Tuesday, September 5, 2017

Cerita Dewasa Perkosa Anak Kandung Sedang Hamil
Cerita Dewasa Perkosa Anak Kandung Sedang Hamil
Boslendir.com - Sebut saja saya Mar, wanita berumur 18 th., telah menikah serta tengah hamil 8 bln.. Saya berani bercerita kisahku sesudah Sam (60), bapak kandungku diamankan polisi lima bln. lantas, sesudah pernah digebuki Mas Hamdi (25), suamiku.

Sebagai wanita yang tumbuh ditengah keluarga miskin dilingkungan pesisir, aku terbiasa hidup dan kerja keras membantu orangtuaku yang nelayan. Kampung kami di pulau L (Edited ***) agak jauh dari kota dan seperti terisolir membuat tatanan kehidupan bermasyarakat disana kurang terbuka, aku pun tumbuh menjadi gadis kurang pergaulan.

Sejak berusia 11 tahun, ayah dan ibuku bercerai. Ibu kawin lagi dengan lelaki idamannya membawa Fery, adikku. Mereka pun tinggal di kota, dirumah barunya. Sejak itu pula aku hidup bersama ayahku dirumah kami dikampung pesisir itu, karena Anto dan Santi, kedua kakakku sudah merantau kepulau seberang.

Kehidupanku bersama ayah berjalan wajar. Untuk makan sehari-hari, ayah masih sanggup mencari nafkah sebagai nelayan, sedangkan aku turut membantu bibi berjualan dipasar. Hingga aku menginjak usia 17 tahun, dan tumbuh menjadi gadis yang kata masyarakat kampungku aku lumayan cantik. Diusia itu aku disunting Mas Hamdi, anak lelaki bibiku.

“Kamu sudah dewasa nak, setelah menikah nanti jadilah istri yang taat kepada suami. Ayah harap kamu tidak seperti ibumu yang tergiur harta kekayaan lelaki lain sehingga kamu menderita,” kata ayah setelah menerima pinangan bibi, orang tua Hamdi.

Pesta penikahan yang cukup mewah untuk ukuran kami tak membuat aku bergembira karena pikiranku tertuju iba pada ayahku yang nantinya akan sebatangkara kutinggalkan. Tapi aku pun sangat mencintai Mas Hamdi, suamiku.

Dimalam pertama kami, aku benar-benar bahagia bersama Mas Hamdi. Malam itulah kuserahkan semua yang kumiliki padanya, sangat berkesan bagiku.

“Aku sayang kamu Mar..” Mas Hamdi mengecup keningku saat kami dipembaringan, usai pesta kawin kami malam itu.
“Aku juga Mas..” jawabanku tulus dan kami pun berpelukan erat.

Kecupan Mas Hamdi dikeningku terus turun ke pipi, hidung, dan selanjutnya Mas Hamdi mengecup bibirku dan mengulumnya dalam. Tangannya mulai melucuti kebaya putih yang kukenakan, menyibak bra yang kupakai, lalu menyentuh puting susuku, meremas dan mencubit kecil susuku.

“Aouhh Mass, geli Mas,” terus terang baru sekali itu aku dijamah lelaki, perasaanku bukan main takut bercampur enak.

Mas Hamdi tak peduli, bagaikan singa lapar ia kemudian melucuti seluruh kain yang melilit tubuh bawahku dan juga melepaskan seluruh pakaiannya.

“Tenang ya sayang, sakit sedikit kok.. nanti juga enak,” kata itu keluar dari bibir Mas Hamdi saat menindih tubuhku.
“Aahh mass, sakit sekali Mas,” aku agak menjerit saat benda tumpul milik Mas Hamdi mengoyak vaginaku.

Malam pertama itu Mas Hamdi menyetubuhiku dengan beringas, dan tak memberiku kesempatan untuk mencapai klimaks yang nikmat. Tapi aku pikir mungkin itulah gaya seks pria pesisir yang terbiasa hidup keras sebagai nelayan.

Meski aku bahagia hidup bersama suamiku, namun rasa BHakti pada ayah tak pernah kusingkirkan. Walau kami hidup beda rumah, dengan jarak 200 meter. Tetapi seringkali kubawakan ayah makanan dan minuman, biasanya tiga hari sekali. Apalagi Mas Hamdi pun menyuruhku untuk tetap memperhatikan ayahku yang mulai tua, dan jarang melaut lagi. Tapi selama itu segela sesuatunya masih berjalan lancar.

Hingga suatu siang, empat bulan setelah aku menikah, aku membawakan makanan dan minuman kerumah ayah yang letaknya agak terpisah dari rumah lainnya dikampung kami. Saat itu aku sudah hamil dua bulan.

“Ini yah, saya bawakan sayur dan ikan. Ayah nggak usah masak lagi untuk nanti malam tinggal dihangatkan saja,” kataku setiba dirumah ayah.
“Duh.. makasih ya sayang. Kamu ini benar-benar anak berBHakti,” kata ayah seraya menghampiri dan mengecup keningku.

Kupikir kecupan itu pertanda sayang seperti yang selama ini diperbuat padaku, kubiarkan saja itu dan kemudian aku ke dapur untuk memindahkan makanan dari rantang yang kubawa kepiring didapur. Ayah rupanya membuntutiku dan ikut kedapur, lalu disaat tanganku sibuk menyusun piring dimeja makan, ayah memelukku dari belakang.

“Kamu sudah hamil ya sayang,” tanya ayah sambil memeluk dan memegangi perutku dari belakang.
“Iya yah, sebentar lagi saya akan kasih ayah cucu,” jawabku membiarkan ayah tetap memelukku, karena kupikir ayah sangat menyayangiku.
“Kalau mulai hamil, perutmu harus sering diusap dan dipijit pelan supaya bayinya nggak turun,” ayah berkata itu sambil mengusap perutku dengan posisi tetap memelukku dari belakang.
Kubiarkan ayah melakukan itu sementara aku tetap sibuk memindahkan makanan untuk ayah.
“Si Hamdi sering mijitin kamu nggak sayang,” ayahku bertanya lagi.
“Uh ayah ini, Mas Hamdi kan kerja, pulangnya capek mana sempat mijitin saya. Bukannya saya sebagai istri yang harus mijitin dia?” kujawab ayah dan melepaskan pelukan ayah, lalu aku pindah keruangan depan.

Siang itu, seperti biasanya sebelum pulang aku sempatkan untuk ngobrol bersama ayahku. Selain menanyakan kebutuhan apa saja yang harus kubawakan, aku juga kerab berkeluh kesah tentang sikap mertuaku, ibu Mas Hamdi yang sampai saat itu belum bisa kuakrabi sebagai menantu. Tapi siang itu ayah justru membicarakan masalah kehamilanku, masalah perawatan janin diperutku, termasuk masalah harus rajin diusap dan dipijat perutku.

“Nah.. suamimu kan nanti malam melaut, kamu datang kemari saja supaya ayah bisa pijitin ya,” begitu pinta ayah sebelum aku pulang.

Aku pun mengiyakan saja, soalnya biasanya Mas Hamdi pulangnya agak siang setelah melaut. Lagipula, dirumah mertua aku sering bingung mau melakukan apa, maklum mertuaku belum sreg benar kepadaku kelihatannya.

Malam itu setelah Mas Hamdi pamit melaut, aku langsung kerumah ayah. Tentu saja aku pamit ke mertua untuk menengok ayah, kataku pada mereka, ayah sedang sakit. Waktu aku datang, ayah sedang mendengarkan siaran radio sambil menghisap rokok tembakau lintingan diruang tamu.

“Malam yah.. kok ngelamun sih?” sapaku sambil bergelayut dilengan ayahku.
“Iya sayang, ayah lagi ingat masa muda dulu,” ayahku tetap asyik dengan rokok lintingnya.
Dari bibirnya segera meluncur secuil perjalanan hidupnya yang sebenarnya sudah sering diceritakan pada kami, anak-anaknya.
“Tuh kan ayah jadi cerita, jadi nggak nih mijitin saya? katanya sayang sama cucu yang masih diperut ini?” aku merajuk menghentikan ceracau ayahku tentang hidupnya.
“Iya..iya, tapi sekarang kamu mandi dulu sana,” perintah ayahku.

Aku langsung mandi dan terus kekamar ayahku. Saat itu seluruh pakaianku kutanggalkan dan hanya menggunakan kain sarung milik ayah untuk menutup tubuhku. Biasanya dikampung ini, melilit tubuh dengan sarung sudah jadi tradisi tiap wanitanya.

“Sekarang berbaring diranjang itu ya sayang, ayah ambilkan minyak kepala dulu,” ayahku memandangi tubuhku dengan senyuman, lalu meninggalkanku sendirian dikamar, aku pun menunggunya sambil berbaring diranjang. Tak lama kemudian ayah datang membawa sebotol kecil minyak kelapa.
“Memang susah anak muda sekarang, nggak perhatian sama istrinya,” ayahku bicara sendiri ketika duduk ditepi ranjang.
“Iya, untung saya masih punya ayah yang perhatian ya yah,” kataku.

Tangan ayah segera menyibak kain yang kukenakan dibagian atas, sehingga susuku tanpa pembungkus bebas terlihat. Tetapi aku sama sekali tak risih karena sejak kecil sampai gadis pun aku sering dilihat mandi telanjang oleh ayah. Jemari ayah yang kasar mulai mengusapi perutku dengan minyak kelapa, sesekali tangannya memijit bagian perutku.

“Tuh kan? Posisi bayimu agak turun, kamu sering merasa sakit ya?” ayah bertanya sambil tangannya terus memijiti perutku.
“He-eh yah.., sering capek juga kakinya,” jawabku menikmati pijitan ayah.
“Ya sudah, nanti ayah pijitin seluruh badanmu ya,” ayah mengatakan itu, lalu pijitannya pindah kebetisku, pijatannya bergantian betis dan perut.

Sambil dipijit, aku dan ayah tetap ngobrol, mulai masalah harga ikan yang sedang turun, sampai masalah masa lalu ayah dengan ibuku.

“Uhh.. sakit yah,” aku agak berteriak saat merasakan sakit dibagian perut saat tangan ayah memijit.
Ayah menghentikan pijitannya, tetapi tangannya tetap berada diatas perutku.
“Ini ya yang sakit Mar? Wah.. ini bisa bahaya, kalau dibiarkan nanti anakmu bisa cacat lho kalau lahir,” kata ayah dengan raut wajah serius.
“Cacat? Jadi gimana dong yah, Mar nggak mau punya anak cacat,” aku takut sekali waktu itu, takut menanggung malu jika kelak melahirkan anak yang tak normal.
Ayah tak langsung menjawab pertanyaanku, ia kelihatan sedang berpikir, tapi kemudian tersenyum.
“Bisa kok ayah obatin, tapi ayah harus siapin obatnya dulu ya,” ayah kemudian meninggalkanku sendirian dalam kamar. Tak lama ayah datang lagi dan membawa baskom plastik berisi air dan beberapa kembang kenanga.

Ayah kemudian menjelaskan padaku bahwa ia akan mengobati kehamilanku dengan pengobatan tradisional.
“Tapi ayah harus masukan air kembang ini kedalam rahimmu sayang, kamu bisa tahan sakit sedikit kan?” ayah mengatakan itu dengan sangat meyakinkan.

Semula aku ragu, apalagi ayah bilang kalau dia akan memasukan air kembang itu dengan cara menyemburkannya divaginaku. Tetapi keraguanku pupus setelah ayah berkali-kali meyakinkanku. Sampai sekarang pun aku tak tahu pasti apa kata ayahku itu benar atau hanya sekedar akal bulusnya saja. Tetapi yang jelas, saat itu aku menurut saja ketika ayah menyingkap sarung yang kukenakan dibagian bawah dan meminta aku mengangkangkan kaki dalam posisi terlipat, seperti posisi wanita yang hendak.

bersenggama dengan lelaki. Ayah sendiri naik keranjang dengan posisi bersimpuh dihadapan kangkangan kakiku. Terus terang aku malu dan kikuk menyadari betapa vaginaku terpampang jelas tanpa penghalang didepan mata ayahku.

“Kamu tenang saja ya sayang, tidak lama kok,” katanya, lalu meneguk air kembang dalam baskom dan menampung dalam mulutnya yeng menggelembung.

Aku sangat penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya, apalagi saat kepala ayah mulai merunduk melewati dua pahaku, mendekati vaginaku yang tak terbungkus CD. Beberapa detik kemudian kurasakan dingin mejalar dipermukaan kemaluanku, rupanya ayah sudah menyemburkan air dalam mulutnya tepat kevaginaku. Yang kurasakan selain dinginnya air kembang, juga perasaan geli dibagian vitalku. Ayah mengulangi lagi meneguk air itu dan menyemburkan ke vaginaku, beberapa kali. Hal itu menimbulkan perasaan tak menentu padaku, geli, dingin bercampur enak.

“Gimana Mar, sudah agak membaik rasa sakitnya?” ayah bertanya padaku.
Namun belum sempat kujawab tangan kanan ayah tiba-tiba membelai vaginaku.
“Sabar ya, ayah harus pastikan air kembang itu masuk sampai kerahimmu,” katanya, sambil tangannya terus mengusapi bibir vaginaku.

Usapan tangan ayah divaginaku yang sudah basah terkena air kembang membuat sensasi tersendiri kurasakan, aku pun tak bisa berkata-kata lagi karena mendadak lemas seluruh sendi tubuhku.
“Uhh yahh..

sudah yah.., Mar nggak bisa tahan geliinya,” bibirku meminta ayah menghentikan aksi usapnya, tetapi kedua tanganku tak menahan tangan ayah yang aktif, tetapi tanganku justru meremasi sprei ranjang kanan dan kiri.
“Disini ya sayang yang geli itu,” ayah bertanya sambil jempol kanannya menekan klitorisku dan menguyak-nguyak benda sensitifku itu memutar kecil.
“Nnnghh.. iya yah.. geli sekali disituhh,” nafasku mulai tersengal menahan geli yang nikmat dibawah usapan jempol ayah dibagian klitorisku.

Rasa gatal yang sangat kurasakan dipucuk-pucuk kedua susuku yang putingnya sudah mengembang pertanda birahi yang kualami.

Ayah meneruskan aktifitasnya mengusapi klitorisku dengan jempolnya, usapan itu perlahan melemah dengan posisi jempol beranjak menjauh dari klitorisku. Saat itu aku sudah sangat terangsang oleh ayah, pinggulku kini yang naik mengejar jempol ayah agar tak meninggalkan klitorisku.

Aku menggelepar dengan napas sudah sangat tidak beraturan lagi, pikiranku sudah melayang dan tak ingat lagi bahwa yang merangsangku adalah ayahku sendiri. Tapi disaat aku sudah sangat terangsang seperti itu, ayah justru menghentikan aktifitasnya di klitorisku. Pinggulku yang tadinya sedikit mengangkat mencari jempol ayah langsung terjerembab lagi, aku terpejam menahan gejolak yang berkecamuk ditubuhku.

“Auhh yahh, kenapa?” tanyaku agak kecewa, tapi mendadak malu saat ayah menatapku, malu karena aku seperti meminta hal yang lebih dari ayahku.
“Mar.. sepertinya air kembang itu tidak masuk benar dalam rahimmu. Ayah ulangi semburannya ya,” kata ayahku.
“Yah.. sudah saja ya, Mar.. nggak tahan gelinya,” pintaku, tapi anehnya tubuhku tetap berbaring seolah tak ingin menjauhi ayah.

Ayah tak menjawab permintaanku dan kembali meneguk air kembang lalu ditampung dimulutnya. Aku memejamkan mata saat kepala ayah kembali tunduk mendekat ke pangkal pahaku. Aku kembali merasakan dingin di permukaan vaginaku saat ayah mulai menyemburkan air kembang, tapi kali ini lain, setelah semburan itu aku merasa ada benda kenyal nan lembut menyapu permukaan
vaginaku. Kupikir itu jemari tangan ayah, tetapi tidak, itu bukan tangan, benda bertekstur lembut, hangat, dan kenyal itu adalah lidah ayah. Ya, ayah mengusapi tepatnya menjilati permukaan vaginaku dengan lidahnya.

“Ihh.. mmpphh yaahh, aauhh hhsstt,” aku tak kuasa menahan rasa nikmat dijilati ayah, terus terang sejak kawin dengan Mas Hamdi belum pernah aku diperlakukan seperti itu. Mas Hamdi selalu main langsung tembak, tanpa rangsangan lebih dulu sehingga selama ini aku sendiri belum pernah merasakan apa yang disebut kenikmatan orgasme. Jilatan ayah mulai meningkat, kini lidahnya justru sering menelusup belahan bibir vaginaku yang mulai banjir. Cairan bening kental dari vaginaku diseruput ayah seperti menyeruput kopi hangat dari gelasnya.

“Ngghhsstt.. yah.. Mar nggak bisa tahnn.. ouhh..” aku mulai menggelinjang tak menentu rasanya.

Namun disaat aku mulai melambung tinggi, ayah menghentikan lagi aktifitasnya di vaginaku, membuat aku menggelepar menahan birahiku sendiri.
“Mar.. ayah agak sulit masukan air kembang itu kerahimmu. Tahan sebentar lagi ya,” katanya.
“Yah.. cepetan ya, Mar nggak kuat lagi, geli sekali yah,” aku merasa semakin lemas karena birahiku dipermainkan seperti itu.

Saat itu aku berhayal seandainya Mas Hamdi ada tentu dialah yang akan memuaskanku dengan penisnya, karena aku merasa sudah siap betul dan ingin sekali untuk disetubuhi lelaki. Tapi pikiran itu kutepis, karena bukankah ayah yang sedang mengobati kandunganku? Aku tak berpikir bahwa ayah pun terangsang saat itu.

Tapi tak lama kemudian kurasakan nafas ayah kembali mendekati vaginaku, setelah meneguk air kembang yang hampir habis di baskom. Ayah tidak lagi menyemburkan air itu dengan berjarak dari vaginaku, tetapi bibir ayah langsung menempel dibibir vaginaku dan ia menyemburkan air itu.

Kurasakan aliran air itu masuk hingga ke dinding rahimku, rasanya sama seperti saat Mas Hamdi menumpahkan spermanya ketika kami bersenggama. Setelah itu bibir ayah melumati bibir vaginaku, lidahnya mulai masuk dibelahan vaginaku membuat nikmat yang sangat dibagian sensitif itu, aku benar-benar kepayang dibuat ayah. Kini jemari tangan ayah turut menyibaki vaginaku, membukanya lebar dan lidahnya menyapu klitorisku dari atas kebawah dan sebaliknya dari bawah keatas.

“Ouhh.. yah.. suddhh yaahh, Mar mau kencingg rasanya ah..” seluruh sendiku terasa ngilu dan mengembang bersama kedutan kecil didinding vaginaku, aku hampir sampai puncak orgasmeku.
“Iya sayang, sudah selesai kok,” lagi-lagi ayah menghentikan aktifitasnya, tapi saat kubuka mata ternyata kali ini tubuh ayah sudah berada diatas tubuhku dengan bertopang pada dua tangannya.
“Yah.. kok ayah begitu? Ouhh yahh.. ahh,” belum habis kagetku karena ayah menindih, aku merasakan ada benda keras yang masuk ke vaginaku.

Ternyata ayah sudah melepaskan celananya dan penisnya yang tegang dimasukan ke vaginaku. Aku hendak berontak karena hal itu tabu dikampungku dan dimanapun, bukankah seorang ayah tak boleh melakukan itu pada anak perempuannya. Perang bathin kualami saat itu, aku ingin mendorong tubuh kekar ayahku tetapi aku sudah sangat lemas saat itu. Sementara dorongan birahiku ingin segera terpuaskan dengan senggama bersama lelaki.

“Oohhgg, Mar.. angap saja ayah Hamdi Mar.. ouhh ayahh nggak tahhann,” ayah tetap menindihku dan kini pinggulnya mulai naik turun diatas tubuhku membuat penisnya bebas keluar masuk diliang nikmatku yang sudah licin dan becek oleh cairanku sendiri.
“Nghhg.. aahsstt, yahh..” aku tak kuasa lagi menolak penis ayah yang mulai mengobati rasa gatal di vaginaku.

Dengan mata terpejam aku malah ikut menyambut goyangan ayah dengan goyangan pinggulku. Merasa aku tak melawan, ayah pun semakin liar menyetubuhiku, anak kandungnya. Kini sambil menggenjotku, bibir ayah menjelar menghisapi puting susuku, sehingga senggama kami sempurna dan kenikmatan yang kurasakan pun semakin tak tertara bila dibanding senggamaku bersama suami.

Sekalipun usia ayah sudah kepala enam, tetapi kondisi fisiknya masih kuat dan kurasakan penisnya pun masih normal dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari punya Mas Hamdi.

“Yahh.. Marr mauu kencinghh yahh uuh..sstt,”

Sepuluh menit berlalu dalam senggama, kurasakan kenikmatan mulai mengumpul di pangkal pahaku, bongkahan pantatku, ujung-ujung jari kakiku, dan juga di liang nikmatku. Kedutan semakin terasa didinding vaginaku, dan akhirnya kurasakan kejang dibagian pinggul sampai kakiku, kakiku kemudian kugunakan untuk menjepit pinggul ayah dan menekannya agar lebih dalam penisnya bersarang di vaginaku. Tanganku memeluk tubuh berkeringat ayah, sementara kepalaku terangkat dengan bibir menyedok kulit dada ayah. Dalam kondisiku yang puncak itu, ayah masih menggejot penisnya beberapa kali sebelum akhirnya
ayaHPun mengejang dan mengerang diatas tubuhku.

“Ahhgg Mar.. ngghh,” ayah lalu lunglai dan berbaring disampingku yang juga lemas tak bertenaga. Tulangku seakan dicopoti saat itu, namun kuakui itulah kali pertama aku kepuncak nikmatnya senggama.

Malam itu aku tidur bersama ayahku dirumahnya, dan paginya kami seperti melupakan kejadian itu. Akupun pulang kerumah mertua pagi harinya, dan bersikap seperti biasa saat Mas Hamdi pulang melaut.

Kejadian pertama bersama ayah, membuat aku agak malu untuk datang kerumah ayah lagi. Sudah dua minggu ini aku tidak menjenguk atau mengantarkan makanan untuk ayah. Entahlah, walau sebenarnya aku tak keberatan disetubuhi nikmat oleh ayah, tetapi aku malu kalau disangka ayah ingin mengulangi kenikmatan itu lagi.

Sore itu, sebelum Mas Hamdi melaut seperti biasa ia meminta jatah dilayani kebutuhan biologisnya. Sebagai istri kulayani suamiku semaksimal mungkin. Tapi seperti biasa juga, Mas Hamdi hanya memikirkan kepuasannya saja, dan sudah mengejang menyemprotkan air maninya sebelum aku merasa terangsang, apalagi orgasme.

“Mhh, aku sayang kamu Mar..” Mas Hamdi selalu mengatakan itu sambil mengecup keningku setiap kali usai menikmati klimaks diatas tubuhku, lalu ia mengenakan kembali pakaiannya dan meninggalkanku sendiri dikamar, ia pun melaut bersama teman-temannya.
“Hati-hati Mas..,” hanya itu yang kuucapkan melepas pergi suamiku.

Aku tetap berbaring diranjang tanpa mengenakan kembali pakaianku, rasa kecewa terhadap suamiku tumpah lewat air bening yang meluncur ditepian mataku. Aku merasa tersiksa dua minggu ini setiap kali berhubungan intim dengan suamiku, tersiksa karena tak mendapatkan nikmat yang maksimal seperti yang kudapat dari ayahku. Setelah suamiku menhilang dibalik pintu, aku bangkit dan mengunci kembali pintu kamar.

Kembali berbaring diranjang tanpa busana, aku menghayalkan kenangan nikmat bersama ayah. Tak terasa tanganku mulai meremasi payudara sendiri, sambil membayangkan ada lelaki yang sedang mencumbuiku, aku pun menjelajahi bagian tubuh sensitifku sendiri. Malam itu aku mencapai orgasmeku dengan masturbasi sambil menghayalkan ayahku, lalu tertidur pulas.

Esoknya, pagi-pagi benar sebelum Mas Hamdi pulang melaut, aku menyiapkan makanan untuk kubawa kerumah ayah. Entahlah, aku ingin sekali kerumah ayah pagi itu.

“Eh kamu Mar.. ayah kira siapa,” kata ayah menyambut ketukan pintuku.
“Iya nih yah, bawakan ayah makanan,” aku menjawab tanpa mampu menatap mata ayah, aku malu dan jadi canggung pada ayahku sendiri.

Ayah kemudian menyuruhku masuk, dan seperti biasanya aku langsung kedapur untuk memindahkan makanan dirantang yang kubawa kepiring di dapur rumah ayahku.

“Gimana sayang, sudah nggak sakit lagi perutmu?” suara ayah menyapaku, dan aku agak terkejut ketika ayah tiba-tiba sudah mendekap tubuhku dari belakang sambil tangannya mengusapi perutku yang nampak sedikit membuncit dengan usia kehamilan 3 bulan.

“Eh ayah.. Mar sampai kaget. Kadang-kadang masih tuh yah, tapi agak membaik kok setelah dipijit ayah waktu itu,” aku bingung harus menjawab apa saat itu.
“Gimana kalau ayah pijit lagi? biar nggak sakit-sakitan perutmu itu,” nafas ayah tepat menghembusi tengkukku, membuat aku menahan geli dan merinding.

Sebelum aku menjawab, tangan ayah kurasakan membelai bongkahan pantatku dan mulai menyingkap naik bagian bawah daster yang kupakai pagi itu.

“Enghh ayah.. jangan lagi ah,” aku berusaha menepis tangan ayah dan kembali meneruskan kegiatanku merapikan piring di meja dapur ayah. Tapi tangan ayah seperti tak mau pergi, dari belakang itu ayah malah memasukan tangannya kebalik dasterku dan mengusapi bongkahan pantatku, sesekali meremasinya.

“Ya sudah, kalau nggak mau dipijitin dikamar, ayah pijitin disini saja ya. Kamu kan bisa sambil rapikan piring itu,” ayah semakin berani menyusupkan tangannya kebalik CD ku, sehingga kini tangan kasarnya mengusapi pantatku tanpa penghalang. Saat tangan ayah langusng menyentuh kulit pantatku secara langsung, aku merasakan desiran aneh yang kemudian memacu libidoku.
Kucoba menahan desiran itu dan tetap merapikan makanan diatas meja dapur, tetapi aku tak lagi menepis aktifitas ayah, aku membiarkan ayah berbuat semaunya.

“Asshtt yah.. janganhh geli yah,” aku menggelinjang saat bibir ayah mengecup tengkukku, tapi aku tak mampu menghindarinya.
“Kamu merunduk diatas meja ya sayang, tenang saja.. supaya perutmu cepat sembuh, ayah pijitin sambil berdiri ya,” ayah menekan bahuku dari belakang sehingga posisi tubuhku merunduk dengan kedua tangan menopang dibibir meja.

Penasaran juga apa yang akan ayah lakukan, aku pun tak bisa menjawab selain mengikuti perintah ayah itu. Kini pekerjaan merapikan piring sudah tidak ada lagi, yang ada aku merunduk pasrah di meja itu, menunggu apa yang akan ayah lakukan selanjutnya.

Sunday, August 27, 2017

Cerita Dewasa Montoknya Pembantuku

Cerita Dewasa Montoknya Pembantuku - Aku adalah seorang ayah dari 2 orang anak lelaki yang berusia 9 dan 4 tahun. Isteriku bekerja sebagai Direktur di suatu prusahaan swasta. Kehidupan rumah tanggaku harmonis dan bahagia, kehidupan seks-ku dengan isteriku tidak ada hambatan sama sekali.

Kami memiliki seorang pembantu, Sumiah namanya, berumur kurang lebih 23 tahun, belum kawin dan masih lugu karena kami dapatkan langsung dari desanya di Jawa Timur. Wajahnya biasa saja, tidak cantik juga tidak jelek, kulitnya bersih dan putih terawat, badannya kecil, tinggi kira-kira 155 cm, tidak gemuk tapi sangat ideal dengan postur tubuhnya, buah dadanya juga tidak besar, hanya sebesar nasi di Kentucky Fried Chicken.

Cerita ini berawal ketika aku pulang kantor kurang lebih pukul 14:00, jauh lebih cepat dari biasanya yang pukul 20:00. Anakku biasanya pulang dengan ibunya pukul 18:30, dari rumah neneknya. Seperti biasanya, aku langsung mengganti celanaku dengan sarung kegemaranku yang tipis tapi adem, tanpa celana dalam. Pada saat aku keluar kamar, nampak Sumiah sedang menyiapkan minuman untukku, segelas besar es teh manis.

Pada saat dia akan memberikan padaku, tiba-tiba dia tersandung karpet di depan sofa di mana aku duduk sambil membaca koran, gelas terlempar ke tempatku, dan dia terjerembab tepat di pangkuanku, kepalanya membentur keras kemaluanku yang hanya bersarung tipis. Spontan aku meringis kesakitan dengan badan yang sudah basah kuyup tersiram es teh manis, dia bangun membersihkan gelas yang jatuh sambil memohon maaf yang tidak henti-hentinya.

Semula aku akan marah, namun melihat wajahnya yang lugu aku jadi kasihan, sambil aku memegangi kemaluanku aku berkata, “Sudahlah nggak pa-pa, cuman iniku jadi pegel”, sambil menunjuk kemaluanku.

“Sum harus gimana Pak?” tanyanya lugu.
Aku berdiri sambil berganti kaos oblong, menyahut sambil iseng, “Ini musti diurut nih!”
“Ya, Pak nanti saya urut, tapi Sum bersihin ini dulu Pak!” jawabnya.

Aku langsung masuk kamar, perasaanku saat itu kaget bercampur senang, karena mendengar jawaban pembantuku yang tidak disangka-sangka. Tidak lama kemudian dia mengetuk pintu, “Pak, Mana Pak yang harus Sum urut..” Aku langsung rebah dan membuka sarung tipisku, dengan kemaluanku yang masih lemas menggelantung. Sum menghampiri pinggir tempat tidur dan duduk.

“Pake, rhemason apa balsem Pak?” tanyanya.
“Jangan.. pake tangan aja, ntar bisa panas!” jawabku.

Lalu dia meraih batang kemaluanku perlahan-lahan, sekonyong-konyong kemaluanku bergerak tegang, ketika dia menggenggamnya.

“Pak, kok jadi besar?” tanyanya kaget.
“Wah itu bengkaknya mesti cepet-cepet diurut. Kasih ludahmu aja biar nggak seret”, kataku sedikit tegang.
Dengan tenang wajahnya mendekati kemaluanku, diludahinya ujung kemaluanku.
“Ah.. kurang banyak”, bisikku bernafsu.

Kemudian kuangkat pantatku, sampai ujung kemaluanku menyentuh bibirnya, “Dimasukin aja ke mulutmu, biar nggak cape ngurut, dan cepet keluar yang bikin bengkak!” perintahku seenaknya.

Perlahan dia memasukkan kemaluanku, kepalanya kutuntun naik turun, awalnya kemaluanku kena giginya terus, tapi lama-lama mungkin dia terbiasa dengan irama dan tusukanku. Aku merasa nikmat sekali. “Akh.. uh.. uh.. hah..” Kulumannya semakin nikmat, ketika aku mau keluar aku bilang kepadanya, “Sum nanti kalau aku keluar, jangan dimuntahin ya, telan aja, sebab itu obat buat kesehatan, bagus sekali buat kamu”, bisikku. “Hepp.. ehm.. HPp”, jawabnya sambil melirikku dan terus mengulum naik turun.

Akhirnya kumuncratkan semua air maniku. “Akh.. akh.. akh.. Sum.. Sum.. enakhh..” Pada saat aku menyemprotkan air maniku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis merasakan cairan asing membasahi kerongkongannya, hanya aku saja yang membimbing kepalanya agar tetap tidak melepas kulumannya.

Setelah aku lemas baru dia melepaskan kulumannya, “Udah Pak?, apa masih sakit Pak?” tanyanya lugu, dengan wajah yang memelas, bibirnya yang basah memerah, dan sedikit berkeringat. Aku tertegun memandang Sum yang begitu menggairahkan saat itu, aku duduk menghampirinya, “Sum kamu capek ya, apa kamu mau tahu kalau kamu diurut juga kamu bisa seger kayak Bapak sekarang!”

“Nggak Pak, saya nggak capek, apa bener sih Pak kalo diurut kayak tadi, bisa bikin seger? tanyanya semakin penasaran. Aku hanya menjawab dengan anggukan dan sambil meraih pundaknya kucium keningnya, lalu turun ke bibirnya yang basah dan merah, dia tidak meronta juga tidak membalas. Aku merasakan keringat dinginnya mulai keluar, ketika aku mulai membuka kancing bajunya satu persatu, sama sekali dia tidak berontak hingga tinggal celana dalam dan Bh-nya saja.

Tiba-tiba dia berkata, “Pak, Sum malu Pak, nanti kalo Ibu dateng gimana Pak?” tanyanya takut.

“Lho Ibu kan baru nanti jam enam, sekarang baru jam tiga, jadi kita masih bisa bikin seger badan”, jawabku penuh nafsu. Lalu semua kubuka tanpa penutup, begitu juga aku, kemaluanku sudah mulai berdiri lagi.

Dia kurebahkan di tepi tempat tidur, lalu aku berjongkok di depan dengkulnya yang masih tertutup rapat, “Buka pelan-pelan ya, nggak pa-pa kok, aku cuma mau urut punya kamu”, kataku meyakinkan, lalu dia mulai membuka pangkal pahanya, putih, bersih dan sangat sedikit bulunya yang mengitari liang kewanitaannya, cenderung botak.

Dengan ketidaksabaranku, aku langsung menjilat bibir luar kewanitaannya, tanpa ampun aku jilat, sesekali aku sodokkan lidahku ke dalam, “Akh.. Pak geli.. akh.. akuhhfh..” Klitorisnya basah mengkilat, berwarna merah jambu.

Aku hisap, hanya kira-kira 5 menit kulumat liang kewanitaannya, lalu dia berteriak sambil menggeliat dan menjepit kepalaku dengan pahanya serta matanya terpejam. “Akh.. akh.. uahh..” teriakan panjang disertai mengalirnya cairan dari dalam liang kewanitaannya yang langsung kujilati sampai bersih.

“Gimana Sum, enak?” tanyaku nakal. Dia mengangguk sambil menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut. “Nah sekarang, kalau kamu sudah ngerti enak, kita coba lagi ya, kamu nggak usah takut!”. Kuhampiri bibirnya, kulumat bibirnya, dia mulai memberikan reaksi, kuraba buah dadanya yang kecil, lalu kuhisap-hisap puting susunya, dia menggelinjang, lama kucumbui dia, hingga dia merasa rileks dan mulai memberikan reaksi untuk membalas cumbuanku, kemaluanku sudah tegang.

Kemudian kuraba liang kewanitaannya yang ternyata sudah berlendir dan basah, kesempatan ini tidak kusia-siakan, kutancapkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya, dia berteriak kecil, “Aauu.. sakit Pak!”. Lalu dengan perlahan kutusukkan lagi, sempit memang, “Akhh.. uuf sakit Pak..”.

Melihat wajahnya yang hanya meringis dengan bibir basah, kuteruskan tusukanku sambil berkata, “Ini nggak akan lama sakitnya, nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya jangan dirasain..” tanpa menunggu reaksinya kutancapkan kemaluanku, meskipun dia meronta kesakitan, pada saat kemaluanku terbenam di dalam liang surganya kulihat matanya berair (mungkin menangis) tapi aku sudah tidak memikirkannya lagi, aku mulai mengayunkan semua nafsuku untuk si Sum.

Hanya sekitar 7 menit dia tidak memberikan reaksi, namun setelah itu aku merasakan denyutan di dalam liang kewanitaannya, kehangatan cairan liang kewanitaannya dan erangan kecil dari bibirnya.

Aku tahu dia akan mencapai klimaks, ketika dia mulai menggoyangkan pantatnya, seolah membantu kemaluanku memompa tubuhnya. Tak lama kemudian, tangannya merangkul erat leherku, kakinya menjepit pinggangku, pantatnya naik turun, matanya terpejam, bibirnya digigit sambil mengerang,

“Pak.. Pak terus.. Pak.. Sum.. Summ..Sum.. daapet enaakhh Pak.. ahh..” mendengar erangan seperti itu aku makin bernafsu, kupompa dia lebih cepat dan.. “Sum.. akh.. akh.. akh..” kusemprotkan semua maniku dalam liang kewanitaannya, sambil kupandangi wajahnya yang lemas. Aku lemas, dia pun lemas.

“Sum aku nikmat sekali, habis ini kamu mandi ya, terus beresin tempat tidur ini ya!”, suruhku di tengah kenikmatan yang kurasakan.
“Ya Pak”, jawabnya singkat sambil mengenakan pakaiannya kembali.

Ketika dia mau keluar kamar untuk mandi dia berbalik dan bertanya, “Pak.. kalo pulang siang kayak gini telpon dulu ya Pak, biar Sum bisa mandi dulu, terus bisa ngurutin Bapak lagi”, lalu ngeloyor keluar kamar, aku masih tertegun dengan omongannya barusan, sambil menoleh ke sprei yang terdapat bercak darah perawan Sum.

Saat ini Sum masih bekerja di rumahku, setiap 2 hari menjelang menstruasi (datang bulannya sangat teratur), aku pulang lebih awal untuk berhubungan dengan pembantuku, namun hampir setiap hari di pagi hari kurang lebih pukul 5, kemaluanku selalu dikulumnya saat dia mencuci di ruang cuci, pada saat itu isteriku dan anak-anakku belum bangun.

Wednesday, August 23, 2017

Cerita Dewasa Nikmatnya Tubuh Janda Muda

Cerita Dewasa Nikmatnya Tubuh Janda Muda - Kejadian ini berlangsung ketika saya berumur 23 th. Saat itu saya masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Saya berkenalan via internet dengan seorang janda berumur 49th bernama bernama Jeany, dia mempunyai 2 orang anak berumur 5 dan 10 th.

Mulanya saya hanya tertarik karena orangnya ramah dan asyik diajak ngobrol dan cukup bisa mengikuti gaya anak muda alias lumayan ‘gaul’ lah. Hampir setiap malam dia telepon ke rumah saya. Sampai kadang anak-anaknya ikutan bercanda lewat telepon.

Suatu saat Jeany akan ada tugas dari kantornya ke Surabaya dia menelepon minta dijemput di Airport katanya, wah asyik nih aku bisa ketemu sekalian bisa ngobrol dan bercanda. Pada saat hari H dia telpon saya lagi dia bilang dia pake baju warna pink dan celana panjang hitam.

Hmm sesampainya di airport aku bingung sekali waktu aku lihat-lihat di kedatangan airport yang pakai baju pink dan celana hitam cuman ada satu orang itupun kira-kira masih sekitar umur 30 th menurutku. Aku beranikan diri untuk menyapa,

“Hmm selamat siang bu, ma’af ibu yang bernama Jeany?” dengan senyum yang manis dia langsung merespons,
“Apakabar Iwan”.

Saya langsung bengong karena melihat tampangnya yang masih cantik dengan badan langsing tapi gemuk pada bagian yang penting tentunya. Tiba-tiba jeany langsung mencium pipiku..

“Mmmuuaachh jangan pake ibu segala ya.. Panggil Jeany aja!”.

Wah-wah saya langsung rada horny.. He.. he..he..

Seharian saya antar dia keliling ke kantor klien-kliennya, setelah jam kerja usai, kita makan malam dan saya antar lagi dia ke airport. Di perjalanan tiba-tiba dia minta berhenti di pinggir jalan. Saya tanya,

“Kenapa kok berhenti?” tanpa banyak bicara dia langsung mencium bibir saya dan membuka retsleting celana saya, penis saya langsung menegang tanpa basa-basi. Sambil mengelus-elus batangku dia bergumam,

“Hmm mantap juga batang kamu ini”

Ukuran penisku tidak terlalu besar sih sekitar 18 cm panjangnya, tapi menurut Jeany,

“helm proyek”-nya ini bisa bikin nyesek.. He.. he.. he.. he..

Setelah puas melumat bibirku dia langsung menyedot batang kemaluanku yang dari tadi sudah menunggu hisapan mulut sexinya, tak ketinggalan lidahnya menjilat-jilat batang penisku, aku tak mau tinggal diam tanganku berusaha meremas dadanya yang cukup kenyal, tapi dia menepis, “Sudah deh kali ini biar Jeany yang kerja,” ya.. aku pasrah saja sambil menikmati sedotan bibirnya, tak lama kemudian aku serasa melayang-layang dan kepala penisku serasa makin besar akhirnya

“Oughh.. ahh..” Crott!! Spermaku keluar di mulut Jeany, Dia makin gila menyedot semua batangku masuk ke mulutnya seakan nggak mau ada spermaku yang lolos dari mulutnya. Kepala penisku masih berdenyut saat jeany menyedotnya.

“Ahhmm enak banget batang kamu, thank’s ya,” kata Jeany, sambil tersenyum dan menciumku, dia sangat suka dengan penisku, sementara aku hanya bisa diam dan masih terheran-heran melihat kebinalannya,” Ayo jalan, ntar ketinggalan pesawat nih.”

Tiba-tiba Jeany protes melihat aku hanya terdiam dan membiarkan celanaku terbuka. Pada saat aku tiba di parkiran airport Jeany berkata,” Kamu masih utang lho sama aku” hmm aku hanya bisa senyum sambil kali in aku yang mencium bibir sexy-nya. Jeany memelukku erat, kami seperti pasangan kekasih aja.

Sebulan telah berlalu, kami tetap berhubungan via telepon, hubngan kami semakin akrab, lalu saya memutuskan untuk pergi ke Jakarta untuk bertemu Jeany. Kebetulan anak-anaknya sedang liburan sekolah, sekalian saya bertugas mengajak anaknya jalan-jalan. Saat tiba di Jakarta saya menginap di sebuah hotel yang cukup terkenal di daerah Senayan.

Lalu kami bertemu dan jalan-jalan bersama kedua anaknya, “Hmm sudah seperti keluarga aja nih” pikirku dan Jeany terlihat makin cantik, lebih cantik dari sebelumnya. Sepulang dari jalan-jalan, tiba-tiba anak Jeany yang berumur 7th meminta saya untuk menginap di rumahnya, agar kita bisa main playstation berdua. Asyik juga nih pikirku, karena memang aku juga keranjingan main game.

Saya dan Dodi (anak sulung Jeany) sudah 2 jam main playstation. Saat itu sudah jam 23.00, Dodi sudah mau tidur sementara Jeany masih sibuk membereskan kamar yang akan saya tempati. Kelar main PS dengan Dodi, saya langsung mandi karena sejak tadi saya belum mandi.

Selesai mandi saya lihat Jeany sudah selesai beres dan duduk di sofa ruang keluarga sambil nonton TV. Cantik sekali Jeany saat itu, dengen baju tidur warna ungu, wah.. yang bikin saya deg-degan dadanya yang berukuran 34b menyembul dibalik gaunnya, dan setelah aku curi-curi pandang ternyata dia tidak memakai bra.

“Kamu masih hutang ama aku lho Wan”, jeany berkata begitu dengen senyum manisnya.

Ya aku langsung jawab aja, “Iya deh pasti aku lunasin kok” wah kebeneran nih ngerasain vagina janda.. Hehehehe biarpun sudah umur 40-an tapi badannya sangat sexy karena memang hobbynya berenang. “Kita sambil nonton bokep yuk Wan,” kata Jeany.

Sewaktu Jeany memasang vCD rada sedikit nungging, Hmm.. pahanya terlihat mulus den belahan pantatnya terlihat sangat bersih, aku tak tahan langsung aja aku samperin dan menjilat belahan pantatnya dari belakang sampai turun ke selangkangan.

“Ahh sayangg.. Sabar donk.. Aku sudah lama nggak diginiin” Jeany mendesah sambil kakinya gemetaran.

Aku gendong saja ke sofa terus aku ciumin bibrnya, Jeany merespons ciumanku dengan ganasnya, “Jago juga nih ciumannya”, pikirku. Sementara kedua tanganku mulai menyelusup ke dadanya yang sejak tadi membusung karena menahan nafas,

“Oughh ahh.. Terusin sayang,” desahnya.

Tangan jeany mulai berusaha meraih batang penisku yang sudah menegang dengan helm yang memerah, “Eitt ini giliranku bayar hutang,” tanganku menepis tangan jeany dengan lembut, dia hanya tersenyum. Sementara mulutku mulai menjilat-jilat puting jeany yang berwarna pink. Jemarinya mendekap erat kepalaku, sambil mendesah dan kakinya memeluk erat pinggulku,

“Suck my pussy baby”

Jeany si perempuan liar mendorong kepalaku ke arah vaginanya yang dari tadi cairannya membasahi dadaku. Hmm asyik benar nih pikirku dalam hati. Saat aku mulai menyapukan lidahku dari bagian bawah ke atas vaginanya aku merasakan cairan yang sangat nikmat yang aku impikan sejak pertama kali bertemu Jeany. Aku hisap clitorisnya dia makin mengejang dan aku merasakan vaginanya sperti menghisap bibirku.

“Ciuman ama bibir atau vagina sama enaknya nih,” pikirku.
“Oughh sayangghh enak,” gumamnya.

Lidahku mulai bergerak konstan di clitorisnya semakin cepat, pantatnya bergerak naik turun mengikuti irama lidahku, tiba tiba dia berteriak histeris.

“Fuck.. Ahh ahh oughh ah ahh ahh.. Iwann eghh.,” badan Jeany mengejang, tangannya menekan kepalaku ke vaginanya hingga hidung dan hampir semua wajahku basah karena cairan vaginanya.

Nafasnya tersengal-sengal dadanya makin membusung (ini pengalaman pertamaku menjilat vagina, sekarang aku suka sekali menjilat vagina sampai lawan sex-ku mencapai klimaks karena jilatanku). Aku jilati terus dan aku telan semua cairan vaginanya, rasanya enak banget!!

Sementara nafas Jeany masih tersengal-sengal aku angkat kedua pahanya sehingga lobang pantatnya pas berada di bibirku. Aku jilati lagi sisa-sisa cairan yang meleleh di lobang pantat jeany sambil aku teruskan jilatanku ke atas dan turun lagi berulang-ulang.

Tangan Jeany makin menekan kepalaku, aku makin menikmati permainan ini dan aku lihat kepala jeany menegadah pertanda dia sangat menikmati jilatanku, sampai akhirnya aku berbalik lagi menjilat bagian lobang vaginanya yang masih berdenyut.

“Sayangghh terusinn aku hampir sampai lagi nihh,”gumamnya sambil menggerak-gerakan pantatnya. Aku makin enjoy dengan rasa vaginanya yang seperti sayur lodeh.. Hehehehe. Aku hisap clitorisnya sampai akhirnya dia mulai mengejang-ngejang..

“Oughh enakk sayangku..”

Kuku jemarinya terasa perih di belakang leherku. Jeany mencapai klimaks untuk kedua kalinya, tanpa menunggu-nunggu lagi aku tancapkan saja batang penisku yang dari tadi sudah menunggu untuk bersarang, Ternyata tak semudah itu, lobang vaginanya memang cukup sempit pertama kali hanya kepala penisku aja yang bisa masuk, lalu setelah aku keluarkan dan aku masukkan lagi beberapa kali akhirnya.

BLESS..

“Eghh.. Enak banget Wan,” gumamnya Jeany langsung menciumi bibirku dengan penuh nafsu.

Aku mulai memompa vaginanya secara beraturan sambil menjilati puting susunya yang merah dan menegang, enak benar vagina Jeany, pikirku. Selama 15 menit aku memompa, perlahan tapi pasti vagina Jeany makin terasa makin menyempit, aku makin merasa enak.

“Ahh.. Ahh oughh” mendesah sambil tangannya mencengkeram pinggiran sofa. Tiba-tiba cengkeramannya pindah ke punggungku sambil setengah berteriak Jeany mencapai klimaks yang ketiga kalinya,

“Aghh ahh I LOVE THE WAY YOU FUCK ME!!”

Aku makin mempercepat gerakanku.. Jeany makin menggila.

“FUCK.. FUCK.. FUCK ME.. Oughh ahh ahh,” Jeany benar meracau tak karuan, untung jarak kamar tidur dengan ruang tengah cukup jauh sehingga teriakannya tidak mengganggu tidur kedua anaknya.

Setalah Jeany menikmati sisa-sisa klimaksnya aku ciumin bibrnyai dia dan dia tersenyum, “Thank’s ya, hutangmu lunas, tapi kamu belum keluar sayangku,” dia berkata sambil membalikkan badannya dan kedua tangannya memegang sandaran sofa.

“Fuck me from behind,” dia mengarahkan penisku yang masih menegang ke arah lobang vaginanya yang sudah basah kuyup.

Langsung aja aku pompa vaginanya karena aku sudah tak tahan ingin cepat-cepat keluar, baru sepuluh kali keluar masuk, Jeany mendesah berat dan vaginanya berdenyut pertanda dia mencapai klimaksanya, badannya seperti kehilangan tenaga, aku tahan pantatnya sambil terus aku pompa vaginanya. Denyutan vaginanya membuat aku merasa makin nikmat.

Dengan mata sayu Jeany berkata, “Keluarin di mulutku sayangku, aku haus spermamu”.

Aku tidak memperdulikan aku tetap focus mengejar kenikmatanku sendiri sampai akhirnya aku akan mencapai puncak kenikmatan aku cabut penisku, dengan sigapnya jeany meraih batang penisku dan mengocok-ngocok di dalam mulutnya.

“Oughh.. Isepin penisku sayanghh ahh..”

Crott!! Crott.. Crott..

Cairan spermaku meleleh di dalam mulutnya sampai keluar dari tepi bibir Jeany.

Tiba-tiba ada suara lenguhan yang cukup mengagetkanku”ahh ahh ahh oughh..,” kami berdua terkaget-kaget ketika aku lihat pembantu Jeany yang bernama Dini sudah telentang sambil mengejang di lantai, jemarinya terlihat berada di dalam vaginanya, sementara bajunya sudah tidak karuan. Aku baru sadar jika permainan kami diperhatikan oleh pembantu montok.

Namun badannya lumayan bongsor dan mulus, buah dadanya terlihat membusung indah sekali. Namanya Dini. Ternyata Dini sudah memperhatikan permainan kita sejak tadi. Tanpa malu-malu lagi Jeany memanggilnya,

“Sini kamu!” sambil mukanya memerah Dini berjalan mendekat.
“Kamu ngapain?” tanya Jeany.
“Ya lihat Ibu sama Mas Iwan begituan,” jawabnya dengan lugu sambil melirik ke arah penisku yang masih tegak.

Jeany berbisik, “Aku sudah cape nih, aku rela kok kamu main sama Dini, tuh penis kamu masih tegak,” sambil menciumku Jeany membisikkan hal yang benar-benar aku inginkan dan cukup mengejutkan bagiku. Sambil menunjuk ke arah vCD bokep yang sedang beradegan anal, Jeany berkata kepada Dini,

“Kamu mau ngentot seperti di TV itu ya Dini”

Dengan muka makin memerah Dini menjawab dengan perlahan dan gemetaran,

“Eng.. Engga bu, ma’afkan Dini”.

Dengan nada sedikit membentak Jeany memerintah, “Pokoknya kamu harus layani Mas Iwan sampai dia puas!! Siapa suruh ngelihat kita ngentot sambil mainan vagina pula, isepin tuh penis Mas Iwan!”.

Sambil perlahan-lahan mendekat, tangan Dini yang masih terlihat basah karena cairan vaginanya, meraih batang penisku, perlahan Dini mulai mengocok-ngocok sambil mengulum penisku.. Hmm enak sekali bibr mungil Dini. Aku elus pipinya dia memandang ke arahku, aku tanya si Dini,

“Kamu sudah pernah ngentot ya?”

Dengan senyum malu-malu Dini menjawab,

“Sudah Mas, dulu waktu Dini masih di kampung sama teman-teman”
“Hahh ama teman-teman?, rame-rame Donk?” aku bertanya kembali.

Dini si perempuan liar hanya mengangguk lalu melanjutkan kulumannya. Aku lihat Jeany sudah terlelap kecapean. Tanpa sadar aku meremas-remas payudara Dini sambil memelintir putingnya. Dini mendesah menikmati sambil terus berusaha mengulum penisku. Dengan lugu Dini berkata,

“Mass ahh tolong donk dimulai, masukin Mass”.

Aku langsung mengangangkan kedua paha Dini dan Bless ternyata memang benar dia sudah tidak perawan lagi. Dini mendesah perlahan..

“Ouhh penis Mas besar sekali, baru kali ini saya ngentot sama orang dewasa.’

Dini terus menggoyang-goyangkan pantatnya sambil meremas payudaranya sendiri. Wah.. cukup pengalaman juga nih anak pikirku. Matanya terpejam sambil bibirnya mendesis seperti orang kebanyakan cabe..

“Ssshh ahh enakk Mass eghh.”

Tiba-tiba dia berusaha berdiri sambil mendorong badanku,

“Aku mau diatas mass ahh aku mau keluar”

Aku oke-in aja deh aku telentang, Dini si perempuan liar berjongkok sambil menggoyangkan pantatnya, dia menciumi leherku aku remas remas kedua payudaranya yang ranum denga puting kecoklatan. Genjotannya semakin keras aku mengimbangi goyangan pantatnya, aku naik turunkan pinggulku juga. Dini mendesah tak karuan sambil rebah di dadaku.

“Ahh mass ahh ahh oughh aku keluar Mass ahh aku mau lagi Mass.. Ahh..,” bibirnya melumat bibirku penuh nafsu, dia berdiri dan menghadap tembok.
“Ayo Mass, kita main lagi, aku ingin dientot sambil berdiri,” dengan sedikit mengangkat pantatnya aku lesakkan batang penisku ke dalam vaginanya.

Dini menoleh ke arahku dan dia cuman tersenyum sambil berkata,

“Boleh nggak yang seperti di TV Mas?”

Wah.. binal juga nih anak pikirku, dalam hati aku juga ingin ngentot pantat nih, kebetulan. Pantat Dini memang bagus banget kenyal dan bulat, aku makin nafsu melihatnya. Dini membimbing penisku masik ke lobang anusnya, oughh sempit banget rasanya tapi enak. Langsung aja aku dorong penisku keras keras,

“Arrghh oughh Mass enakk teruss mass”

Dini si perempuan liar benar-benar sexy, bau badannya yang wangi rada asem dikit membuatku semakin terangsang, aku jilatin punggung dan leher bagian belakangnya sambil meremas payudaranya dari belakang. Gerakan bokongnya benar-benar mirip Inul penyanyi dangdut.. Hehehe. Sambil terus mendesah, Dini meraih tanganku dan dibimbingnye masuk ke lubang vaginanya yang banjir sejak tadi.

“Kocokin jarimu Mass di dalam vaginaku.. Ahh ahh oughh enakk!!”

Tiba-tiba pantatnya mengejang dan berdenyut (baru kali ini aku tahu kalau pantat dientot juga bisa klimaks)

“Ahh Mass keluarin di pantatku, Mass aoughh aku keluar Mass.. Oughh ahh ahh”

Dini si perempuan liar meremas-remas payudaranya sendiri. Aku pompa pantatnya kencang-kencang karena denyutan anusnya aku nggak tahan sementara tanganku terus bergerak keluar masuk vaginanya. Dini menengadah ke atas sambil terus meremas-remas payudaranya dan..

“Ahh mass aku keluar lagi.. Ahh ahh..”

Mendengar desahannya aku makin bernafsu dan kepala penisku semakin membesar mau bongkar muatan,

“Oughh Dini pantatmu enakk banget.. Ahh”

Semprotan spermaku membasahi bagian dalam anus Dini yang masih berdenyut. Lutut Dini bergetar dan dia terkulai lemas di lantai, penisku juga mulai melemas, kami berpelukan kecapean. Benar-benar malam yang liar malam ini, waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi.. Wah tidak terasa sudah hampir 5 jam aku bermain sex dengan dua perempuan liar ini.

Selama aku tinggal di rumah Jeany, tiap malam aku ngentot dengannya dan paginya Dini selalu menyediakanku sarapan pagi dan dia tidak pernah memakai celana dalam, aku sarapan sambil ngentot sama Dini. Hehehehe. Enakk tenan bisa ngentot dengan dua perempuan liar.

Monday, August 21, 2017


Cerita Dewasa Terbaru Perawanku Hilang Tapi Nikmat - Vika gadis perawan yang masih duduk dibangku SMA melepas keperawanan dengan kakak kelasnya ketika berkemah. Dia melepas keperawanannya ditenda kemah ketika api ungun dan perbuatan mesum itu dilakukan dengan perasaan saling suka.

Posisisex-Vika panggilanku, usiaku 15 tahun dan baru saja masuk di Sekolah Menengah Atas. Tubuhku kecil mungil namun setelah aku menstruasi tubuhku menjadi besar. Tinggiku sekitar 159 berat badan 49kg naik banyak sekali. Yang awalnya hanya 40kg sekarang menjadi 49, aku banyak makan dan ngemil. Aku memiliki satu adik laki-laki yang masih usia 13 tahun.

Orangtuaku bekerja sebagai guru SD, aku terlahir di keluarga yang berpendidikan tinggi. Sejak aku menstruasi orangtuaku selalu berpesan agar aku hati-hati dalam bergaul. Apalagi pertumbuhan pada daerah sensitifku seperti payudara yang semakin menonjol dan berukuran besar. Dulu hanyamemakai miniset saja sekarang aku sudah menggunakan bra ukuran 36A.

Pertunbuhan yang sangat pesat dibandingkan teman seusiaku. Aku tumbuh sebagai remaja yang subur, akupun mulai mengenal make up. Dulu berangkat sekolah nggak mengenal bedak sekarang aku menjadi wanita feminim. posisisex.com Memakai bedak dan lipgloos yang tidak terlalu cetar, aku terlihat seperti wanita kecil yang cantik. Aku juga sudah mengerti arti pacaran dengan lawan jenis.

Ya naksir dengan teman pria yang ganteng, chattingan dengan banyak teman. Aku orang yang supel mudah bergaul semua aku anggap sama, tidak ada yang aku bedakan. Banyak kakak kelas dan teman yang naksir dengan kecantikanku. Namun orangtuaku melarang aku untuk berpacaran, aku harus focus ke sekolah Baru aja kelas 1 SMA masa iya harus pacar-pacaran yang ada sekolahku tertinggal.

Awal masuk sekolah seperti biasa ospek satu minggu, pengenalan lingkungan dan ruangan. Kemudian perkenalan antar kelas, disitu kita dikerjain habis-habisan sama kakak kelas. Melelehkan tapi seru banyak teman yang kena marah karena tidak membawa atribut dan perlengkapan ospek. Untung aja aku selalu ontime dan membawa semua peralatan untuk ospek setiap harinya.

Aku termasuk siswa yang pendiam saat di ospek tidak banyak protes dengan kakak kelas. Nurut aja sama kakak kelas biar kita nggak dihafalin sama mereka. Cukup jadi pendiam dan penurut aja selama ospek posisisex.com. Seminggu telah berlalu, awal masuk banyak sekali kegiatan. Seperti extrakuliler tambahan jam itu wajib untuk siswa kelas satu.

Aku mengikuti extrakulikuler computer dan yang wajib diikuti semua sswa adalah Pramuka. Setiap hari Jumat diadakan pramuka disekolah, kegiatannya ya itu-itu aja sih. Capek sekali kalau pramuka sore hari pulang sekolah lanjut pramuka.

Biasanya kalau hari Jumat aku tidak pulang melainkan langsnung membawa baju pramuka.
Aku rajin berangkat Pramuka karena nantiny apasti ada kegiatan berkemah. Acara berkemah bulan depan di puncak, itu yang aku tunggu-tunggu. Berkemah banyak pengalaman yang menarik dan menambah wawasan.  Waktu itu mendekati hari Pramuka, persiapan upacara memperingati hari pramuka dan berkemahpun rempong sekali.

Paginya kita semua upacara di sekolah terlebih dahulu. Kemudian selang satu hari kita berkemah di puncak posisisex.com. Sebelum besok berangkat berkemah kita semua usai upacara dikumpulkan diaula untuk pembekalan. Kita disuruh membawa bekal sesuai dengan anjuran kakak Pembina. Kita tidak boleh membawa bekal berlebihan.

Namanya berkemah harus mandiri, makan keperluan harus berusaha dnegan memasak. Jadi kita bawa kompor dan peralatan makan. Aku dan regu ku bersiap semua yang harus dibawa besok sudah dibagi rata. Sampai rumah aku dan ibuku menyiapkan segala keperluan untuk berkemah selama 3 hari di puncak. Terhitung mulai hari Jumat-Minggu kita akan berada di alam yang bebas.

Aku membawa perlengkapan sesuai anjuran aku juga tidak berlebihan. Seadanya saja sudah banyak sekali yang aku bawa, apalagi orangtuaku rempong semua harus perfect. Pagi hari, aku berangkat sekolah diantar kedua orangtuaku. Kita semua bersiap untuk berangkat ke  puncak dengan naik bus besar. Jam 8 pagi kita berangkat bersama, perjalanan ditempuh selama 4 jam.

Sesampainya di bumi perkemahan kita semua istirahat sejenak. Tepat jam 2 kita semua mendirikan tenda masing-masing. Setelah mendirikan tenda kita semua mandi dan bersiap untuk kegiatan selanjutnya posisisex.com. Malam hari kita semua dikumpulkan dipendopo, membahas kegiatan besok. Kegiatan besok padat sekali, dari pagi kita harus memasak.

Kemudian bersiap untuk menjelajahi sepanjang bumi perkemahan. Nanti dipos tertentu kita wajib menjawab pertanyaan. Di setiap regu kita harus kompak dan saling membantu satu sama lain. Kita pun start jam 8 berjalan menyusuri jalan setapak,kita berhenti dipos pertama.

Disitu kita diberi pertanyaan satu-satu oleh kakak Pembina.
Pas bagian aku, kakak pembinanya ganteng sekali. Dani namanya dia memandangiku terus sampai aku ke Gran. Aku pun diberi pertanyaan posisisex.com mudah dan segera melanjutkan perjalanan. Dipos berikutnya aku bertemu dengan kakak Pembina itu lagi. Sepertinya kebetulan sekali dia mungkin ngikutin aku terus. Aneh aja kayaknya dia memang mengikuti jejakku.

Sampai tanya dimana tendaku berdiri, jangan-jangan nanti dia mau nyamperin aku di tenda. Waktu semakin sore dan kembali ke perkemahan, acara malam nanti adalah api unggun biasanya itu yang ditunggu-tunggu. Kalau yang punya pacar biasanya kesempatan untuk pacaran. Jam 7 pun tiba semua harus berkumpul di lapangan untuk melangsungkan acara api unggun.
Aku pun bersiap, eh ternyata topiku tertinggal  di tenda. Akupun kembali ke tenda untuk mengambil  topi,
“loh kamu mau kemana…?”
“ini mas topiku tertinggal di tenda…” jawabku dengan terburu-buru.

“tidak usah lari nanti kamu jatuh kan gelap…” ucap mas Dani si kakak Pembina ganteng.
Acara api unggun lancar setelah acara itu berlangsung semua siswa bebas mau kegiatan apa saja yang penting maish dilokasi perkemahan posisisex.com. Aku bercanda tawa dengan temanku bikin mie goreng dan kopi hangat. Ada yang memainkan gitar dan bernyanyi dengan sangat merdu.

Tiba-tiba temanku satu regu sudah tertidur pulas karena mungkin kecapekan, sedangkan aku tidak aku masih bengong sendirian.

Datanglah si kakak Pembina itu mendekati aku, dia mengajak aku ngobrol. Seru juga dia pandai membuat lelucon sehingga aku mudah tertawa. Malam itu berlalu sampai pukul 12 malam, kita berdua masih asyik ngobrol. Sementara sebagian teman sudah masuk ke tenda masing-masing. Padahal api unggun masih menyala dengan sangat terang.

Singkat cerita, aku dan kakak Pembina terbawa suasana malam itu. Aku berduaan dengan mas Dani di bawah pohon yang rimbun. Kita kedinginan dan mendekati api unggun. Mas Dani tiba-tiba memegang tanganku, aku pun diam saja. Setelah itu mas Dani mengajakku ke tendanya,
“ke tendaku aja yuk, malam semakin dingin…”
“disini sajalah mas, ditenda banyak teman kamu aku malu…” ucapku.
“mereka udah keluar sama pacarnya masing-masing, aku ditenda sendirian nih…temenin aku yukkk….”
“iya mas…”

Aku berjalan menuju tenda paling ujung, aku masuk ke tenda itu. Didalam tenda terasa hangat karena api maish menyala dan udara tidak begitu masuk ke dalam tenda. Dengan tiba-tiba tangan mas Dani menarik wajahku, dia menciumi bibir manisku. Aku mencoba menolak tetapi tidak bisa, tanganny aerat memegang wajahku. Ciuman itu terasa sangat hangat, aku menikmatinya.

Aku pun sudah tidak menolak ketika dia menciumi bibirku. Tubuhku mendekatinya tangan mas Dani memelukku dengan sangat erat. Dia masih asik menciumi bibirku, lalu tangannya membelai leherku. Aku merasakan sangat geli, bibirnya kemudian menciumi leher dan dadaku.

Tubuhku bergetar jantungku berdetak sangat kencang.
Dia melepas bajunya, aku pun disuruh untuk membuka bajuku. Aku menurutinya, digelapnya malam itu dia melihat payudaraku menggantung dengan kencang. Didalam tenda itu kita mesum, sudah tidak ada rasa takut jika nanti ketahuan. Yang ada kita mesum layaknya pasangan suami istri. Padahal baru saja aku mengenal mas Dani.

Tangannya membuka pengait braku, dengan cepat tangannya meremas kedua payudaraku. Dia remas hingga aku lemas tak berdaya,
“aaaakkkkkhhh mas….aaaaaaaaakkkkhhhhhhh……..”
Bibirnya menciumi bibirku dan tangan masih meremas dan memutar putting susuku. Putingsusuku yang masih berwarna coklat agak pink itu sangat menggoda. Dia putar-putar terus sampai menengang,
“oooohhhh mas…..aaahhhhhhh…..nikmat….aaaaahhhh….”

Akupun ditidurkan di tenda yang beralaskan tikar itu. Aku terbaring  dan kemudian  mas Dani menciumi dari atas hingga ke bawah. posisisex.com Aku merasakan kenikmatan dari setiap sentuhan itu.

Setelah itu dia pun mendekatkan bibirnya menciumi payudaraku yang besar itu. Putting susuku dijilati dengan lidahnya dan dia mengulum putting susuku dengan lembut,
“aaaaahhhhh….ooohhhhhhh….mas……terus masssss…ooohhh……”

Aku terus merintih merasakan kenikmatan itu, mas Dani membuat aku bergairah. Tangannya meremas payudaraku kemudian bibirnya asik mengulum putting susuku. Rasanya ingin menjerit merasakan kenikmatan yang membuat aku semakin horny.

Lalu dia menciumi dari atas hingga kebawah aku merasakan sangat geli. Dia membuak rok seragamku, aku hanya memakai celana dalam saja. Kemudian dia membuka dan membelai memek perawanku,
“masih mulus ya vik memekmu…”
“aaaahhhhh mas…geli aaaaaakkkhh…….”

Mas Dani gemas melihat memekku yang masih perawan dengan sedikit bulu kemaluan. Dia tampak sangat beringas. Kedua kakiku dibuka dengan sangat lebar, aku seperti mengangkang. Dia dengan cepat menjilati selakangan dan memekku,
“ooohhhh mas…..ooohhhhh….aaaaaaaaaaakkkkhhhh……..”
Tak lama kemudian dia membelai kembali memekku, dia belai hingga aku lemas. Jemarinya menyusuri bagian demi bagian, klitorisku dia kecup hingga tubuhku menggeliat manja. Memekku dihisap dijilat aku pun menjerit,
“ooooohhhhhhhhhh….aaaahhhhhhhhhh…….ooohhh…..”

Mas Dani mencoba memasukkan jarinya ke dalam memekku. Dia memutar mutar jarinya di dalam memekku, aku semakin tak berdaya posisisex.com. Setelah aku mengeluarkan cairan dari memekku dia pun melepaska jarinya. Lalu dia berada diatasku, dia gesek-gesekkan penisnya dengan memekku. Dia mencoba memasukkan penisnya, sakit awalnya,
“awwww…sakit mas…aaaaakkkhhhhh…….”

Aku merasakan kesakitan karena dia mencoba menekan penisnya masuk ke dalam memekku. Perlahan dengan lembut dia menekan penisnya, dan masuklah ujung penisnya itu,
“aaaaakkkhhhh sakit mas…aaaaaaahhhhhhhhhhhh……”
Aku menahan sakit kala itu, selaput keperawananku sudah hilang. Mas Dani lah yang merenggutnya, dengan perlahan dan kemudian keras sekali dia menekan penisnya,
“jjjlleeebbbbssss…oooohhhhhh….aaahhhhhhh…..”

Penisnya berhasil masuk ke dalam memekku, dia menekan keluar masuk penisnya. Nikmat sekali, kesakitan itu berubah menjadi kenikmatan. Dia terus menekan penisnya keluar masuk ke dalam memekku,
“aaaaaahhhh…aaaahhhhh….ooohhhh ,….mas…..aaahhhh…..”

Wajahnya berhadapan dengan wajahku dia takmembiarkan bibirnya diam, langsung saja menciumi bibirku dengan penuh kegairah. Semakin besar hasrat kami berdua, kita sudah seperti kerasukan setan. Mesum di tenda seperti mesum di dalam kamar dengan temapt tidur yang empuk. Beralaskan tikar kita menikmati malam itu.
Api unggun yang masih menyala menjadi saksi bisu hilangnya perawanku dengan mas Dani. Goyangan penisnya membuat aku semakin horny,
“ooohhh mas….aaaahhhhhhh……”

Remasan payudara yang membuat aku semakin bergairah, aku dengan reflek menggoyangkan pantatku. Aku menggerakkan dan mengangkat pantatku, ohhhh lebih nikmat. Penis itu seras tertancap di dalam memekku. Aku menggoyangkan pantatku sementara mas Dani masih tetap menekan dengan keras penisnya.  Nikmat sekali keluar masuk penis itu, aku terus mendesah merasakan kenikmatan itu,
“aaaahhhhhhh…ooohhh…aaaahhhhhhhhh……..ooohhh…….”
Keluarlah sperma mas Dani yang dia semprotkan di tubuhku,
“cccccrrrrrrooooottt….cccrrrooottt…cccrrrrrrroootttt…..”

Terasa hangat dan lengket membasahi tubuhku. Dia pun mendekap aku dengan erat, kemudian membersihkan tubuh kita masing-masing. Itulah kisahku, perawanku hilang dengan kakak kelasku yang kala itu menjadi kakak Pembina di perkemahan. Perawanku hilang di acara api unggun dan didalam tenda dia menggauliku. Sekian.

Friday, August 18, 2017

Cerita Dewasa Bercinta Di Bioskop

Cerita Dewasa Bercinta Di Bioskop - Ini cerita tentang bertuemu dgn isteri orang yg aqu gauli waktu menonton di biioskop, Waktu itu harii miinggu aqu putuskan untuk menonton filem di biioskop, aqu duduk di kursii no 18, jadwal filemnya drama waktu itu, disampiingku duduk seorang mahmud mahmud dgn swami dan anaknya yg baliita.

Penontonnya sepii sekalii waktu itu, anak baliita yg dibawa mahmud disampiingku itu tidak biisa diam, swaminya sibuk oleh anaknya, sementara isterinya asiik dgn filem tersebut, waktu aqu meliiriik disampiing ternyata mahmud itu wajahnya cantiik, dgn buah dada yg cukup besar.

Tak sengaja tanganku menyentuh tangannya, kuliitnya benar benar halus dan lembut, kemudian aqu sengaja untuk mengulangii kembali, kusengolkan tanganku ke tangannya dia, kemudian dia heran dan meliiriikku dgn senyum maniisnya, swaminya yg masiih sibuk dgn anak baliitanya, aqu berbiisiik dan basa basii dgnnya.

“filemnya menariik juga ya bu?”, sembari kakiiku menyentuh kakii mahmud tadi,
“ya tapii kakiinya dijaga dong, saya kan terkejut tadi juga, kiiraiin apa” sahutnya sembari senyum.
Aqu terkejut dan taqut kalau-kalau omongannya didengar swaminya. Akan tetapi rupanya sang swami makiin disibukan oleh anaknya yg terus mengajaknya maiin. Aqu jadi lega dan malah semakin beranii menggodanya.

“habiis, tangannya halus dan lembut siih” jawabku menggoda. Ngentot Isteri Orang
Mahmud itupun tersenyum keciil sembari memaliingkan pandangannya menuju layar. Beberapa waktu kemudian aqu nekad kembalii menyentuhkan kakiiku dan menggesekkan pada kakii dan betiisnya. Akan tetapi dia mengenakan celana jeans, sehiingga kuliit betiisnya tak tersentuh.

Aqu ulangii tiindakanku, akan tetapi mahmud itu mebiiarkanku begitu saja, bahkan dia menaiikkan celananya kerana darii tadi aqu berusaha menggesekkan kakiiku ke betiisnya, akan tetapi terhalang oleh celana jeansnya.

Luar biiasa, sensasii yg kudapatkan hanya kerana mengelus-eluskan kakiiku ke kakii mahmud setengah baya itu. Mungkiin kerana suasana dan ditambah lagii dia adalah isteri orang yg mana swaminya ada di sampiingnya disibukkan oleh anknya.

Suasana tegang itulah yg menjadi sensasii dan membuatku benar-benar bergaiirah. Kemaluanku pun mengacung dgn sangat tegang, aqupun memberaniikan dirii menggapaii tangan kiirii mahmud itu. Dia meliiriikku sewaktu dan membiiarkan aqu meraiih tangannya. Kuremas tangannya, akan tetapi dia hanya diam saja.

Lalu aqu nekad mengarahkan tangannya ke kemaluanku yg tegang itu, akan tetapi dia langsung menariiknya. Aqu terkejut taqutnya dia marah dan swaminya tau tentang tiindakan giilaqu pada isteriny tersebut. Akan tetapi rupanya, dia malah membuka jaket lebarnya dan menyiimpanya di atas paha, kemudian dia memasukkan tangannya ke dalan tiimbunan jaketnya.

Aqu heran, dan sejenak berpiikiir aqu mendapat kesiimpulan bahwa mahmud itu sengaja membuka jaket dan menutupkan di pahanya supaya tangan kamii biisa berpegangan tanpa di ketahuii swaminya.

Aqu menangkap siinyal posiitiif darii hal tersebut. Beberapa waktu kemudian tanganke menyuep ke jaketnya, dan kuraiih kembalii tangan kiiriinya. Segera kutuntun ke kemaluanku. Dia masiih mendiamkan tangannya, padahal sudah kuposiisiikan memegang kemaluanku.

Aqupun lebiih nekad memasukkan tangannya kedalam celana, sehiingga tangannya bersentuhan langsung dgn kemaluanku, lalu kutariik sedikiit jaaketnya supaya menutupii pahaqu. Kudenyutkan urat-urat kemaluanku dan sewaktu dia mulaii menggerakan tangannya, mulaii memiijiit dan perlahan menggerakan maju mundur kemaluanku.

“ahhhh….sungguh aqu mendapatkan sensasii yg luar biiasa” piikiirku dalam hatii.
Kemudian tanganku mulaii bergerak masuk ke celananya. Terasa sangat hangat sekalii bagiian V-nya. Bulunya lumayan lebat, dan kemaluannya sudah basah.

Kumasukkan jarii tengahku dan memutar-mutarkannya di dalam kemaluannya. Sementara itu dia makiin kencang meremas kemaluanku. Niikmat sekalii, kamii melaqukan hal sekiitar 15 meniit sampaii akhiirnya swaminya biilang padda mahmud itu bahwa anknya iingiin buang aiir besar.

“mah, sii ade mau pup niih!” kata sang swami padanya.
“aduh pah, lagii asiik niih, sama papa aja…pliiss!!!” rayunya. Tante Nakal
Akhiirnya sang swami menurutii permiintaan mahmud itu dan melangkahiiku sembari memangku anaknya.

Aqu tegang waktu dia melewatiiku, taqut dia curiiga dan meliihat tiindakan kamii.akan tetapi kerana dia terfokus pada anaknya sehiingga tak meliihat apa yg kamii laqukan, apalgii suasana sangat gelap. Sesudah ditiinggal swaminya ke toiilet sii mahmud langsung bersuara.
“de, giila apa-apaan niih” biisiikknya.

Kutatap sejenak wajahnya, dan langsung kuciium biibiirnya tanpa memiikiirkan orang yg menonton di sekiitar kerana kebetulan sangat sepii dan hany beberpa orang saja, itu posiisii mereka berjauhan duduknya.

Dia mendesah keciil, dan terus mendaapat ciiuman dariiku. Germo
“emmmm…nakal banget siih kamu!” biisiiknya lagii sembari meremas kemaluanku kuat-kuat.
“awwww…sakiit bu!” jawabku nakal.
“habiis kamu biikiin aqu jadi pengen piipiis,,hiiiihii” sembari tertawa keciil.

Lalu kukeluarkan kemaluanku dan rupanya sudah sangat liiciin dillumurii pelumas beniing. Lalu kupegang rambut itu dan kuarahkan mulutnya ke kemaluanku, kemudian dia mengulum kemaluanku yg liiciin itu. Sungguh niikmat sekalii, sementara tanganku makiin liiar mengorek-ngorek lobangnya yg panas dan banjiir. Lalu kuhentiikan dia dan memiintanya melorotkan celananya. Dia pun mematuhii dan segera dia kupangku.

“susah sayg” keluhnya
“gak apa-apa” jawabku sembari memposiisiikan dia supaya biisa kuentot. Aqupun mendapatkan posiisii yg biisa kuentot akan tetapi tak membaua orang laiin curiiga. Kusiilankan satu kakiinya dan kutahan, smentara bokongnya tepat berada di atas kemaluanku.

Perlahan mulaii kumasukkan kemaluanku ke kemaluannya. Awalnya sedikit susah, namun sesudah beberapa lama dan mulaii masuk, lancar juga. Ku gerakan perlahan-lahan ke depan dan ke belakang.
“uhhhh…de, niikmat de….” desahnya keciil. Sementara itu kuremas dada besarnya dan sesekalii kuhentakkan kemaluanku seiiriing dia mengerang niikmat. Kusadarii rupanya di sebelah kanan di bagiian ujung kursii ada seorang perempuan yg meliihat aksii kamii. Akan tetapi kubiiarkan saja dgn cuek kerana aku terlalu meniikmatii.

“uh..ahhh…enaknya…” mahmud itu terus mendeesah dan semakiin membuatku bergaiirah.
Kuubah beberapa kalii posiisii kamii sampaii pada posiisii doggy style. Kamii gak pedulii ada orang di sekiitar kamii yg meliihat, kamii larut dalam keniikmatan itu.

Sampaii akhiirnya terliihat sang swami kembalii darii toiilet bersam anaknya yg lucu. Kamii sedikiit tegang kerana taqut ketahuan, akan tetapi kerana ku hampiir mencapaii puncak, ku nekad mengocokkan kemaluanku dgn sangat cepat ke dalam kemaluan mahmud montok itu.

“ahhhh…ahhhh…ahhh…de itu masku kembalii!!” katanya dgn iirama mendesah. Aqu tak pedulii, aqu hampiir pada puncak, terus kugoclokana smpaii akhiirnya aqu mengeluarkan lahar keniikmatan di dalam kemaluannya dan seketiika itu pula mahmud itu membersiihkan siisa caiiran sperma di sekiitar paha dan kemaluannya dan langsung merapiihkan celananya sebelum akhiirnya sang swami datang. Kamii sempat tegang kerana taqut sii swami merasakan sesuatu, akan tetapi ternyata dia tak merasakan apalagii mencuriigaii bahwa isterinya baru saja kubuahii.

Oh niikmatnya mengentot isteri orang di dalam biioskop. Sekiitar setengah jam kemudian, filemnya berakhiir dan kamiipun segera keluar. Aqu cepat-cepat keluar. Di dekat tangga aqu sengaja diam menunggu sii mahmud montok itu lewat, sekedar mencarii sensasii laiin. Beberapa waktu kemudian dia keluar bersama swami dan orang laiin yg berdesakkan. Aqu hampiirii dia dan giilanya aqu sempat mencubiit bokongnya darii desakkan itu. Dia meliiriik dan tersenyum tiipiis. Aqu mengiikutiinya, dan rupanya dia menyadariinya.

Entah ada maksud apa dia menggerakan jariinya sepertii memanggiilku. Aqupun terus mengiikutiinya. Rupanya dia menuju toiilet, dan aqu terus memperhatiikannya. Sang swami menunggu sembari bermaiin bersama anaknya. Beberapa waktu kemudia dia keluar tergesa dan sepertii menghiindarii pandangan swaminya. Dia berlarii dan matanya kesana-kemarii.

Aqu yakiin dia mencariiku. Sesudah dia cukup jauh darii pandangan swaminya, aqupun menghampiirii dan memanggiilnya. Kamii berjalan menuju lantaii 5, dan mencarii tempat duduk di restoran di mall tersebut.

Kamii berkenalan dan mngobrol, giila juga niih orang, padahal swaminya meenunggunya di bawah, dia malah pergii bersamaqu. Rupanya namanya Dina , usiianya 34 tahun, anaknya tiiga dan yg bersamaa swaminya adalah anak bungsunya.

“kenapa ditiinggal swaminya mbak, wah giila hebat n nekad juga mbak ya, saya kagum!” pjiiku padanya.
“haha, iiya ya giila juga saya ya Frank!, biiarii aja lah dia udah gede ini!” jawabnya sembari mencubiit perutku.

Kuperhatiikan dia menelpon swaminya, dan dia berabasa-basii dan biilang bahwa dia mencarii swaminya sampaii akhiirnya dia bertemu keponakannya. Ah ada-ada aja mahmud itu beralasan dan bebohong sama swaminya. Aqu makiin terpesona dan bergaiirah untuk meniikmatii kembalii mahmud iina di tempat yg lebiih baiik.

“haha, mudah banget swamiku aqu kmahmudliin, dia percaya kalo aqu dianter pulang sama ponakan aqu.” Katanya.
Mendengar hal tersebut aqu senang dan aqu genggam tangannya, dia pun meremas tanganku. Beberapa waktu sesudah makan dan mengobrol, kamii beranjak dan menuju motor Niinjaqu. Kamii berangkat menuju apartemenku. Diapun mau saja.

“mas, aqu diculiik sama lakii-lakii ganteng niih!” dia berteriiak di atas motorku sembari tertawa-tawa. Sepertiinya dia kegiirangan kerana perlaquanku waktu di biioskop tadi. Di sepanjang jalan dia terus menciiumii piipiiku dan sesekalii tangannya masuk ke celanaqu dan meremas-remas kemaluanku yg terus tegang darii awal.

“mau berapa harii kamu meculiik aqu?” biisiikknya padaqu.
“emmm…!” jawabku penuh gaiirah.
Sesampaiinya di apartemenku, aqu langsung merebahkan tubuhku kerana capek dan pengaruh ketegagan sensasiional bersama isteri bohay itu.

Dia lagsung melompat ke arahku dan meniindih tubuhku.
“pah, mamah pengen diewe lagii” biisiiknya dgn nafas yg menggoda.
Aqu diam saja dan hanya menjawabnya dgn menggenjotkan kemaluanku yg tertiindih oleh perutnya yg sedikit gemuk. Kamiipun tertwa keciil dan langsung berciiuman. Biibiir kamii saliing berpagutan sementara tanganku meremas-remas bokongnya.

“tiing..tiing” tiiba-tiiba terdengar suara bel darii luar. Darah Perawan
Kamii bergegas dan aqu segera membuka piintu, sementara IIna, masuk ke kamarku. Rupanya di depan piintu Bu Dela , tetanggaqu yg beberapa kalii kutiidurii.
“ada apa sayg?” tanyaqu, sembari kucolek buah dadanya.

“bapak lagii gak ada niih, entot aqu dong, lagii gatel niih!” miintanya dgn giila.
Giila, dasar nasiib lagii cerah, ada dua cewe yg mau aqu garap piikiirku. Tapii kerana di apartemenku ada Dina  yg baru aja jadi mangsaqu, aqu gak mau mengacaukan, aqu terpaksa menolak dgn alasan ada kerjaan di kantor, padahal Bu Dela u dah berdandan seksii.

Akan tetapi, dia mengertii dan meneriimanya meskiipun dia sempat meremas kemaluanku. Aqu pun menciiumiinya beberapa waktu supaya dia tak kecewa. Diapun pergii dan aqu segera menguncii piintu dan menuju kamar yg di dalamnya ada seorang biidadarii montok hasiil rampasan darii seorang kontraktor.

“sapa itu Frank, cewe kamu, ko mahmud-mahmud?” tanyanya sedikiit memanja
“aah tetangga!” jawabku Tahan Lama
“ko kamu ciiumiin dia, ahh jangan-jangan aqu jadi saiingan dia ya?” tanyanya lagii.
Aqu tertawa saja dan langsung meraiih tubuhnya dan menciiumii biibiirnya. Dia terperanjat dan langsung membalas perlaquanku.

“mah, ko body nya montok banget” gaodaqu sembari kuremas-remas buah dadanya.
“ah biilang aja mamah ndut!” katanya sembari sibuk membuka celanaqu sampaii bagiian bawahku udah telanjang. Lalu dia meraiih kemaluanku dan memaiinkannya dgn asiik.
“gede banget siih burungnya!” godanya

“ayo dong mah!” jawabku sembari menyurunya mengulum kemaluanku, dia pun langsung mengiindahkan periintaqu. Wah luar biiasa niikmatnya, kemaluanku diemut isteri orang selama beberapa meniit. Kemudian bagiianku menjiilatii kemaluannya yg hiitam dan berbulu lebat serta beraroma khas yg mekiin menbuatku bernafsu.

“ah sayg gak nahan ah, cepet aja masukiin pelor kamu” miintanya sedikiit mengrang. Aqu makiin bernafsu dan ku sengaja memaiinkan liidahku di biibiir biirahii bawahnya.

“udah dong yg, entot lagii ah” mohonnya. Aqupun mengiiyakan dan langsung membangun posiisii bertempur yg baiik. Dia tengkurap dan kunaiikkii dia, sepertiinya dia sedikit sesak dgn posiisii tersebut, akan tetapi kuacuhkan, sampaii akhiirnya dia berontak dan memiinta supaya saliing berhadapan.

Aqu mengalah dan kamii berhadapan, lalu kukocokkan kembalii sii ade ku ke lobang surganya perlahan dan cepat, begitulah yg kulaqukan selama hampiir 15 maniit. Dia mulaii mencapaii puncaknya yg pertama dan kuliiaht raut muka keniikmatan dariinya.
“pah aqu keluar niih” desahnya.

Aqu tak menjawab dan sewaktu kemudian aqu pun keluar, akan tetapi aqu memang iingiin terliihat beda, meskiipun sudahorgasme, aqu tak menghentiikan malah terus mengocokkan dan akhiirnya aqu tegang kembalii. Diapun makiin mengerang dan bersemangat meneriima seranganku. Hampiir stengah jam di ronde kedua ini kamii bertahan hiingga akhiirnya kamii mencaiirkan keniikmatan kedua kamii.
“ahhh pah, jangan di keluariin di dalam ah, !” piintanya.

Aqu tak mempeduliikan permiintaanya dan sengaja mengeluarkan di dalam rahiimnya. Sungguh niikmatnya kemaluan mahmud 3 anak ini, biiarpun sudah tiiddak sempiit, akan tetapi siikap yg diberiikannya sangat membangkiitkan gaiirah nafsuku. Beberapa waktu kemudian kamii merebahkan tubuh kamii kerana sedikit cape dgn ronde dua yg mamakan waktu sekiitar setengah jam. Akan tetapi tak sampaii 5 meniit aqu segera meraiih kembalii peyudaranya dan segera meremasnya lagii.

“lagii ya sayg!” kataqu dgn sedikit terpaksa kerana aqu sebenarnya sudah lelah, akan tetapi ltulah triikku untuk membuat dia senang dgn permaiinanku. Dgn mata yg sayu dan kelelahan dia sedikiit menolak. Akan tetapi aqu acuhkan saja dia dan memeluk dan memagut tubuh bahenolnya yg terkapar tak berdaya. Kubaliikkan tubuhnya dan lagii, kumasukkan kemaluanku ke kemaluannya yg sudah sangat dower, akan tetapi masiih memberiiku keniikmatan.

Dinding kemaluannya berdenyut kencang oleh rangsanganku. Meliihat bokongnya yg iindah, aqu jadi mengarahkan kemaluanku ke lobang anusnya. Dia sedikit terkejut dan hendak melarang, akan tetapi aqu menciiumii punggungnya dan membuat dia terdiam.

Lobang anusnya memang sangat sempiit dan rapat, mungkiin kerana baru kalii ini anusnya dipakaii.
“ahhh jangan ah, sakiit ah…ke memek aja frank!” desahnya sedikit kesakiitan. Aqupun sama sedikit sakiit, akan tetapi aqu bernafsu melobangii anusnya

Perlahan-lahana aqu dorongkan kemaluan kelobang sekunder nya. Sememntara itu mahmud itu mengerang sakiit campur niikmat. Aqu memang sedikiit kasiihan, akan tetapi nafsuku tak merelakan rasa kasiihanku mengalahkan.

Akhiirnya seperempat kemaluanku masuk kedalam dan raanya memang berbeda akan tetapi tetap niikmat. Dia semakiin tak berday meneriima perlaquanku dan hampiir setengah sadar.
“sayg maafiin aqu yah, habiis bokong kamu menantang banget” biisiikku.

“ya sayg, ahhh baru kalii ini aqu diperlaqukan sepertii ini, aqu gak kuat!” stengah sadar dia menjwabnya. Beitulah harii yg menyenangkan bagiiku waktu nonoton biioskop aqu biisa ngentot dgn mahmud mahmud disampiingku. puaasssss rasanya.