingnya yang sudah sangat kencang. Kuciumi bagian bawah
susunya, kusedot dan kumainkan lidahku di daerah tersebut.
“Fais.. Enak sekali sayang.. Aacchhh.. Ooohhhh..” Laura menggelepar
menahan birahinya yang semakin besar. Kulihat jari lentik Laura mulai bermain
dibibir kemaluannya sendiri, dia terus mengelus, dan sekali-sekali memasukan
jarinya ke dalam lubang memeknya yang sudah sangat basah karena banyaknya
cairan pelicin yang keluar dari dalam memeknya memeknya. Sambil tetap
membenamkan wajahku diantara dua gunungnya, tanganku secara perlahan menarik
tangan Laura yang sedang asik mengeluar masukan jarinya.
Awalnya dia
menolak, tapi ketika aku bimbing jarinya kearah kontolku, Laura langsung
menggenggam dan mengocoknya. Setelah agak lama, aku meminta Laura agar dia
berada diatas tubuhku yang sudah dalam posisi berbaring.
Dengan perlahan, dia menaiki tubuhku. Sengaja aku menggesek-gesekan kontolku diantara lubang memeknya, ternyata benar, apa yang aku lakukan telah membuat kenikmatan yang dirasakan oleh Laura makin menjadi-jadi, diapun mulai bergerak menggesekan kontolku ke bagian luar memeknya.
Akhirnya,
walau dengan posisi berada di bawah, tanpa sepengetahuan Laura, aku berusaha
mengarahkan kontolku agar bisa memasuki lubang memeknya. Laura terus
menggerakkan dan menggesekan memeknya, dan tanpa disadarinya, ternyata kepala
kontolku mulai bergerak memasuki memeknya ketika dia menggerakan pantatnya dari
atas ke bawah.
Terasa lembut sekali ketika kepala kontolku menyentuh bagian dalam dari lubang surganya, ada perasaan nikmat yang sulit untuk diungkapkan, dan tanpa terasa, sudah seluruh bagian kontolku berada di dalamnya. Seperti kesetanan, Laura terus menggoyangkan pantatnya, sesekali terdengar rintihan dan erangannya. Akupun terus mengeluar masukan kontolku ke dalam lubang memeknya (walau agak sulit karena posisiku berada di bawah).
Secara reflek Laura langsung merebahkan tubuhnya diatas tubuhku ketika dia sudah mencapai orgasmenya. Namun karena aku belum orgasme, aku langsung membalikan badannya agar berada di bawah tubuhku.
Dengan sedikit santai, aku terus menggerakan “junior”ku,
namun karena tubuh Laura yang bersih dan terawat, birahiku tidak bisa mengerti jika aku ingin lebih lama menikmati kemulusan tubuhnya. Akhirnya spermaku keluar di dalam kehangatan lubang memeknya.
namun karena tubuh Laura yang bersih dan terawat, birahiku tidak bisa mengerti jika aku ingin lebih lama menikmati kemulusan tubuhnya. Akhirnya spermaku keluar di dalam kehangatan lubang memeknya.
Cerita Seks, Cerita Dewasa, Cerita Hot, Cerita Panas, Cerita Sex Terbaru, Cerita Porno, Cerita Bugil, Cerita ML, Kisah Seks



No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.