![]() |
| Cerita Seks Ketika Suami Ku Terlalu Sibuk Dengan Pekerjaannya |
Saya adalah seorang istri yang sudah memiliki seorang anak
berusia 9 tahun, sebut saja nama saya Anisa.
Saya bukanlah wanita yang berparas bidadari, walaupun begitu
tidak dapat juga dikatakan jelek. Bahkan beberapa orang mengatakan saya menarik
walaupun kulit saya tidak bisa dikatakan putih. Entah mereka yang saya kenal
maupun selentingan dan kekaguman orang di luar sana. Baik yang mengungkapkan
langsung maupun yang disampaikan melalui orang lain.
Saya adalah anak pertama dari keluarga yang serba
berkecukupan walaupun tidak kaya raya. Ayah saya adalah seorang pengusaha yang
cukup diperhitungkan dikampung saya. Saya menikah dengan seorang pria yang
sangat saya cintai hubungan kami pun didukung sepenuhnya oleh kedua orang tua
kami.
Hubungan seks kami tidak ada masalah bahkan sepertinya
semakin hari semakin panas saja. Terasa harmonis sekali kehidupan rumah tangga
kami. Selain itu di lingkungan tetangga kami, aku dikenal sebagai sosok istri
yang baik, ramah, setia, dan alim. Pokoknya tidak ada satupun berita miring
tentang aku.
Seiring dengan perkembangan waktu, pekerjaan suami pun
semakin sibuk karena karir suami saya dikantornya sedang melonjak pesat. Hal
itu membuat suami saya harus bekerja dari pagi sampai malam sehingga sampai
dirumah sudah kecapaian, bahkan kadang-kadang harus keluar kota untuk beberapa
hari karena urusan kantornya, membuat hubungan seks kami pun berkurang drastis.
Apabila dahulu kami melakukannya hampir tiap hari sekarang paling banyak satu
kali dalam sebulan. Saya pribadi memakluminya dan mencoba untuk bersabar, toh
ini demi kebaikan masa depan rumah tangga kami juga.
Sikap suami saya yang dahulu sangat perhatian dalam keluarga
menjadi berkurang, saya sadar ini bukanlah karena sikapnya yang berubah tetapi
karena tuntutan pekerjaan yang membuatnya lebih banyak mencurahkan perhatiannya
pada tugas-tugasnya. Tetapi saya tetaplah wanita yang membutuhkan kasih sayang,
perhatian dan belaian dari seorang suami. Terus terang (hal ini baru saya
ketahui akhir-akhir ini) bahwa saya memiliki nafsu seks yang cukup besar.
Hingga pada suatu hari. . .
Hari itu hari minggu, suami saya akan berangkat keluar kota mengurus kerjaannya untuk waktu tiga hari. Dia pamit pada saya pagi itu. Setelah suami saya pergi, saya pun berangkat ke rumah sakit untuk perawatan gigi yang memang saya lakukan setiap enam bulan sekali. Sedangkan anak saya tinggal dirumah dengan ditemani pembantu.
Sampai dirumah sakit saya pun mengambil nomor antrian dan
duduk sambil menunggu nomor antrian saya dipanggil. Tepat diseberang saya
berjalan seorang pria yang dari tadi selalu melirikkan matanya pada saya. Tak
lama kemudian pria itu menghampiri saya, setengah berteriak dia berkata…
“Anisa ya?”
Saya tertegun sejenak dan berpikir darimana dia tau nama saya. Kemudian saya menjawab…
“Iya, saya Anisa… Anda siapa ya?”
“Kamu lupa ya? saya kakak kelasmu sewaktu SMU dulu!”
Setelah saya amati wajahnya akhirnya…
“Hendra ya?”
Dia mengangguk dua kali.
“Ya ampun, Hendra… Aku pangling maaf ya…”
“Gak apa-apa aku juga tadi agak lupa sama kamu… Hmm ngapain nih?” Tanya Hendra.
“Ini aku mau Check up gigi” Jawabku. “Kamu ngapain?” Tanyaku lagi
“Aku habis menjenguk teman sakit, antrian mu masih lama ya?”
“Lumayan, antrianku nomor 52 dan sekarang masih nomor 47” jawabku.
“Kamu sendirian?” Tanyanya.
“Iya”
Saya tertegun sejenak dan berpikir darimana dia tau nama saya. Kemudian saya menjawab…
“Iya, saya Anisa… Anda siapa ya?”
“Kamu lupa ya? saya kakak kelasmu sewaktu SMU dulu!”
Setelah saya amati wajahnya akhirnya…
“Hendra ya?”
Dia mengangguk dua kali.
“Ya ampun, Hendra… Aku pangling maaf ya…”
“Gak apa-apa aku juga tadi agak lupa sama kamu… Hmm ngapain nih?” Tanya Hendra.
“Ini aku mau Check up gigi” Jawabku. “Kamu ngapain?” Tanyaku lagi
“Aku habis menjenguk teman sakit, antrian mu masih lama ya?”
“Lumayan, antrianku nomor 52 dan sekarang masih nomor 47” jawabku.
“Kamu sendirian?” Tanyanya.
“Iya”
“Aku dengar kamu sudah nikah, suamimu mana?”
“Suamiku gak bisa ikut ngantar, soalnya lagi sibuk” Jawabku singkat.
“Ya sudah, aku temenin deh” Jawabnya.
“Nggak usah Ndra, aku nggak apa-apa kok sendirian” Tolakku.
“Ah.. Nggak apa-apa kok, lagian ini kan hari minggu aku lagi nggak ada kerjaan” Jawabnya setengah memaksa. “Kita kan baru ketemu setelah lama pisah, pengen nborol-ngobrol sama kamu, boleh kan?” sambungnya.
“Ya deh, asal nggak mengganggu waktumu aja” Jawabku.
“Suamiku gak bisa ikut ngantar, soalnya lagi sibuk” Jawabku singkat.
“Ya sudah, aku temenin deh” Jawabnya.
“Nggak usah Ndra, aku nggak apa-apa kok sendirian” Tolakku.
“Ah.. Nggak apa-apa kok, lagian ini kan hari minggu aku lagi nggak ada kerjaan” Jawabnya setengah memaksa. “Kita kan baru ketemu setelah lama pisah, pengen nborol-ngobrol sama kamu, boleh kan?” sambungnya.
“Ya deh, asal nggak mengganggu waktumu aja” Jawabku.
Kami pun larut dalam obrolan-obrolan panjang yang
mengasyikkan, kami mengobrol kenangan masa-masa SMU dulu. Topik yang sangat
mengasyikkan bagiku. Perlu diketahui Hendra ini adalah kakak kelasku sewaktu
SMU dulu, hubungan kami hanya sebatas teman, tidak lebih. Bahkan sudah menjadi
seperti hubungan abang-adik.
Obrolan kami pun terhenti saat suster jaga memanggil nomor
antrianku dua kali. Kemudian aku berkata kepada Hendra…
“Ndra, kamu nggak perlu nungguin aku”
“Ah.. Nggak apa-apa biar aku tungguin aja kamu disini, lagian kamu kan nggak bawa kendaraan biar nanti aku antarin kamu pulang, kebetulan aku bawa mobil” Jawabnya.
Memang di sela-sela obrolan kami tadi dia sempat bertanya apa kendaraanku kesini, dan aku jawab naik angkot.
Akhirnya aku biarkan dia menunggu, dan aku pun masuk keruang
periksa. Kurang lebih satu jam kemudian aku pun keluar, karena check up gigiku
sudah selesai. Kulihat Hendra masih menunggu. Setia juga cowok ini nungguin aku
hampir satu jam seperti ini, coba suamiku mau nungguin aku seperti ini
ucap bathinku lagi. Sayangnya suamiku sudah nggak punya lagi waktu
untukku.
“Maaf ya Ndra lama nunggunya” Kataku.
“Nggak apa-apa kok, jangankan satu jam, setahun pun aku tungguin” Jawabnya.
Aku berpikir apa maksudnya menjawab seperti itu, mudah-mudahan dia tidak sedang merayuku. Aku pun membalas dengan senyuman.
“Mau pulang sekarang?” Tanyanya.
“Terserah kamu”
“Ok, yuk” Katanya.
“Nggak apa-apa kok, jangankan satu jam, setahun pun aku tungguin” Jawabnya.
Aku berpikir apa maksudnya menjawab seperti itu, mudah-mudahan dia tidak sedang merayuku. Aku pun membalas dengan senyuman.
“Mau pulang sekarang?” Tanyanya.
“Terserah kamu”
“Ok, yuk” Katanya.
Sesampainya didalam mobil. Dia pun menyalakan mobil dan
beranjak pergi dari rumah sakit. Dalam perjalanan dia menceritakan kalo mobil
tersebut bukanlah mobil pribadinya melainkan mobil perusahaan yang dipinjamnya.
Dia juga menceritakan kalo dia bekerja pada sebuah perusahaan supplier
alat-alat bangunan, dan dia menjabat sebagai Supervisor. Walaupun sebagai
Supervisor, kerjaanya bukan hanya duduk-duduk saja, tetapi juga membantu buruh
kasar mengangkat alat-alat berat. Begitu ceritanya. Pantas badannya besar dan
kekar kayak gitu, ucapku dalam hati. Tanpa sadar aku membayangkan bentuk
badannya dibalik kaos ketatnya itu, mendadak nafasku menjadi berat. Lamunanku
dikejutkan oleh suaranya yang besar. Untung saja suaranya memecahkan lamunanku
kotorku, kalau nggak bisa gawat.
“Rumahmu dimana Nis?” Tanyanya.
Kusebutkan alamatku padanya, yang memang lumayan jauh.
Kusebutkan alamatku padanya, yang memang lumayan jauh.
“Wah berarti kalo mau kerumahmu melewati rumahku dulu dong, kamu mau mampir kerumahku dulu? Kebetulan aku tinggal sama kakak perempuanku Lita, kamu juga kenalkan?”
Mendengar dirumahnya dia tidak tinggal sendirian tetapi bersama kakaknya, aku pun meng-iya-kan.
“Boleh deh, sekalian pengen ketemu sama kak Lita udah lama gak ketemu” Jawabku.
Tak berapa lama kemudian kami sampai dirumah Hendra.
Rumahnya kecil saja, tetapi cukup rapi halamannya ditumbuhi berbagai
macam-macam bunga yang membuat rumah mungil itu tampak asri.
Sampai didalam rumah kami disambut kak Lita yang masih seperti dulu tetap ramah dan bersahabat, kemudian kak Lita mempersilahkan aku duduk disofa biru dalam rumahnya.
Sampai didalam rumah kami disambut kak Lita yang masih seperti dulu tetap ramah dan bersahabat, kemudian kak Lita mempersilahkan aku duduk disofa biru dalam rumahnya.
“Mau minum apa Nis?” Sapa kak Lita. “Nggak usah repot-repot kak, nanti aku ambil sendiri kalau pengen” Jawabku padanya. Memang dari dulu aku sudah lumayan akrab dan tidak canggung lagi dengan keluarga besar Hendra.
“Ya sudah, kakak kebelakang dulu ya kebetulan tadi lagi masak” Jawab kak Lita sambil beranjak kebelakang tampaknya menuju dapur.
“Nis, istirahat aja dulu ya, aku masuk dulu sebentar” Sapa Hendra yang sejak tadi diam.
“Iya Ndra..” Jawabku.
Pandanganku menyapu seluruh ruang tamu itu, tampak beberapa buah foto Hendra bergantung didinding ruangan itu. Tak ada foto wanita lain selain foto kak Lita sebuah dan foto ibu dan bapaknya Hendra. Berarti benar yang dikatakan Hendra sewaktu ngobrol dirumah sakit tadi, kalo dia memang belum menikah.
Bosan sendirian aku pun bermaksud kebelakang untuk menemui
sekalian membantu kak Lita didapur. Rupanya dapurnya berada jauh dibelakang
karena harus membelok lagi kekiri. Belum sampai kaki menuju dapur terdengar
suara desiran air dari kamar mandi sebelah kananku yang terbuka sedikit. Secara
reflek mataku mamandang kearah itu.
Wow… aku terkejut setengah mati melihat Hendra sedang
kencing di dalam kamar mandi. Tetapi bukannya berpaling kearah lain mataku
justru melotot memandang kontol Hendra yang walaupun tidak sedang tegang tampak
besar dan panjang, terlintas diotakku gimana gedenya kontol itu kalau sedang
tegang. Seketika itu juga CD ku terasa lembab, pasti dikarenakan cairan vaginaku
yang keluar. Hendra yang dari tadi tidak sadar kalau kontolnya sedang
kupandangi, akhirnya terusik dengan kehadiranku. Dia memalingkan wajahnya
kearahku, terjadi kontak mata sebentar antara aku dan Hendra, dia terkejut dan
gelagapan tak menyangka sedang kupandangi. Tanpa mengeluarkan kata-kata, aku
pun beranjak meninggalkan Hendra menuju ke dapur yang menjadi tujuan awalku.
Dadaku berdegup kencang antara perasaan malu, menyesal, dan
ah… Bodohnya aku, rupanya aku jadi terangsang juga olehnya. Mengapa aku menjadi
terangsang melihat kontol lelaki lain selain suamiku. Apa karena sudah hampir
satu bulan ini aku tidak diberi jatah oleh suamiku. Se-alim apapun dan sehebat
apapun aku menahan gejolak ini, aku tetaplah wanita yang memang butuh akan hal
yang satu itu. Hal ini tidak dapat kupungkiri.
Setelah membantu kak Lita memasak, akupun kembali keruang
tamu. Kudapati Hendra sedang duduk di sofa sambil membaca koran. Rasa maluku
bertambah saat bertemu Hendra diruang tamu. Tapi tanggapan Hendra sungguh
berbeda dari yang aku pikirkan. Hendra seolah-olah tidak peduli akan hal itu,
seolah tidak terjadi apa-apa. Setelah suasana kuanggap tenang, aku pamit pulang
dengan diantarkan Hendra. Setelah sampai, Hendra tidak mampir dia langsung
meluncur kembali.
Sesampainya dirumah aku langsung mandi, kucoba melupakan apa
yang terjadi barusan.
Paginya, seperti biasa aku mengantarkan anakku pergi
kesekolah setelah itu aku pulang kembali kerumah. Baru saja aku masuk kedalam
rumah, tiba-tiba pembantuku minta ijin untuk pulang kampung karena ayahnya
sakit keras. Jarak dari kota menuju kampung halamannya memakan waktu kurang
lebih 5-6 jam perjalanan sehingga mengharuskan dia bermalam disana. Akupun
mengijinkannya dan memberikan dia sedikit uang saku untuk keperluannya, dia pun
menjanjikan akan segera pulang setelah kondisi ayahnya membaik.
Jam 9 pergilah pembantuku menuju kampung halamannya dengan
menggunakan bis, sekarang tinggal lah aku sendirian dirumah. Disaat sendirian
seperti ini, aku kembali merasa kesepian sehingga kejadian kemarin kembali
terlintas. Terbayang dibenakku Badan Hendra yang tegap, otot-ototnya yang
kekar, dadanya yang bidang, dan kontolnya yang besar ah… Mengapa aku jadi
begini, mengapa aku begitu terangsang mengingatnya. Semua bayangan itu membuat
payudaraku mengeras, otot-otot vaginaku berkontraksi, kemudian dalam hitungan
menit akupun orgasme. Sepertinya aku tergila-gila kepada Hendra kakak kelasku
tersebut. Aku tahu ini salah, tapi sungguh aku tak dapat menahannya.
Siangnya kujemput anakku dari sekolahnya, tetapi dua jam
kemudian anakku kembali kesekolah untuk mengikuti les tambahan pelajaran yang
memang setiap sore diikutinya.
Sore itu hujan turun dengan lebat sekali, kembali aku
sendirian dirumah. Daripada bosan dan memikirkan yang nggak-nggak akhirnya
kuputuskan untuk menonton film DVD. Kucari-cari koleksi film-film suamiku,
setelah memilih-milih kuputuskan untuk menonton film yang dibintangi aktris
favoritku Angelina Jolie yang berjudul Original Sin (mungkin ada beberapa
pembaca yang sudah menonton film ini, bagi yang belum kusarankan jangan
menontonnya he..he..). Baru saja kuputar film tersebut di DVD Player, tiba-tiba
ada yang mengetok pintu. Aku pun melangkahkan kaki untuk membuka pintu.
“Eh.. Hendra, silahkan masuk” Tak kusangka Hendra main
kerumahku sore itu, kupersilahkan dia masuk dan duduk diruang tamu.
“Lagi nonton ya Nis?” Tanya Hendra. (Memang TV kami berada diruang tamu)
“Iya” Jawabku
“Film apa?”
“Lagi nonton ya Nis?” Tanya Hendra. (Memang TV kami berada diruang tamu)
“Iya” Jawabku
“Film apa?”
“Nggak tahu tuh.. Judulnya Original Sin” Jawabku lagi.
(Awalnya aku memang nggak tahu cerita dari film tersebut)
“Kamu hobby nonton juga ya” Sambungnya.
“Kadang-kadang sih”
“Kok sepi, mana anakmu” Tanyanya.
“Anakku lagi les disekolah”
“Suamimu belum pulang ya?” (Hendra memang sudah tahu kalau suamiku sedang pergi keluar kota dari obrolan kami kemarin)
“Belum Ndra, mungkin besok kalau pekerjaannya sudah selesai”
“Berarti kamu sendirian dong, aku jadi nggak enak nih” Kata Hendra.
“Nggak enak kenapa?” Tanyaku balik.
“Ya kamu kan lagi sendirian, nggak enak dong aku cowok main disini” Jawabnya.
“Nggak apa-apa kok” Jawabku “ Baru pulang kerja Ndra?” Tanyaku.
“Iya nih, tadinya sih mau langsung pulang tapi karena kebetulan rumah kita satu jalur dan posisiku lebih dekat kerumahmu langsung aja aku main, sekalian berteduh nunggu hujan agak reda” Jawabnya.
“Tunggu sebentar ya Ndra kubuatkan teh hangat biar nggak kedinginan”
“Ok deh, kalau nggak merepotkan”. Jawabnya. Aku hanya tersenyum.
“Kamu hobby nonton juga ya” Sambungnya.
“Kadang-kadang sih”
“Kok sepi, mana anakmu” Tanyanya.
“Anakku lagi les disekolah”
“Suamimu belum pulang ya?” (Hendra memang sudah tahu kalau suamiku sedang pergi keluar kota dari obrolan kami kemarin)
“Belum Ndra, mungkin besok kalau pekerjaannya sudah selesai”
“Berarti kamu sendirian dong, aku jadi nggak enak nih” Kata Hendra.
“Nggak enak kenapa?” Tanyaku balik.
“Ya kamu kan lagi sendirian, nggak enak dong aku cowok main disini” Jawabnya.
“Nggak apa-apa kok” Jawabku “ Baru pulang kerja Ndra?” Tanyaku.
“Iya nih, tadinya sih mau langsung pulang tapi karena kebetulan rumah kita satu jalur dan posisiku lebih dekat kerumahmu langsung aja aku main, sekalian berteduh nunggu hujan agak reda” Jawabnya.
“Tunggu sebentar ya Ndra kubuatkan teh hangat biar nggak kedinginan”
“Ok deh, kalau nggak merepotkan”. Jawabnya. Aku hanya tersenyum.
Setelah teh selesai kuseduh, akupun kembali keruang tamu.
“Silahkan diminum Ndra, mumpung masih hangat”
“Terimakasih ya Nis” Jawab Hendra.
“Silahkan diminum Ndra, mumpung masih hangat”
“Terimakasih ya Nis” Jawab Hendra.
Kemudian kami pun mulai fokus pada film DVD yang sedang tayang didepan kami. Sementara hujan diluar semakin menjadi-jadi saja.
Beberapa saat kemudian tayangan film tersebut memasuki
bagian yang hot, yaitu saat Angelina Jolie dan Antonio Banderas sedang bersetubuh.
Ada rasa malu dalam diriku melihat tayangan tersebut, ingin kumatikan TV tetapi
kulirik Hendra sedang serius menonton, akhirnya kubatalkan niatku mematikannya
dan akupun meneruskan menonton film tersebut. Semakin lama film tersebut
semakin hot saja, tanpa sadar aku mulai terangsang menontonnya, ditambah cuaca
hujan diluar sana membuat birahiku bergejolak. Aku tak tahu apa yang dirasakan
Hendra saat ini, tapi aku yakin dia pun juga sedang bergairah. Aku kagum juga
dia mampu menutupinya dengan tetap diam dan tenang.
Karena birahiku sedang bergejolak tinggi, tanpa sadar tangan
kiriku meremas tangan kanan Hendra. Setelah sadar apa yang aku lakukan aku
menarik tanganku, tetapi dengan sigap tangan Hendra menahannya. Sekarang
gantian tangan kanan Hendra yang meremas tangan kiriku. Aku kaget dan terpaku
atas remasan tangan Hendra pada tanganku, kemudian Hendra mendekatkan tubuhnya
padaku. Dan wajahnya semakin dekat dengan wajahku, Hendra sepertinya akan
mengecup bibirku. Sebelum bibirnya menyentuh bibirku masih sempat aku berkata
“Jangan Hendra” tetapi tidak ada perlawanan sama sekali dari tubuhku, aku
seakan mengharap bibirnya cepat-cepat menyentuh bibirku.
Sejurus kemudian mulut Hendra mulai melumat bibirku,
dimainkannya lidahnya dalam rongga mulutku, aku semakin terangsang, aku mulai
lupa segalanya. Lumatan bibir Hendra yang tadi hanya kubiarkan saja mulai
kuberikan perlawanan, tapi saat ini bukan perlawanan tanda penolakan yang
kuberikan tapi justru lumatan mulut Hendra kubalas dengan lumatan mulutku yang tidak
kalah ganasnya. Tak hanya sampai disitu, tangan Hendra mulai beraksi meremas
kedua buah payudaraku secara bergantian dari luar daster yang kugunakan. Tak
terasa mulutku mulai mengeluarkan lenguhan nikmat oh..oh..
Aku semakin nekad saja, kontol Hendra yang selama ini hanya
bisa kubayangkan akhirnya kuremas dengan ganas dari luar celana jeansnya.
Melihat reaksiku Hendra pun semakin ganas, setelah puas melumat bibirku giliran
leherku, telingaku, dan pundakku yang digarapnya. Tidak sampai disitu tangan kanannya
mulai mencari jalan masuk untuk meremas payudaraku secara langsung. Karena baju
yang kupakai adalah baju terusan membuat aku harus mengangkat dasterku sampai
kepinggang.
Hal ini membuat paha mulusku terbuka, bukan itu saja CD
putihku pun terlihat oleh Hendra. Keadaan ini tidak disia-siakan oleh Hendra,
tangannya mulai mengusap paha mulusku, kemudian vaginaku walau dari luar CD
yang kugunakan, tangannya terus naik menelusup kedalam pakaianku dan kedalam
BHku dan meremas kedua payudaraku secara bergantian. Nikmat sekali yang
kurasakan aku pun melenguh lagi “Oooh.. Ndra…”
Akupun semakin tergila-gila dibuatnya. Akupun mulai membuka
ikat pinggang yang digunakan Hendra, dia membantu menurunkan jeansnya sebatas
lutut. Terlihat jelas oleh mataku tonjolan kontol Hendra dari balik CD hitam
yang digunakannya, bahkan kepala kontolnya agak menyembul sedikit keluar karena
tak mampu ditutupi oleh CD nya. Tanpa membuka terlebih dahulu CD yang dikenakan
oleh Hendra, ku selusupkan tanganku kedalam CD hitamnya, tanganku mulai meremas
kontol Hendra dari dalam CD hitamnya.
Hendra menjadi gelagapan, dia pun berdiri bermaksud melepas
daster yang kugunakan. Belum sempat tangannya membuka dasterku, kutepis
tangannya kemudian disaat dia berdiri kuturunkan jeans dan CD hitam yang
dikenakan Hendra.
Woow. . . Sedikit histeris aku melihat betapa besar dan
panjangnya kontol Hendra dalam kondisi tegang seperti ini, sambil jongkok
dilantai kudekatkan tubuhku ke tubuh Hendra yang sedang berdiri. Tanganku mulai
mengocok kontol besar Hendra, sambil mengocok dan mengamati kontol Hendra,
tiba-tiba muncul perasaanku ingin sekali mengulum kontol gede itu. Secara
refleks kudekatkan wajahku ke kontolnya dan kemudian kumasukkan kontol besar
itu kedalam mulutku tak dapat seluruh kontol Hendra masuk kedalam mulutku
saking panjangnya kontol itu, kemudian akupun mulai mengulum kontol besar dan
panjang milik Hendra tersebut. Kuperhatikan wajah dan mata Hendra merem-melek
merasakan sensasi akibat kulumanku pada kontol nya.
Beberapa saat kemudian Hendra mengangkat tubuhku hingga
berdiri. Dilepaskannya dasterku kemudian BHku dan terakhir CD putihku. Matanya
melotot ke arah vaginaku yang ditumbuhi bulu-bulu lebat yang memang kubiarkan
tumbuh. Dalam kondisi telanjang bulat diangkatnya tubuhku diangkatnya kaki
kiriku dan diletakannya diatas meja ruang tamu, kemudian Hendra berjongkok
kebawah tubuhku dan mulai menjilati vaginaku dari bawah. Mulutku meracau tidak
karuan merasakan kenikmatan yang diberikan Hendra, terlebih saat dia mengulum
klitorisku. “Oohhh…. Ndra, nikmat Ndra…”
“Ndra… Kamu hebat Ndra, lidahmu nakal Ndra… Ooohhh….”
Racauku
“Ndra aku ingin kontol mu dimasukkan Ndra… Cepat Ndra…. Ooohhh… Ssshh…” Tidak ada lagi rasa maluku sebagai isteri orang, rasa maluku telah sirna digantikan oleh kenikmatan-kenikmatan yang diberikan bekas kakak kelasku ini.
“Ndra aku ingin kontol mu dimasukkan Ndra… Cepat Ndra…. Ooohhh… Ssshh…” Tidak ada lagi rasa maluku sebagai isteri orang, rasa maluku telah sirna digantikan oleh kenikmatan-kenikmatan yang diberikan bekas kakak kelasku ini.
Hendra tidak menjawab, kemudian dia menggendongku dan dipapahnya aku menuju kamarku yang merupakan kamarku bersama suamiku. Diletakannya aku diatas ranjang pengantinku tersebut, kemudian ditekuknya kedua kakiku dan dibukanya lebar-lebar terlihat jelas vaginaku dari posisi Hendra.
Kemudian diapun mulai memasukkan kontol besar dan
panjang tersebut secara perlahan kedalam vaginaku yang telah sangat basah.
“Aahhh………” Teriakku merasakan nikmatnya tusukan Hendra. Belum
masuk sepenuhnya kontol Hendra, sementara vaginaku telah terasa penuh
sesak.
Tetapi Hendra tidak menyerah, perlahan mulai dinaik turunkannya kontol nya, dalam beberapa kali goyang dengan sedikit memaksa ditusukkannya kontol nya sepenuhnya.
“Aahh… Ndra…” Jeritku merasakan nyeri sedikit tapi nikmat luar biasa. Tak dapat kurasakan betapa nikmatnya saat itu. Terasa ada ruang dalam vaginaku yang selama ini belum tersentuh, sekarang telah dimasuki oleh kontol besar dan panjang milik Hendra.
Tetapi Hendra tidak menyerah, perlahan mulai dinaik turunkannya kontol nya, dalam beberapa kali goyang dengan sedikit memaksa ditusukkannya kontol nya sepenuhnya.
“Aahh… Ndra…” Jeritku merasakan nyeri sedikit tapi nikmat luar biasa. Tak dapat kurasakan betapa nikmatnya saat itu. Terasa ada ruang dalam vaginaku yang selama ini belum tersentuh, sekarang telah dimasuki oleh kontol besar dan panjang milik Hendra.
Hendra mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun. Pertama
perlahan, semakin lama semakin cepat saja, membuatku menjerit dan meracau tidak
karuan.
“Bagaimana Nis, kamu suka?” Celoteh Hendra.
Aku mengangguk malu.
“Besar mana kontol ku dibanding suamimu” Tanya Hendra.
Aku tidak menjawab.
“Besar mana kontol ku dibanding punya suamimu Nis?” Tanyanya.
Akhirnya kujawab “Oohhh… Besar punyamu Ndra…”
“Bagaimana Nis, kamu suka?” Celoteh Hendra.
Aku mengangguk malu.
“Besar mana kontol ku dibanding suamimu” Tanya Hendra.
Aku tidak menjawab.
“Besar mana kontol ku dibanding punya suamimu Nis?” Tanyanya.
Akhirnya kujawab “Oohhh… Besar punyamu Ndra…”
Gejolak yang terpendam Sambungan. . .
Sekitar jam 5 sore itu kami pun pergi. Hendra pulang
sementara aku menjemput anakku dari les nya. Keesokan harinya suamiku pulang,
kusambut suamiku dengan gembira. Suamiku pun tampak gembira atas sambutanku ada
rasa bersalah dalam diriku tetapi seketika itu juga kutepis. Setelah itu
kusiapkan air hangat untuk suamiku mandi. Malam itu kami habiskan waktu dengan
bercerita, khususnya mengenai pekerjaannya selama 2 hari diluar kota. Kami
tidak melakukan hubungan badan malam itu karena suamiku kecapaian.
Besok paginya suamiku berangkat kerja untuk melaporkan hasil
kerjanya selama 2 hari kepada pimpinannya. Seperti biasanya sebelum kekantor
dia mengantarkan anak kami ke sekolahnya terlebih dahulu. Setelah sendirian
dirumah ku telpon Hendra, aku katakan pada Hendra untuk melupakan semua yang
terjadi dan menghentikan kegilaan kemarin, cukup sampai disitu dan aku tak
ingin berjumpa lagi dengannya. Hendra kecewa mendengar pernyataanku tersebut
tetapi akhirnya dia bisa menerimanya.
Kehidupanku kembali seperti biasanya, memang aku merasa
berdosa tetapi demi keutuhan keluarga biarlah semua itu menjadi rahasia hidupku
saja pikirku.
Dua tahun telah berlalu sejak kejadian tersebut, sementara
kehidupan keluargaku tambah harmonis saja. Karir suamiku semakin meningkat yang
tadinya hanya sebagai staff sekarang sudah dipromosikan sebagai Asisten
Manejer, bahkan kata suamiku dia segera akan menjadi Manejer, tetapi untuk
mencapai jabatan itu dia harus melanjutkan studinya keluar negeri. Dengan
meningkatnya karir suamiku, perekonomian keluargaku pun semakin membaik.
Apabila dulu kami belum memiliki mobil pribadi hanya mobil inventaris kantor
suamiku saja, sekarang kami telah memiliki sedan keluaran terbaru bermerk
Honda.
Beberapa bulan kemudian datang surat dari kantor pusat
suamiku, yang isinya menyarankan suamiku untuk melanjutkan studinya keluar
negeri dengan dibiayai oleh perusahaan tempatnya bekerja selama kurang lebih 2
tahun. Setelah kami berunding, akhirnya aku merelakan dia pergi, toh itu demi
kebaikan keluarga kami juga.
Seminggu kemudian suamiku pergi meninggalkan aku dan anakku
untuk melanjutkan studinya keluar negeri. Sekarang dirumah ini hanya ada aku
dan anakku saja, karena pembantuku sudah berhenti kerja 6 bulan lalu. Aku tidak
berfikir untuk mencari penggantinya semua urusan rumah tangga sudah bisa aku
lakukan sendiri.
Tiga bulan setelah kepergian suamiku, timbulah peristiwa
ini. Saat itu kira-kira 100 meter disamping rumahku dibangun sebuah gedung yang
lumayan besar, yang tak kusangka bahwa perusahaan yang membangun gedung
tersebut adalah perusahaan dimana Hendra bekerja, sedangkan Hendra bertugas
mengawasi pembangunan gedung tersebut.
Setiap pagi saat aku mengantar anakku sekolah atau kepasar
selalu melewati bangunan yang sedang dikerjakan itu dan beberapa kali juga
kulihat Hendra sedang mengawasi pekerjaannya atau sedang mengangkat alat-alat
berat membantu buruh kerjanya. Entah Hendra tahu atau tidak bahwa sedan putih
yang setiap pagi lewat itu adalah mobilku. Tetapi aku merasa
Hendra mengetahuinya karena setiap aku lewat, Hendra selalu mengamati
dengan serius dan selalu tersenyum.
Hingga pada suatu hari kira-kira jam 3 sore, pada saat itu
anakku sedang les sementara aku sedang menonton acara tv favoritku sendiri
dirumah. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku, setelah kubuka kulihat
Hendra yang berada didepan dia tersenyum dan menyapa.
“Hai Anisa, sudah lama kita tak bertemu ya”
“Hendra… Aku kan sudah bilang kalo kita tak boleh ketemu lagi” Jawabku.
“Jangan marah dulu dong Nis, aku kesini hanya mau minta kain perban sekalian mencuci lukaku ini” Kata Hendra sambil memperlihatkan tangan kirinya yang terkoyak dan berdarah.
Awalnya ingin kuusir saja dia, tetapi melihat lukanya yang cukup parah aku kasihan juga.
“Ya udah, sini masuk biar ku bersihkan dan ku obati” Jawabku spontan. Aku memang memiliki sedikit pengalaman mengobati luka-luka seperti itu, yang sejak dulu sudah biasa aku lakukan.
“Hendra… Aku kan sudah bilang kalo kita tak boleh ketemu lagi” Jawabku.
“Jangan marah dulu dong Nis, aku kesini hanya mau minta kain perban sekalian mencuci lukaku ini” Kata Hendra sambil memperlihatkan tangan kirinya yang terkoyak dan berdarah.
Awalnya ingin kuusir saja dia, tetapi melihat lukanya yang cukup parah aku kasihan juga.
“Ya udah, sini masuk biar ku bersihkan dan ku obati” Jawabku spontan. Aku memang memiliki sedikit pengalaman mengobati luka-luka seperti itu, yang sejak dulu sudah biasa aku lakukan.
Hendra pun ku ajak masuk menuju belakang, kemudian ku
bersihkan lukanya dengan air hangat, ku tetesi lukanya dengan betadine kemudian
ku lilitkan perban ke pergelangan tangannya. Selama aku mengobati lukanya
tersebut, Hendra tak henti-hentinya mengamatiku dari ujung rambut hingga kaki.
Seperti yang kukatakan sebelumnya kebiasaanku dirumah adalah
memakai daster. Kebetulan daster yang kugunakan saat itu adalah daster yang
berbahan tipis dan ujungnya pendek hingga 5cm diatas lutut.
Disela-sela mengamati tubuhku Hendra berkata.
“Kamu semakin cantik aja Nis. Suamimu mana? Belum pulang kerja ya?”
“Oh.. Dia sedang kuliah diluar negeri” Jawabanku tersebut spontan keluar begitu saja, membuat aku menyesal mengapa aku harus jujur, bukankah ini memberi kesempatan buat Hendra untuk berlama-lama dirumahku pikirku.
“Pantas selama ini kuperhatikan kamu selalu sendirian
menyetir mobilmu, mobil baru ya?” Tanyanya. Sambil berkata demikian Hendra
menggeser sedikit posisi duduknya sehingga membuat mataku melirik kearah bagian
bawah Hendra. Tertangkap oleh mataku tonjolan kontol Hendra yang besar
dibalik celana jeansnya yang ketat. Aku sedikit menyesal mengapa harus
mengalihkan pandanganku kearah itu, jangan-jangan hal ini disengaja oleh Hendra
untuk memancing arah pandangku. Aku sempat berpikir apa sih yang dipikirkan
oleh Hendra hingga membuat kontol nya tegang seperti itu, dasar
laki-laki makiku dalam hati. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Hendra
tadi.
Setelah selesai memasang perban ditangan Hendra aku pun
berdiri ingin mencuci tanganku. Tiba-tiba Hendra berdiri juga dan memegang
tanganku kemudian berusaha memelukku. Kutepis tangannya dan aku berusaha
mendorongnya dengan kedua tanganku.
“Jangan Ndra… Hentikan!” Kataku sedikit berteriak.
“Nis, aku kangen padamu” Kata Hendra dengan terus berusaha memelukku.
“Hentikan Ndra..!” Kataku, kemudian kutampar wajah Hendra dengan keras apalagi saat itu tanganku sedang memegang gunting yang ku pergunakan untuk memotong perban tadi.
“Nis, aku kangen padamu” Kata Hendra dengan terus berusaha memelukku.
“Hentikan Ndra..!” Kataku, kemudian kutampar wajah Hendra dengan keras apalagi saat itu tanganku sedang memegang gunting yang ku pergunakan untuk memotong perban tadi.
Hendra pun menghentikan tindakannya, kemudian mundur dan
duduk diatas dipan dalam ruang keluarga tersebut sambil memegang pipinya yang
tampak berdarah bekas tamparanku tadi. Aku menjadi iba lagi melihat Hendra,
kemudian kudekati dia dan berkata.
“Maaf Ndra, sakit ya” Kataku sambil memperhatikan pipi kiri bagian atasnya yang berdarah, mungkin kena ujung gunting saat kutampar tadi.
“Maaf Ndra, sakit ya” Kataku sambil memperhatikan pipi kiri bagian atasnya yang berdarah, mungkin kena ujung gunting saat kutampar tadi.
Aku duduk
tepat disebelah Hendra, ku tiup lukanya dan ku bersihkan darahnya dengan kapas
luka, kemudian kutempelkan Handy plast dipipinya yang luka tersebut.
“Sekali lagi aku minta maaf ya Ndra, lukamu jadi bertambah” Kataku.
“Nggak apa-apa Nis, aku juga minta maaf sudah keterlaluan tadi” Kata Hendra menghiba.
Kuraih tangannya dan kukatakan.
“Nggak apa-apa Ndra, aku juga salah padamu” Jawabku.
Hendra mengangguk dan senyum, kemudian dia memelukku dengan lembut. Kali ini pelukannya tidak ku tolak, kuanggap ini bentuk ketulusan maaf dari Hendra.
Agak lama Hendra memelukku, perasaanku berkecamuk
antara menghentikan pelukan Hendra atau merasakan dekapan dada Hendra yang
bidang yang membuat darahku berdesir. Tanpa sadar tanganku yang tadi
menggenggam tangan kiri Hendra menjadi semakin kuat genggamannya bahkan
cenderung meremasnya.
Merasakan tindakanku tersebut, Hendra kemudian mencium
bagian belakang leherku. Hal itu membuatku menggelinjang, daerah tersebut
adalah daerah sensitifku. Tangan kanan Hendra yang sedari tadi menganggur
mulai merayap menyisir bagian bawah dasterku, kemudian merayap masuk kedalam
dasterku, mengelus pahaku bolak-balik. Bulu kudukku berdiri, birahiku muncul
dengan dahsyat karena hampir 3 bulan sudah aku tidak berhubungan badan dengan
suamiku. Untuk sekali lagi aku tak dapat menahan godaan dari laki-laki yang
bukan suamiku ini.
“Aah.. Ndra” Kataku tak dapat menahan menyembunyikan
perasaanku saat tangan Hendra mulai masuk kebalik CD ku dan mulai
mengusap-usap bibir vaginaku. Tak sampai disitu, jari-jari Hendra mulai
masuk mengaduk-aduk dalam vaginaku. Dua jarinya sekaligus masuk dalam vaginaku.
Sudah terlanjur basah sekalian saja mandi pikirku. Aku pun
mulai meremas-remas tonjolan kontol Hendra. Semakin lama remasanku semakin
liar. Tak sampai disitu tanganku membuka kancing dan resleting jeans
Hendra tanpa membuka CD nya. Kumasukkan tanganku kebalik CD
Hendra terus kugenggam dan kuremas kontol Hendra secara
langsung, terasa besar sekali ditanganku.
Aku sudah lupa segalanya, aku pun turun dan berjongkok
didepan Hendra yang sedang duduk di dipan. Kuturunkan CD Hendra tanpa
melepasnya. Terpampanglah kontol besar Hendra yang berdiri tegak, aku
semakin bergairah melihatnya. Kuremas dan kumasukkan dalam mulutku kemudian
kujilati kepala kontolnya.
“Oohh…” Hendra melenguh merasakan nikmat kulumanku pada
kontolnya. Jilatanku terus turun kebawah kujilati dan kukulum kedua biji pelir
Hendra. Hendra meracau.
“Oohh… Nikmat Nis, pintar sekali kamu Nis, Oohh…” Racau Hendra.
“Oohh… Nikmat Nis, pintar sekali kamu Nis, Oohh…” Racau Hendra.
Agak lama aku mengulum kontol Hendra, akhirnya
Hendra pun tak tahan. Diangkatnya tubuhku dan didudukkannya diatas dipan
sementara dia jongkok didepanku. Diangkatnya dasterku keatas hingga pinggang,
kemudian ditekuknya kakiku diatas dipan dan tanpa melepas CD ku, dibukanya CD
ku dari samping hingga vaginaku kini nampak jelas di hadapannya. Sesaat
kemudian lidahnya menjulur menggapai vaginaku, dijilatinya bibir vaginaku
kemudian dimasukkannya lidahnya kedalam lubang vaginaku. Beberapa saat kemudian
sambil lidahnya mengaduk-aduk lubang vaginaku jarinya ikut memainkan
klitorisku. “Oohh… Ndra, nikmat sekali Ndra…” Racauku. Baru kali ini aku
diperlakukan seperti itu, sungguh nikmat sekali rasanya.
Beberapa lama kemudian diangkatnya tubuhku hingga berdiri,
dilepasnya dasterku, bra ku, hingga CD ku. Aku pun sekarang telanjang bulat
dihadapannya. Aku tak mau kalah kulepas kaos yang dipakai Hendra,
Hendra membantu melepas jeans dan CD nya. Kini kami berdua telanjang tanpa
sehelai benang pun. Diraihnya payudaraku kemudian diisapnya secara bergantian
kedua buah payudaraku. Sambil mengulum puting payudaraku diangkatnya kaki
kiriku dan diletakannya diatas dipan kemudian dimasukannya kontol besarnya
kedalam lubang vaginaku. Agak kesulitan nampaknya Hendra mencari
lubangnya, maka aku pun meraih kontolnya dan kupandu menuju lubang vaginaku.
Sluurp.. Masuklah kontol panjang dan besar
Hendra ke lubang vaginaku sekali lagi.
“Oohh…” Racauku nikmat. Baru kali ini aku merasakan bersetubuh dalam posisi berdiri, sungguh nikmat sekali.
Hendra terus menggoyangkan pantatnya sambil mulutnya
mengulum payudaraku secara bersamaan.
“Ooohh… Ndra… Kamu hebat Ndra… Ooohh… Nikmatnya Ndra…” Racauku tanpa malu lagi.
“Ooohh… Ndra… Kamu hebat Ndra… Ooohh… Nikmatnya Ndra…” Racauku tanpa malu lagi.
Beberapa saat kemudian tubuhku kejang, rasanya aku akan keluar. Sementara Hendra terus menggoyangkan pantatnya semakin lama semakin cepat saja. Hendra menggigit-gigit kecil bagian atas payudaraku sambil terus menggoyang.
“Hendra… Aku mau keluar” Jeritku merasakan tubuhku semakin
kejang
“Tahan dulu Nis, kita keluar bersama-sama” Jawab Hendra.
“Ku keluarkan dimana Nis?” Tanya Hendra lagi.
“Keluarkan aja didalam Ndra, jangan lepas kontolmu ya Ndra…” Racau ku.
Goyangan Hendra semakin cepat dan cepat sekali, aku pun merasakan nikmat sekali.
“Ndra… Aku keluar…” Jeritku
“Aku juga keluar Nis… Aaargh…” Jerit Hendra lagi.
“Tahan dulu Nis, kita keluar bersama-sama” Jawab Hendra.
“Ku keluarkan dimana Nis?” Tanya Hendra lagi.
“Keluarkan aja didalam Ndra, jangan lepas kontolmu ya Ndra…” Racau ku.
Goyangan Hendra semakin cepat dan cepat sekali, aku pun merasakan nikmat sekali.
“Ndra… Aku keluar…” Jeritku
“Aku juga keluar Nis… Aaargh…” Jerit Hendra lagi.
Akhirnya kami bersamaan keluar, kemudian roboh dan duduk diatas dipan sambil berpelukan mesra.
Kurang lebih 20 menit istirahat, aku pun ijin untuk
membersihkan badan dalam kamar mandi. Disaat aku mandi, Hendra masuk dalam
kamar mandi yang memang tidak ku kunci.
Tersentak aku kaget karena tiba-tiba Hendra mendekapku
dari belakang. Diremasnya kedua payudaraku dengan kedua tangannya. Setelah puas
meremas payudaraku, tangan kanannya merayap turun dan sampai dibibir vaginaku.
Jari telunjuknya mulai masuk mengaduk-aduk lubang vaginaku.
Beberapa saat kemudian diangkatnya kakikiriku dengan tangan
kanannya, keseimbanganku pun hilang tanganku meraih pinggiran bak mandi dan
bertumpu disitu. Yang membuatku tambah kaget, Hendra memasukkan kontolnya
ke lubang vaginaku dari belakang.
“Oohh… Ndra…” Jeritku saat kontol Hendra masuk
kedalam lubang vaginaku. Hendra mulai menggoyangkan pantatnya. Baru
pertama kali ini aku merasakan bersetubuh dalam posisi ini, ada rasa nyeri
bercampur nikmat. kontol Hendra terasa panjang sekali masuk dalam
vaginaku. Kembali terasa ada ruang dalam vaginaku yang selama ini belum
tersentuh sekarang ditembus oleh kontol panjang dan besar milik Hendra ini.
Rasa nyeri telah sirna sekarang yang terasa adalah nikmat luar biasa.
Hendra terus saja memaju-mudurkan pantatnya, semakin lama
semakin cepat. “Plak. Plak. Plak” Bunyi peraduan goyangan Hendra. Aku pun tak
kalah ganas sambil Hendra terus menggoyangkan pantatnya aku pun memberikan
perlawanan dengan mengoyangkan pantatku yang semakin lama semakin liar.
Aku semakin bergairah dan racauku pun semakin menjadi-jadi.
“Kontolmu nikmat Ndra..” Jeritku
“Nikmat mana sama punya suamimu” Tanya Hendra.
“Jangan lecehkan aku Ndra…” Jawabku
“Kamu nggak mau dilecehkan ya sayang” Tanya Hendra dengan semakin mempercepat goyangannya.
Aku yang sudah terlanjur nikmat menjawab.
“Ooohhh… Lecehkan saja aku Ndra… Ooohh…” Jeritku
“Kontolmu lebih nikmat dari punya suamiku Ndra, lebih besar, lebih panjang Ooohh….” Racauanku sudah semakin lupa diri.
Akhirnya…
“Aku keluar Ndra… Ooohhh….” Jeritku
“Aku juga keluar Nis” Sambung Hendra.
“Aku keluar Ndra… Ooohhh….” Jeritku
“Aku juga keluar Nis” Sambung Hendra.
Setelah beristirahat sejenak dikamar mandi, kami pun mandi
bersama-sama.
Cerita Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Seks, Kisah Seks, Cerita ML, Cerita Sex Terbaru, Cerita Hot, Cerita Panas, Cerita Dewasa Terbaru



No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.